PART 40

97 5 0
                                    

" Kau...

Alena hanya mematung diam, dengan tubuh yang menegang tatkala Jenny sudah berada di depan nya saat ini. Bahkan Jenny menyela perkataan Alena kepada wanita yang di depan nya saat ini.

" Apa anda punya masalah Nyonya?" Tanya Jenny dengan nada yang tidak suka.

Wanita itu mengedutkan sudut bibir nya dan dengan angkuh ia menaikkan dagu nya sambil menjawab. " Aku tidak punya urusan dengan karyawan rendahan seperti kalian"

Jenny mengepalkan tangan nya dengan kuat menahan gejolak amarah yang sedang mengalir di setiap tetes darah nya, karna Jenny tidak mengenal kata sabar di dalam hidup nya dan hanya dengan perkataan wanita itu sudah membuat Jenny ingin membuncahkan amarah nya.

Sedangkan Alena yang sedari tadi diam dengan tubuh yang gemetar hanya menatap wanita itu dan juga Jenny. Tubuh Alena merasa merespon ketika tiba-tiba wanita tadi menatap nya begitu tajam, seakan-akan Alena mangsa nya yang siap untuk di terkam saat ini juga.

Siapa wanita ini.. batin Alena

" Dan ingat baik-baik Nyonya, karyawan rendahan seperti kami lah yang menjadikan perusahaan ini semakin maju, jika tidak ada kami perusahaan ini tidak akan bergerak dengan sendiri nya." Balas Jenny dengan tersenyum miring. " Anda juga harus mengingat, siapa yang memberi pundi-pundi rupiah di kantong Anda jika bukan kami yang Anda maksud sebagai karyawan rendahan" lanjut Jenny membuat orang-orang yang berada di toilet tercengang atas jawaban Jenny.

Wanita itu menggeram marah dan melayangkan tangan nya untuk menampar Jenny, namun yang di dapat bukan Jenny yang terkena tamparan nya melainkan Alena.

Plakk..

" Berani-berani nya kau membantah ku" teriak wanita itu

" Alena.." gumam Jenny dan mengusap pipi Alena yang merah karna terkena tamparan yang begitu keras.

Ini sudah keterlaluan..

Jenny kembali menatap wanita tadi, dengan mata yang menyala tajam. " Kau sudah keterlaluan Nyoya, jika aku tidak mengingat bahwa dirimu jauh lebih tua, aku pastikan kau sudah lenyap dari muka bumi ini." Desis Jenny yang menyiratkan nada yang penuh ancaman.

Wanita itu terkekeh, ia menjawab dengan nada yang merehmehkan. " He, jangan berlagak sombong jika dirimu tidak mempunyai kedudukan yang setara dengan ku" ucap nya dengan begitu angkuh.

" Setara? katakan, seberapa besar harga yang anda miliki Nyonya" sahut Jenny membuat semua orang kembali tercengang dan hanya memilih diam.

Wanita itu kini mulai meradang atas semua jawaban Jenny, amarah nya sudah mulai menggebu-gebu. " Jangan pernah membuat kesalahan dengan ku, ingat itu" tunjuk wanita itu tepat di mata Jenny.

Jenny hanya mengembangkan senyumam nya lalu berkata. " Hahaha, kau sangat lucu Nyonya." Kata Jenny lalu senyuman Jenny kini menjadi sebuah seringaian. " Dan kau sudah membuat kesalahan dengan ku, Nyonya Marissa yang terhormat." Lanjut nya dengan nada penuh tekanan.

Wanita itu membelalakan mata nya karna terkejut.

Bagaimana bisa gadis ini tahu namaku. Batin wanita itu

Jenny merasa puas dengan melihat mimik wajah wanita itu, dan kini perhatian nya kembali kepada office girl yang tadi di marahi wanita itu.

" Jika kau tidak merasa bersalah maka lawanlah, kita memang orang yang tidak punya status, tapi ingatlah. bahwa kita masih mempunyai rasa harga diri yang tidak boleh mereka injak-injak." Kata Jenny dengan menepuk-nepuk bahu Office girl itu.

Office girl itu mendongak dan menatap Jenny dengan mata yang sudah berkaca-kaca lalu dengan tersenyum tipis ia mengangguk.

" Ayo Al.." ajak Jenny kepada Alena meninggalkan toilet.

Alena hanya bisa mengikuti Jenny dan terus diam, pikiran nya berkecamuk saat ini.

