Pamit

1K 59 0
                                    

Bagian Sebelas

Jangan sedih. Aku pergi agar kamu tidak terbebani dengan luka yang pernah kamu beri. Kepadaku. 

♡♡♡

SETELAH kejadian kemarin, Cherry berusaha terlihat baik-baik saja. Ia tidak mau dianggap lemah karena penolakan Lucas. Tunggu, penolakan? Anggap saja perjuangan Cherry kemarin adalah untuk menggapai cinta manusia es itu. Jadi, insiden kemarin bisa disebut sebagai hari penolakan dari Lucas.

Dan Cherry harus berusaha mati-matian menahan luka di hatinya. Bagaimanapun juga, Cherry adalah manusia biasa. Sekalipun apa yang dikatakan Lucas kemarin memang benar, namun cewek itu punya hati yang kerap kali bisa rapuh dan patah.

Cherry berusaha kuat biar tidak ada yang menuduhnya sudah jatuh cinta dengan es batu berjalan. Baiklah, ia mengakui jika tidak ada satu gadis manapun yang akan meragukan pesona Lucas. Cowok itu terlalu sempurna untuk dijadikan sebagai pangeran. Dan Cherry menyetujuinya. Namun cewek itu tak ingin melangkah dan berpikir terlalu jauh tentang perasaannya. Mungkin saja, getaran di hatinya saat bertemu cowok itu hanyalah tanda kagum atau sejenisnya. Bukan suka.

Hari-hari Cherry berjalan seperti biasanya sebelum ia memperjuangkan Lucas. Cewek itu selalu tampil cantik apa adanya dengan senyum tulus yang tidak dibuat-buat. Tapi ada satu hal yang berbeda dari Cherry yang biasanya. Mata indah miliknya bengkak. Jika ada yang lebih jeli memperhatikannya, mata indah itu sudah digunakan untuk menangis semalaman. Dan, Cherry beruntung. Karena tidak semua orang mengetahuinya.

"Cherry!" Panggilan itu membuat si pemilik nama menoleh.

Dari kejauhan, Cherry bisa melihat senyum Dava mengembang begitu indah. Untuk apa Dava menemuinya lagi?

"Dava?" 

Cowok itu sekarang sudah berdiri di hadapan Cherry. "Kamu apa kabar?" 

Cherry mengerutkan alisnya. "B-baik. Dava apa kabar juga?"

"Aku nggak lagi baik-baik aja."

"Dava sakit?"

"Iya, sakit. Karena kamu tolak ajakan aku untuk balikan."

"Dava--"

"Iya, nggak apa-apa, Cher. Aku akan berusaha ngelupain kamu. Jaga diri kamu baik-baik. Aku cuma mau pamit."

"Dava mau pergi?"

Yang ditanya cuma tersenyum sambil mengangguk. "Biar bisa ikhlasin kamu, Cher." 

Cherry jadi merasa bersalah. Baginya, Dava itu baik. Tapi tidak ada rasa untuk cowok itu. "Dava, maaf--"

"Pokoknya jaga diri kamu baik-baik. Jangan perjuangin Lucas terus. Kadang kamu juga harus melihat orang yang memperjuangkan kamu. Bukan aku. Karena aku sudah berhenti perjuangin kamu." Tatapan Dava berubah menjadi begitu dalam. Ada luka yang tersirat di sana, dan Cherry tahu itu. Tapi Dava agaknya tidak ingin cewek yang ia sukai tahu. Ia akhirnya hanya bisa mengacak rambut Cherry sambil tertawa untuk menenangkan suasana hatinya. "Aku mau pergi ke Madrid. Mau masuk club sepak bola." 

Ia pikir dengan leluconnya, Cherry akan tersenyum. Tapi Dava ternyata salah. Cewek itu justru sedang menangis sekarang.

"Kamu kenapa nangis? Udah terlambat, Cher. Aku nggak akan perjuangin kamu lagi." Canda Dava. Menurutnya, tingkah Cherry sangat lucu. Dava yakin, cewek itu pasti sekarang sedang mengingat romansa kisah mereka.

My Cruel Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang