"Can we get the ice cream now?" Mark bertanya penuh semangat ke temen-temennya the second dia turun dari mobil, bikin Rosé langsung menggoyangkan jari telunjuknya dengan ekspresi (sok) serius.
"Es krim itu terakhir, Baby Corn. Sekarang prioritas utama kita adalah nyari stuffs for Kuaci's new room since you guys are officially becoming roommates, yeay!" Rosé mengepalkan tangannya di udara, hampir menonjok muka Guanlin di sampingnya; yang untung berhasil dihindari sama cowok itu.
Iya, Mark dan Guanlin akhirnya beneran bakal jadi roommates. Guanlin yang males cari apartemen lagi emang langsung setuju pas Mark nawarin buat jadi roommate, dan orangtuanya malah lebih setuju lagi karena khawatir kalau anak bungsu mereka itu tinggal sendiri. Orangtua Mark juga nggak masalah, soalnya udah tau Guanlin juga, jadi ya mereka sih terserah Mark aja.
After that, orangtuanya Guanlin di Ceko itu langsung ngehubungin orangtuanya Mark di Kanada—buat negosiasi soal biaya and stuffs like that—dan mereka sepakat buat semuanya 50/50, biar masing-masing anak punya hak dan kewajiban yang sama atas apartemen mereka.
Yang rada gila sih Guanlin's parents emang langsung ngelunasin cicilan apartemen Mark yang masih ada setengahnya, which jumlahnya itu bisa beli mobilnya Eunwoo tipe terbaru lah kira-kira. Emang bener kata Lisa kalau Guanlin itu diem-diem tajir, meskipun dia gayanya bisa dibilang salah satu yang paling nggak neko-neko diantara mereka berdelapan.
"Watch out, Wine." Guanlin menurunkan kepalan tangan Rosé dan mengaitkan jari-jari ke tangan ceweknya itu, keeping her in place jadi dia nggak ada resiko bakal ketonjok lagi.
"E cie baru sampe udah gandengan aja, serasa dunia milik berdua," celetuk Lisa.
Jisoo mengangguk. "Bubar yuk guys kita pulang aja."
"............yang nyuruh kalian ikut siapa lagian?"
***
"Kak, nanti kalo dapur kita nuansanya kayak gini bagus kali ya?" Mark menoleh ke arah Jennie saat mereka melewati sebuah replika dapur yang berukuran sedang.
Jennie lalu mendengus in response. "Emang lo bakal di dapur, sok-sok bisa milih? Sekarang aja gue lebih sering ke dapur lo."
"Ya kan nanti belajar Yanggg. Now I may be suck at cooking, tapi jangan kaget kalo gedenya aku jadi jago masak yang seksi kayak Chef Juna," balas Mark sambil mengekori Jennie yang sibuk liat-liat pernak-pernik dapur.
"Lo? Mark Lee? Jadi Chef Juna????" Jennie tertawa mengejek. "Kalo udah Randy Martin tuh Randy Martin aja."
"SHI— oh my God Jen jangan bilang gitu apa, aku merinding ini langsung????" Ujarnya sambil mengusap-usap lengan, bikin Jennie gemes banget dan langsung jinjit buat nguyel-nguyel.
"Kenapa sih lo tuh nggak suka banget dibilang Randy Martin? Dia bukannya masih relatively bersih ya, nggak banyak tingkah gitu?"
Mark memanyunkan bibirnya in response. "Bosen tau nggak, aku di kampus dibilang gitu mulu," balasnya, bikin ceweknya itu langsung tertawa geli.
"Anyway, leave the kitchen to me dan sebagai gantinya lo boleh urus semua design buat kamar kita nanti, alright?" Jennie lalu mengedipkan sebelah mata, sementara Mark cuma bengong, nggak percaya sama apa yang barusan dia denger.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] It's Inevitable, Really | Astro × BlackPink × NCT × Seventeen × Wanna One
Fanfiction"If you wanna be my lover, you gotta get with my friends." - Spice Girls' Wannabe. Book 5 of BlackPink × The Brondong(s) series. They are related, but can be read as stand-alone if you want. If you can't comprehend the pairing, the style of writing...