Masih Hujan

863 51 0
                                    

BAGIAN LIMA BELAS

"Aku cuma pengen kamu peduli dengan sekitar. Jangan cuma peduli sama diri kamu sendiri. Sebab roda itu berputar."

KALIMAT Cherry barusan membuat Lucas sontak menoleh. Ia menatap cewek di sebelahnya dengan tatapan seolah-olah dia sedang bertanya, "Maksudnya?"

"Uap yang mengepul di langit aja bisa luruh dan jadi hujan. Masa hati kamu yang setiap hari aku perjuangin, nggak luluh juga." Ucap Cherry penuh penghayatan. Mata indah itu menatap langit.

"Cewek sinting!" Lucas lalu menutup telinganya dengan sebuah headset. Mendengar suara Cherry tidak baik untuk kesehatan telinganya.

"Lucas nggak capek sendirian, nggak punya teman curhat, nggak punya teman ke kantin, nggak punya teman yang bisa diajak kemanapun? Lucas nggak capek dibenci banyak orang karena dianggep sombong?" Kini Cherry menoleh. Menatap Lucas dari dekat. Meski ia tahu Lucas tak akan mendegarnya, tapi setidaknya semua uneg-uneg di hati cewek itu sudah terluapkan.

"Lucas jangan salah paham. Selama ini yang aku lakuin itu bukan karena aku pengen nambah daftar mantan seperti yang kamu bilang. Bukan karena aku ngikutin tantangan buat luluhin kamu. Atau ini juga bukan karena aku ada perasaan. Kamu nggak perlu ge-er."

Tuh kan. Benar apa kata Lucas, Cherry memang rada sinting. Udah tau Lucas pake headset, masih aja diajakin ngomong. Apa faedahnya juga.

"Kenapa lo nggak bisa diem sih? Lo tau, suara lo bikin telinga gue sakit. Udah cukup nggak usah nyaingin suara hujan." Kata Lucas beremosi, lagi.

"Bagusan juga suaraku." Cherry mengumumkan. Dengan tanpa meminta izin, Cherry langsung melepas headset berwarna putih itu dengan geram. "Sekali-kali jangan jadi orang egois dong, Luc. Manfaatnya apa coba?"

"Apaan sih lo?"

"Lo nggak capek jadi orang egois, huh? Kalo ada orang ngomong tuh didengerin."

"Nggak penting!" Lucas merebut headset itu dari tangan Cherry. Lalu kembali memakaikannya di telinganya.

Cherry jadi sebal sendiri. "Inget, Lucas. Nggak selamanya kamu bisa menghadapi semuanya sendiri. Nggak selamanya kamu punya kuat sendirian. Kamu pasti butuh orang lain."

"Lucas, roda itu berputar." Cherry menatap hujan jatuh. Matanya menerawang dalam setiap rintik yang menghujam bumi. "Ketika kamu di atas, suatu saat kamu juga akan ngerasain gimana ketika di bawah. Mungkin sekarang kamu bisa sendirian, tapi suatu saat kamu pasti butuh orang lain untuk bantu kamu. Kalau kamu nggak punya teman sekarang, dan kamu bersikap nggak peduli sama orang lain, terus siapa yang bakal bantu kamu suatu saat ketika kamu butuh bantuan. Aku bilang ini bukan untuk membuat kamu mau temenan sama aku. Tapi ini juga buat kebaikan kamu. Cobalah unuk menerima orang lain. Cobalah untuk menghargai orang lain. Karena kita nggak akan pernah tahu takdir."

Entah kenapa ketika mengatakan itu, ada yang tidak beres dengan hati Cherry. Semuanya jadi terasa sesak. Sepertinya, ada beberapa hal di masa lalu Cherry yang sangat menyakitkan.

Tak ada sahutan dari Lucas. Cowok itu sepertinya sedang asyik dengan musik di telinganya.

Tuhan,kapan Lucas luluh?

Cherry pada akhirnya menyerah. Sementara hujan kali ini sudah mereda. Menyisakan gerimis. Cewek cantik itu lalu berdiri.

Tanpa Cherry tahu, Lucas sedang memperhatikannya.

My Cruel Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang