BAGIAN TIGA BELAS
"Cinta kadang berawal dari hal-hal yang dibenci."
HAWA dingin masih menyelimuti pagi. Matahari masih nampak malu-malu menunjukkan sinarnya. Kabut juga sepertinya enggan berpindah. Tapi hal itu tidak menyurutkan niat Cherry, Joya dan Leo untuk melakukan olahraga pagi.
Kebetulan sekarang sedang hari minggu. Seperti biasa, ketiga remaja itu menghabiaskan minggu pagi mereka bersama riuh burung yang berkicau dan juga jalanan kota yang lengang.
Cherry nampak memimpin di depan. Seperti biasa, Cherry selalu cantik. Apalagi terpaan angin membuat rambutnya yang tergerai mengalun indah. Sementara di kedua telinganya terpasang sebuah headset. Sesekali Cherry ikut bernyanyi, mengiring alunan musik yang ia dengar. Sebuah lagu milik Ed Sheeran—Shape of You.
Sementara di belakang Cherry, Leo dan Joya nampak berlari lebih santai. Keduanya kompak menggunakan jaket berwarna brown dengan celana training putih. Andai Gueni melihat kedekatan Joya dan Leo, cewek itu pasti akan merana.
"Gueni nggak jadi ikut lari pagi?" Tanya Joya di sela-sela berlari.
"Mana mau tuh anak lari-larian begini. Gueni tuh tipe anak manja. Takut sama matahari." Jawab Leo santai.
Joya melirik adik sepupunya yang sedang nyengir tak berdosa. Ia lalu menoyor kepala Leo. "Gitu-gitu juga pacar lo. Gue kasih tahu Gueni tahu rasa lo!"
Leo meringis. Mengelus kepalanya yang sedikit sakit. Dia akui, jika tangan Joya memang ampuh bin sakti. Sekali ditoyor, rasanya seperti dihujani tempurung kelapa berkali-kali.
"Sakit kali, Kak." Leo mengeluh, memberengut. "Itu tangan apa kaki gajah, sakit juga kalo mukul."
"Makanya lo jangan belagu. Lo sendiri juga anak manja. Makan aja minta disuapin Tante Riana." Joya berhenti berlari. Ia menatap Leo kesal. "Orang manja jodohnya juga manja."
"Oh ya? Tapi kok Kak Rean orangnya pendiam, sementara lo cerewet. Jangan-jangan—"
Mendengar kata-kata Leo, Joya sudah melotot. Tangannya sudah mengepal kuat, mengambil ancang-ancang untuk melambungkan pukulan kedua.
"jangan-jangan kalian bukan jodoh." Setelah mengatakan itu, Leo langsung ngacir meninggalkan Joya. Cowok itu terpingkal luar biasa. Sungguh, Leo suka mengerjai Joya.
"Leo kentang asin! Awas aja lo! Gue rebus lo kalo kena!" Teriak Joya dari belakang.
"Lo apain Joya lagi, Leo?" Tanya Cherry begitu Leo sudah di sampingnya.
"Enggak. Kak Joya emang suka teriak-teriak gitu, kan? Hobi banget bikin telinga orang sakit." Balas Leo santai. Cowok itu bahkan bisa tersenyum lebar setelah mengatai sepupunya.
Cherry menggeleng.
"Kak Cherry makin cantik deh! Apalagi kalo senyum, nggak cemberut kayak gitu." Ia lalu menatap ke atas. Melihat bagaimana awan-awan di atasnya nampak tersenyum. "Lihat, Kak. Awan aja terpesona sama Kak Cherry."
Cherry akhirnya mendongak. Ia memicingkan matanya kemudian. Menatap Leo tajam. Baiklah, Leo sepertinya sedang menggoda kakak sepupunya. Tangannya dengan jahil mengambil headset yang ada di telinga Cherry, lalu meletakkan di telinganya. "Kalau kita bukan sepupu, pasti Kak Cherry udah aku pacarin."
"Bilang apa barusan?" Cherry sudah berancang-ancang menabok pantat Leo dengan keras. Tapi gagal. Karena Leo selalu punya otak jahil untuk membuat sepupunya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Prince
Teen Fiction[WARNING] CERITA INI MENYEBABKAN PEMBACANYA KETAGIHAN. YAQIN MASIH MAU BACA? PERINGATAN KERAS: 1. ANTIMAINSTREAM 2. FULL CONSPIRATION 3. CRYING EFFECT 4. DONT COPY MY STORY 5. OBEY THE RULES My Cruel Prince "Jadi mau lo apa?" Tanya Lucas. "Lo mau...