Bagian Empat Belas
Mencintaimu seperti menyaksikan hujan jatuh. Kadang aku bersyukur, kadang aku mengeluh.
💞💞💞
BARUSAN Cherry keluar dari ruang kelasnya. Hari ini rasanya sangat melelahkan. Ada beberapa tugas mendadak yang harus ia kerjakan saat itu juga. Tapi jika kalian tahu, tugas itu hanya untuk Cherry saja. Yups, sebagai siswi paling pandai di sekolahnya, cewek itu ditugaskan untuk mengikuti beberapa tes akademik untuk olimpiade Kimia minggu depan.
Rasanya pening juga kalau jadi Cherry. Untung saja cewek itu cuek bebek dengan segala mata pelajaran yang memberatkannya. Kecuali kalau sudah menyangkut teman dan keluarganya, cewek itu akan dengan tiba-tiba harus memikirkannya.
Cewek itu berjalan ke arah koridor utama. Oh iya, kok Cherry pulang sendiri? Tenang, teman-temannya sudah pulang sekitar satu jam yang lalu. Alasannya, ya, karena memang Cherry masih ada tugas mendadak sih. Bukannya nggak setia kawan, tapi Cherry memang menyuruh mereka pulang duluan.
Suasana koridor mulai gelap. Terlebih suara hujan mulai terdengar menggema di setiap sudut ruangan. Secara tiba-tiba bulu kuduk Cherry berdiri. Perasaannya mendadak tidak enak.
Ia lalu mempercepat langkahnya. Mengabaikan suara jendela yang membuka--menutup sendiri diterpa angin.
Tapi, "Tuhan, gue lupa kalo lagi nggak bawa mobil." Cherry menepuk jidatnya. "Terus gue pulangnya gimana dong."
Ha-ha. Ekspresi Cherry ketika merutuki ketololannya mungkin sangat lucu. Rambutnya sudah berantakan karena berkali-kali ia acak.
Cherry kemudian mengeluarkan handphone-nya. Menelepon seseorang untuk menjemputnya. Malangnya, nggak ada seorang pun yang dia telepon, yang mengangkatnya. Cherry mendesah frustasi. Sekarang cewek itu sudah duduk di bangku panjang samping koridor utama.
Bagaimana lagi. Cewek itu akhirnya pasrah menerima takdir. Nanti mungkin kalau hujannya udah reda, dia bakalan cari taksi atau kendaraan jenis apapun.
Sambil menunggu hujan reda, cewek itu memutuskan untuk memainkan game di apple-nya. Hanya ada suara hujan yang semakin menderas yang terdengar. Wajar saja, sekarang bahkan sudah pukul empat sore. Keadaan sekolah pasti sudah tak berpenghuni.
Cherry berusaha menulikan telinganya dari suara bising di sekitarnya. Paling cuma halusinasi Cherry. Perasaannya tiba-tiba tidak tenang sampai suara halilintar yang menyeruak keras membuatnya berteriak kencang.
"AAAAAAAAAAAA!" Cherry menutup kedua telinganya. Fyi, Cewek itu paling takut kalau dengar suara itu.
Dan teriakan Cherry barusan, berhasil menampakkan wajah emosi dari seseorang yang sedang duduk di balik dinding. Wajahnya lalu menyembul, menatap Cherry tajam.
"BERISIK!"
Melihat wajah seseorang itu Cherry semakin kencang berteriak. Matanya membulat kaget. Bagaimana tidak, yang sedang menegurnya itu Lucas. Cowok yang belakangan ini Cherry perjuangin.
Sumpah demi apa, Lucas masih di sekolah jam segini?
"BISA DIEM NGGAK SIH, LO?" Lucas memejamkan matanya sebentar. Menghembuskan nafas gusar. Sumpah, teriakan cewek alay itu beneran membuat gendang telinganya bermasalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Prince
Fiksi Remaja[WARNING] CERITA INI MENYEBABKAN PEMBACANYA KETAGIHAN. YAQIN MASIH MAU BACA? PERINGATAN KERAS: 1. ANTIMAINSTREAM 2. FULL CONSPIRATION 3. CRYING EFFECT 4. DONT COPY MY STORY 5. OBEY THE RULES My Cruel Prince "Jadi mau lo apa?" Tanya Lucas. "Lo mau...