BAGIAN DUA PULUH TUJUH
"I hate you, I love you."
❤❤❤
JALANAN ibukota di malam minggu sangatlah ramai. Ribuan kendaraan berjejer di pinggiran tol. Di antaranya, mobil sport merah milik Cherry terus menekan klakson. Memberitahu pada siapapun pemilik kendaraan di depannya untuk segera mempercepat laju—merangkak maju ke depan.
Cherry sudah jengah di dalam mobil. Ia ingin segera mendinginkan kepalanya dengan es krim. Latihan koreografi baru kali ini benar-benar membuatnya lelah seharian. Cewek itu bahkan belum sempat mandi. Ah, Cherry.
Di tengah ketidak-mood-annya, Cherry dihebohkan dengan nada dering ponselnya.
“Gosh, bikin kaget aja.”Sebuah panggilan dari Leo. Dengan malas, Cherry mengangkatnya.
“Ha—”
“Kak Cher, lo dimana? Jemput gue dong. Gue lupa bawa uang nih. Udah terlanjur traktir temen-temen gu—”
Cewek itu memutar bola matanya jengah. Sepupunya yang satu ini memang sangat menyebalkan. Tapi Cherry tidak pernah tidak bisa membantu siapapun yang membutuhkannya. “Lo di mana?” Tanyanya sebal.
“Di Caffe Waiting Love.”
Beep. Telepon langsung dimatikan sepihak oleh Cherry. Sekali tancap, mobilnya langsung melesat cepat meninggalkan jalanan ibukota.
❤❤❤
“Makasih Kak Cherry sayang. Leo makin sayang deh sama Kak Cherry.”
Yang dipuji hanya mendengus sebal sambil menikmati es krimnya. Dua manusia itu kini tengah duduk di alun-alun kota. Menikmati malam minggu bersama para pedagang asongan yang berlalu lalang di depan mereka.
Leo sedang bersyukur. Kejadian malam ini bisa diatasi oleh kakak sepupunya. Bagaimana tidak, cowok berkulit putih itu benar-benar tidak menyangka jika dompetnya tertinggal di rumah. Padahal ia sudah berjanji mentraktir anggota tim basketnya. Dan Leo pantang untuk mengingkari janji.
Akhirnya Leo teringat kakak sepupunya yang baik dan cantik itu—Cherry. Di antara saudara sepupunya, hanya Cherry lah yang bisa diandalkan. Jika Leo melapor pada Joya, bukannya bantuan yang ia dapat, justru ia akan mendapatkan hukuman sekaligus umpatan dari kakaknya itu. Dan, itu mengerikan.
“Kita kayak orang pacaran ya, Kak.” Leo menyeringai genit. Sadarkan Leo, Tuhan.
Cherry langsung menoleh. Matanya melotot—hampir keluar. “Apa lo bilang?”
Leo meringis. “Enggak kok. Abis Kak Cherry diem terus. Leo kan takut kalo Kak Cherry lagi patah hati. Yaudah Leo hibur deh.”
Cherry terdiam sejenak. Patah hati? Sepertinya Leo benar. Ia sedang patah hati. Masalahnya, belakangan ini cewek itu sering susah bernafas, susah tidur, susah makan, susah buang air. Sejak ditolak jadi teman Lucas.
Ah, kenapa ingat lagi?
Dengan gemas, Cherry menghabiskan suapan es krim ke mulutnya. Leo menatap sepupunya aneh. Ia semakin yakin jika Cherry sedang patah hati.
Leo akhirnya berpikir. Harus dengan cara apa ia bisa menghibur sepupu kesayangannya ini. Satu menit, sepuluh menit, dua puluh menit sampai jarum jam menunjuk angka enam dan itu artinya sudah tiga puluh menit Leo memacu otaknya untuk mencari ide. Sayang, Leo tidak mewarisi kepintaran Cherry. Jadi usaha berpikirnya sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Prince
Teen Fiction[WARNING] CERITA INI MENYEBABKAN PEMBACANYA KETAGIHAN. YAQIN MASIH MAU BACA? PERINGATAN KERAS: 1. ANTIMAINSTREAM 2. FULL CONSPIRATION 3. CRYING EFFECT 4. DONT COPY MY STORY 5. OBEY THE RULES My Cruel Prince "Jadi mau lo apa?" Tanya Lucas. "Lo mau...