Bagaimana mungkin Jenny tau nama wanita itu.

Apa kesalahan ku, kenapa wanita itu terlihat begitu membenciku. Padahal aku baru tau wanita itu.

Ada apa ini, bahkan dengan melihat wajah nya aku begitu ketakutan.

Pikiran Alena terus-menerus berkata dan berputar-putar dengan berbagai pertanyaan. Sampai ia tidak menyadari jika ia sudah keluar dari toilet.

" Alena.." ujar Jenny dengan mengguncang bahu Alena.

" Ah.. i..ya" gugup Alena tatkala ia begitu terkejut.

" Ada apa denganmu?"

" A..aku

" Apa pipi mu masih sakit?" Tanya Jenny yang terlihat cemas.

Alena menyuntuh pipi nya yang masih terasa sedikit perih. " Aku tidak apa-apa." Balas nya

" Bagus kalau begitu. Aku akan kembali bekerja." Kata Jenny yang ingin pergi namun tangan nya di cekal oleh Alena.

" Tunggu Jen, apa kau tidak ingin menjelaskan sesuatu?" Cicit Alena

Jenny hanya menghela nafas nya lalu menjawab tanpa memandang ke arah Alena. " Semua nya begitu rumit Al, jika tiba saat nya kau pasti akan mengetahui nya"

" La..lu dari mana kau tau tentang semua nya jika begitu rumit, da..dari mana kamu tau nama wanita tadi. Da..dan siapa wanita tadi dan juga wanita yang pernah aku temui waktu aku di culik dan juga waktu di pesta Grace?" Kata Alena dengan berbondong pertanyaan kepada Jenny.

Jenny hanya bisa diam sambil memikirkan sesuatu, lalu ia melepaskan tangan Alena dengan menjawab. " Cukup percaya dengan ku Al, kau tidak perlu tahu apa pun tentang ku."

" Kau sangat egois." Sahut Alena dengan lantang. Alena yang kini mulai lelah dengan apa yang di sembunyikan Jenny. " Kau fikir aku ini sahabat macam apa Jen, ketika semua nya kau tau tentang ku dan aku tidak boleh mengetahui apapun tentang dirimu." Kini nafas Alena naik turun dengan emosi yang begitu tersulut lalu ia berkata kembali dan berdesis. " Aku begitu muak dengan mu, jangan pernah bertemu dengan ku lagi." Tegas Alena lalu pergi meninggalkan Jenny begitu saja.

Jenny hanya bisa mematung dengan diam, tak lama kemudian ia berjalan meninggalkan kantor dengan tersenyum tipis dan setetes air mata yang jatuh di pipi nya.

Maaf kan aku, sahabat ku Alena.. batin Jenny

***

Setelah kedatangan Ayah nya X bisa merasa begitu tidak tenang, setiap kali ia ingin bertemu dengan Alena ia begitu terganggu dengan ayah nya yang tidak kunjung pergi dari kantor nya dan slalu membuntuti X kemanapun ia pergi.

X merasa seperti anak kecil, yang slalu di buntuti orang tua nya saat ini.

" Dad, bisakah kau pergi dari kantor ku?" Keluh X.

Brain hanya milirik di balik koran yang sedang di baca nya. " Aku suka disini" balas nya lalu ia membalikan koran nya. " Lagi pula, ini kantor ku" lanjut nya.

" Sepupu kau sangat kejam mengusir ayah mu sendiri." Ujar Jeff sambil memainkan ponsel nya.

X mendesah berat melihat dua orang yang begitu persis tingkah laku nya, menyebalkan.

Drttrtt.. Drttt..

Getaran ponsel milik X yang berada di meja, membuat nya mengalihkan perhatian nya dan segera ia mengambil ponsel nya dan melihat siapa yang menelfon.

Seketika itu X mengernyitkan dahi nya, dan langsung berdiri sambil berjalan kearah kaca besar. Lalu ia segera mengangkat nya.

" Halo.."

X bisa merasakan helaan nafas berat di seberang telfon sana..

" Tuan...

X mencengkram ponsel nya dengan kuat, mata nya berkilat dengan tajam. Dan detik itu, saat itu juga ia tahu, bahwa dunia nya sudah runtuh dengan sebuah bencana yang sudah tidak bisa ia ubah..

Kini semua nya akan menjadi awal kehancuran nya..

****

Semoga suka part ini ya..

Jangan lupa Vote and komen nya..

Terimakasih..

    I love Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang