#44

1.4K 98 5
                                    

WARNING!
TYPO BERTEBARAN

*****

Jungkook pov

"SUJEONG BICARA DENGANKU!"

Skakmat.
Yein melihatku bersama Eunha.
Sial.

"Kenapa berhenti?" tanya Eunha.

"Bisa kah kau jalan sendiri?" tanyaku dengan wajah datar.

"Tidak Jungkook. Kaki ku masih sakit" jawab Eunha.

Aku menghela napas kasar. Dengan tidak rela aku berjalan bersama Eunha menyusul Yein.

"Yein" panggilku lembut.

Yein mengalihkan pandangannya. Aku ingin sekali memeluknya. Aku rindu dengannya.

"Sujeong kajja kita pergi" ucap Yein.

Aku ingin mencegahnya tapi sepertinya Yein bersih keras untuk tetap pergi. sujeong tidak mengikuti Yein. Dia melihatku sejenak.

"Kau brengsek Kook" ucap Sujeong.

"Sujeong tolong dengarkan aku" aku mencegah Sujeong pergi.

"Kau egois. Kau tidak tau kenapa Yein bisa semarah itu? Kemarin saat camping Yein melihat kau berpelukan dengan yeoja ini. Dan sekarang kau tidak berniat meminta maaf tapi malah kau semakin menempel dengan dia Kook. Kau sadar tidak?" bentak Sujeong.

Deg.

Jadi saat aku menolong Eunha Yein melihat dan mengira aku sedang berpelukan dengan Eunha?
Ini salah paham. Jelas jelas aku hanya menolongnya.

"Kejar dia Kook. Sebelum semua terlambat" ucap Sujeong yang langsung meninggalkanku.

"Jungkook" Eunha memanggilku.

"Maaf" aku langsung melepaskan tanganku yang berada di pinggang Eunha.

Aku langsung berlari tanpa memperdulikan panggilan Eunha.

"Yein dimana kau?" gumamku.

"Kau tau dimana Yein?" tanyaku kepada siswa dengan masih mengatur napasku.

"Aku tadi melihatnya menuju rooftop sambil menangis" jawabnya.

Tanpa menjawab lagi aku langsung berlari menuju rooftop.
Sebelum masuk aku mengatur napas ku terlebih dahulu.

Aku masuk dengan perlahan dan melihat Yein duduk menekuk lututnya.

"Kenapa kau harus datang jika untuk pergi?"

"Kenapa kau selalu berbohong?"

"Apa kau tidak bahagia denganku?"

"Jika kau tidak bahagia seharusnya kau menolak dari awal"

"Hiks aku membencimu, sangat membencimu hiks"

Shit.
Kenapa dia berbicara seperti itu. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya menolongnya. Lagipula dia hanya masa laluku.

"Aku datang bukan untuk pergi"

"Aku berbohong karena takut kehilanganmu"

"Aku sangat membutuhkanmu. Aku sangat bahagia dengamu"

"Bagaimana aku bisa menolak jika aku sangat mencintaimu"

"Jangan berbicara begitu lagi. Aku sangat mencintaimu"

Pertahananku seketika runtuh. Aku tidak kuat menahan air mataku yang ingin keluar.

'Sial. Kenapa aku malah menangis?' batinku.

BE MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang