BAGIAN EMPAT PULUH LIMA
"Melupakan itu sulit."
❤❤❤
LIBUR dua minggu membuat Cherry punya waktu untuk melupakan Lucas. Meski perih di ulu hatinya masih ada, tapi setidaknya untuk dua minggu ke depan, ia tidak akan bertemu dengan cowok laknat itu. Untungnya di pertengahan minggu, Cherry akan menyambut kedatangan orang tuanya dari Paris. Setidaknya kesedihan Cherry bisa sedikit reda.
“PAPI! MAMI!” Cherry langsung berhambur ke pelukan orang tuanya begitu keduanya keluar dari lift bandara.
Air mata Cherry sudah tidak dapat dibendung lagi. Saking bahagianya, Cherry bahkan melepas high-heelnya agar bisa cepat sampai di pelukan orang tuanya.
“How are you, Queen?” Tuan Sam langsung menghadiahkan pelukan erat untuk putri kesayangannya.
“I’m not okay.” Cherry terisak bahagia. Akhirnya setelah bertahun-tahun rindunya terobati. Meski sebelumnya mereka bisa melakukan virtual hug melalui SNS, tapi rasanya tetap tidak nyata. Ibarat bisa menatap, namun sulit menggenggam (kayak Bangchan aja wkwkwk)
“Duh, anak Papi jangan nangis, Sayang. Masa Papi pulang dihadiahi air mata, kan nggak seru.” Begitu seterusnya, sampai Tuan Sam puas menyurai rambut Cherry yang semakin memanjang itu. “But wait, apa ini beneran Queennya Papi?” Tuan Sam menatap wajah Cherry lekat.
Cherry mencebik. “Salah siapa kerja nggak pulang-pulang, sampai muka anaknya aja lupa.”
Terukir senyum dari wajah tampan Tuan Sam yang awet muda itu, “Waduh, Papi udah kayak Bang Toyib dong?”
Joya dan Leo yang berdiri di belakang Cherry tampak menahan tawa. “Selama tujuh belas tahun bernafas, aku belum pernah bisa memvisualisasikan wajah Bang Toyib. Eh ternyata om sendiri.” Kata Leo.
“Dan selama Om hidup, Om baru tahu kalo raja hutan dikasih izin berkeliaran di bandara.” Balas Tuan Sam.
“Wah, jadi kangen perang bantal sama Om.” Leo sedang mengingat-ingat masa kecilnya. Tuan Sam dan dirinya punya selera humor yang mirip, maka dari itu mereka dekat, dan jangan lupakan mereka pernah terlibat perang bantal.
“Nanti kita main Kart R*der bareng! Kamu lawan om.”
“Oke siap!”
“Tunggu-tunggu, ini kapan Mami bisa gentian peluk Queen?” Celetuk Nyonya Alana yang sejak tadi hanya menjadi penonton.
“Eh bentar, Mi. Papi masih belum selesai kangen-kangenan sama anak Papi.”
“Iya-iya, Queen emang lahir dari rahim Papi kok. Mami nggak ada hak.” Merajuk, Nyonya Alana mengerucutkan bibirnya.
Cherry sampai geleng-geleng dengan kelakuan orang tuanya. Kalau kalian berpikir orang tuanya Cherry adalah kaum sosialita dan anti humor, kalian salah. Memang sih, di depan khalayak, mereka akan sangat berwibawa, tapi kalau sudah di depan keluarga, kalian hanya akan mendengar mereka tertawa, kemudian tertawa dan juga tertawa.❤❤❤
Syukurlah koper Tuan Sam masih ada. Saking bahagianya ketemu sama anak, koper berisi berkas-berkas yang lumayan penting ditinggalkan begitu saja di lobi. Akhirnya Cherry yang menjemput koper menyedihkan itu. Sementara yang lain menunggunya di parkiran.
Namun saat berjalan, seseorang tiba-tiba memanggilnya.
“Cherry!”
Cherry berbalik begitu mendengar namanya dipanggil. What? Rasanya mau pingsan saja begitu matanya menangkap sosok Lucas tengah melambaikan tangan ke arahnya, dengan senyuman pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cruel Prince
Teen Fiction[WARNING] CERITA INI MENYEBABKAN PEMBACANYA KETAGIHAN. YAQIN MASIH MAU BACA? PERINGATAN KERAS: 1. ANTIMAINSTREAM 2. FULL CONSPIRATION 3. CRYING EFFECT 4. DONT COPY MY STORY 5. OBEY THE RULES My Cruel Prince "Jadi mau lo apa?" Tanya Lucas. "Lo mau...