BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN
"Roda itu berputar."
"JADI SAYA DISKORS?"
Mata Cherry membelalak. Bukan, bukannya dia tidak terima dengan keputusan Kepala Sekolah, tapi ini bahkan seminggu sebelum Ujian Semester. Dan Cherry harus kehilangan waktu belajarnya di sekolah selama seminggu juga.
"Kamu beruntung, keluarga Estella tidak menuntut. Jadi pihak sekolah sebagai gantinya memberikan skorsing selama seminggu untuk kamu. Saya harap kamu mengerti, Cher."
"Saya mengerti, Pak. Saya pribadi mohon maaf atas kejadian kemarin dan membuat sekolah--"
"Sudah, tidak perlu dibahas. Inilah kehidupan, roda yang diatas pasti akan merasakan bagaimana sedihnya di bawah. Ini pelajaran untuk kita semua, Cherry."
Cherry terharu mendengarnya. Ia pikir, Kepala Sekolah akan sangat marah besar kepadanya. Tapi sebaliknya, pria yang suka menggunakan jas hitam itu malah memberi Cherry nasihat. Semacam menguatkan.
Sebenarnya cewek itu ingin sekali menangis. Bagaimanapun juga, kejadian saat festival kemarin adalah karena kesalahannya. Karenanya, sahabat Cherry kehilangan mimpi mereka untuk melanjutkan pendidikan di Princeton University. Dan sekolah kehilangan penghargaan sebagai pemilik tim Cheerleader terbaik di Jakarta. Juga, Cherry tidak akan melupakan kesalahannya pada Estella.
Ya Tuhan, betapa cerobohnya Cherry pada hari itu.
"Ini suratnya. Sekolah tidak berusaha menutupi, tapi Tuan Sam pasti akan tahu dengan sendirinya tentang hal ini."
"Iya, Pak."
Cherry membenarkan hal itu. Meski jauh darinya, Tuan Sam akan tahu informasi apapun tentang SMA Harrison. Bukan karena sebagai orang tua Cherry, tapi karena Tuan Sam adalah salah satu donatur yayasan sekolah yang secara otomatis akan tahu tentang informasi sekolah. Apalagi festival kemarin adalah ajang bergengsi dan diliput dalam berita televisi nasional, tentu saja semua orang akan tahu.
"Sekali lagi aku mohon maaf kepadamu, Cherry."
Cewek itu tersenyum sembari menerima amplop berwarna coklat di depannya.
"Saya permisi, pak."
Cherry keluar dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Rasanya ia ingin menangis saja. Karena baru kali ini dalam hidupnya, ia mengecewakan orang-orang di sekitarnya, ia bahkan membuat Estella harus terbaring di rumah sakit.
Cewek itu berjalan, berencana kembali ke kelasnya. Saat ia melewati koridor, tiba-tiba pembicaraan berupa hujatan, sindiran, makian dan kata-kata kasar lainnya mulai terdengar.
"Nggak nyangka ya, ternyata Cherry sejahat itu." Beberapa cewek saking berbisik saat melewati Cherry.
"Cantik mukanya belum tentu cantik hatinya."
"Baru tau kan, kalo bidadari yang lo banggain itu nggak sebaik yang lo kira. Gue kan udah bilang kalo Cherry itu bukan cewek baik-baik. Dia bahkan yang ngebet minta jadian sama Lucas."
"Masa sih?"
"Lucas dari awal kan benci digangguin Cherry. Lo inget kan waktu dia marah-marah sama Cherry pas di kantin? Dia nggak suka Cherry caper dan sok cantik."
"Iya sih gue inget. Lucas kayak benci banget sama Cherry."
"Gue bilang juga apa. Dia bukan cewek baik-baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Prince
Teen Fiction[WARNING] CERITA INI MENYEBABKAN PEMBACANYA KETAGIHAN. YAQIN MASIH MAU BACA? PERINGATAN KERAS: 1. ANTIMAINSTREAM 2. FULL CONSPIRATION 3. CRYING EFFECT 4. DONT COPY MY STORY 5. OBEY THE RULES My Cruel Prince "Jadi mau lo apa?" Tanya Lucas. "Lo mau...