BAGIAN DUA PULUH SATU: TUNANGAN
"Kerap kali ingatanku tentangmu membuat hatiku berdarah-darah. Barangkali ini sebab sebelum pergi, luka yang kamu tandaskan amat parah"
❤❤❤
CHERRY pusing setengah mati. Gara-gara flu ditambah sama berita-berita nggak jelas yang ramai di grup kelas. Awalnya Cherry ingin masa bodo tapi risih juga kalau sedari tadi dia mendapat ribuan chat dari teman satu sekolahnya. Pertanyaannya simple sih, tapi ketika Cherry menjawabnya, dia dikira bohong.
Kak Cherry pacarnya Kak Lucas ya?
Pertanyaan itu muncul sejak foto Lucas menggendong dirinya beredar. Dan seluruh penghuni SMA Harrison langsung heboh dengan sendirinya.
Cherry beruntung tadi ia langsung bisa menghilang karena kondisinya memang sakit dan memungkinkan untuk pulang di saat jam pelajaran berlangsung. Tante Elizabeth-Mama Joya, yang tadi menjemputnya setelah mendapat kabar dari cewek cerewet itu. Kalau Cherry masih berada di lingkup sekolah, bisa jadi Cherry harus mengadakan konferensi pers dadakan buat klarifikasi hubungan dia sama Lucas.
"Lucas ngapain sih pake acara gendong gue segala? Kalo udah kayak gini urusannya makin runyam."
Cherry mendecak sebal. Kamarnya yang luas mendadak jadi sesak gara-gara Cherry kurang pasokan oksigen sekarang. Kata Dokter, Cherry harusnya istirahat dan jangan banyak pikiran, eh tapi kalo udah kayak gini mana bisa?
Gara-gara manusia es berjalan.
"Cher, kok belum tidur?"
Tante Elizabeth masuk ke kamar Cherry sambil membawa nampan berisi bubur dan air putih.
"Nggak bisa tidur, Tan." Cewek itu menegakkan tubuhnya, bersandar pada dinding.
"Yaudah, makan dulu yuk." Tante Elizabeth kini duduk di sebelah Cherry. Tangan lembut itu dengan telaten mengaduk bubur yang dibawa lalu menyuapkannya pada keponakan kesayangannya itu. "Anak cantik, buka mulutnya... Haaa.....!"
Cherry terharu. Awalnya ia ingin menolak. Tapi tiba-tiba ia rindu disuapi Mamanya. Dan hanya Tante Elizabeth lah Mama yang ia miliki saat ini.
Hap! Cherry menelan bubur yang baru masuk ke mulutnya pelan. Dadanya mendadak sesak. Tanpa ia sadari, buliran air mata menggenang di pelupuknya. Cheery sungguh, benar-benar merindukan orang tuanya.
"Cher, kenapa? Buburnya nggak enak ya?"
Cherry tersadar dari lamunannya. "Enggak kok, Tan. Kan bubur buatan Tante satu-satunya favorit Cherry." Cewek itu tersenyum tipis. "Cherry cuma kangen sama Mama dan Papa, Tan."
Kalau dirasa, menahan rindu sendirian-berlama-lama, memang sangat menyakitkan. Jujur, Cherry butuh teman. Untuk hati sepinya.
Satu tangan Tante Elizabeth terulur lembut, mengusap pucuk kepala Cherry pelan. Wanita lebih dari sepertiga abad itu paham dengan perasaan keponakannya. Bagaimanapun juga tahun-tahun yang Cherry lewati sendirian tidaklah sebentar. Ada banyak air mata yang beberapa kali menjadi saksi atas kerinduan yang teramat. Ia tahu, Cherry mungkin tegar dihadapan teman-temannya. Tapi dihadapannya, Cherry tidak cukup tangguh untuk hidup sendirian tanpa orang tuanya. Cherry tak berdaya.
"Sayang, mereka pasti lebih rindu sama kamu. Mereka pasti pulang. Kamu tahu kan, ini semua mereka lakukan demi kamu? Jangan sedih--"
"Tapi kenapa Cherry nggak bisa ngobrol sama mereka tiap hari, Tan? Cuma sekali dalam satu bulan Cherry bisa tahu kabar mereka. Cherry pengen setiap hari selalu ada kabar tentang Mama dan Papa. Cherry cuma kha-wa-tir." Di ujung kalimatnya, Cherry sudah tak tahan. Kerongkongannya telah kering. Suaranya tercekat. Sungguh, rindu harus semenyakitkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Prince
Roman pour Adolescents[WARNING] CERITA INI MENYEBABKAN PEMBACANYA KETAGIHAN. YAQIN MASIH MAU BACA? PERINGATAN KERAS: 1. ANTIMAINSTREAM 2. FULL CONSPIRATION 3. CRYING EFFECT 4. DONT COPY MY STORY 5. OBEY THE RULES My Cruel Prince "Jadi mau lo apa?" Tanya Lucas. "Lo mau...