PART 44

71 5 0
                                    

Entah ini di sebut kacau atau keberuntungan bagi Alena. ketika Jeff menghancurkan rapat dengan semua ocehan nya yang tidak berguna, Bagi Alena hari ini adalah hari yang paling buruk selama hidup nya ketika mendapati Jeff mabuk di ruang rapat.

" Maaf tuan-tuan, aku rasa Bos kami belum siap untuk presentasi." ujar Alena ketika semua memandang kesal ke arah Jeff.

Bagaimana bisa Jeff menyeleweng seperti ini, ketika ia sudah menimban semua tangung jawab yang ada di kantor ini. sementara Alena yang harus mengurus semua kekacauan nya.

" Bagaiamana bisa di rapat seperti ini dia mabuk-mabuk kan." balas klien yang sangat kesal kepada Jeff.

Alena menghela nafas nya, untuk mengatur kesabaran nya yang sudah berada di ujung kaki. Sedangkan Jeff hanya tertidur pulas di atas meja, bahkan semua kemeja nya berbau alkohol.

" Sekali maaf kan kami, atas ketidak nyamanan ini, saya berharap anda memaklumi nya." sahut Alena

" Baiklah, kami akan kembali lagi dua hari lagi, semoga waktu itu cukup membuat Bos mu cepat sadar." sarkas klien tadi dengan membawa berkas dan berjalan keluar tanpa menunggu jawaban Alena.

Alena memejamkan mata nya sebentar dengan mengatur nafas nya yang terasa memburu dan ingin sekali menjitak kepala nya Jeff, Tapi Alena masih punya rasa sopan santun. akhir nya ia memilih menggoyang tubuh Jeff dengan sedikit kasar.

" Bangunlah, kau sudah merusak rapat hari ini, apa kau sudah puas?" kata Alena dengan kesal.

Jeff yang setengah sadar hanya mengangguk-ngangguk dan bergumam. " Aku tidak suka rapat. sangat membosankan." kata Jeff lalu kembali ambruk di atas meja.

Alena hanya mendesah pasrah, dengan malas ia duduk di sebelah Jeff. ia seperti dejavu dengan kejadian ini, Alena juga pernah mengacaukan rapat bahkan dua kali. mungkin waktu itu X juga merasa kan marah dan juga kesal kepada Alena karna sudah merusak rapat nya, dan sekarang Alena lah yang merasa marah karna Jeff telah merusak rapat penting. Mungkin inilah yang dinamakan karma. pikir Alena

Di saat seperti ini, bayangan X slalu muncul di pikiran Alena, hati nya slalu bimbang dengan kecemasan tingkat tinggi. bagaimana tidak, jika X tidak pernah memberi kabar apapun kepada Alena sejak X berangkat ke New york. sebenar nya apa yang terjadi sehingga X tidak memberi kabar apapun.

Alena sering menyakan kabar X kepada Jeff. Namun yang di dapat Jeff malah menjawab tidak tahu atau dia pasti baik-baik saja. jawaban Jeff tidak membantu sama sekali terhadap Alena, karna semakin berganti nya waktu. rindu Alena terasa begitu sesak dengan di baluti oleh kecemasan.

Alena hanya menunduk pasrah, inilah saat Alena merasa sendirian, jika dulu ia bersama anak-anak panti dan juga Jenny. tapi sekarang ia merasa benar-benar kesepian, Alena juga tidak menemukan Jenny di rumah kontrak kan nya. di saat seperti ini Alena kembali di paksa untuk mengingat sesuatu yang sangat kelam, dimana sebuah luka dan rahasia yang slama ini ia tutupi dan tersimpan di relung hati nya yang paling dalam.

Flashback..

" Ayah, kita mau kemana.?" tanya gadis kecil yang meringkuk di gendongan ayah nya sambil membawa boneka barbie nya.

" Tenang lah nak, kita pasti akan selamat." balas Ayah nya menenangkan Alena kecil di dalam gendongan nya.

Hujan yang begitu deras, dan suara petir yang menyambar terasa bersautan di atas langit sana. Suasana terasa mencekam, dengan dingin yang membuat tubuh mereka berdua menggigil.

Terlihat sebuah mobil yang terus mengejar mereka berdua, membuat Ayah Alena menambah kecepatan berlari nya dengan nafas yang terengah-engah. semampu nya Ayah nya terus berlari walaupun mustahil karna mobil itu semakin mendekat dan terus mempercepat kecepatan mobil nya.

" Ayah, aku kedinginan.." Kata Alena kembali membuat Ayah nya mempererat dekapan nya.

Dalam diam Ayah nya hanya bisa menahan rasa dingin, dan juga ketakutan yang amat besar. Alena kecil yang tidak mengerti apapun hanya mampu merengek dan mengeluh.

Di saat mobil itu kembali mendekat, Alena hanya bisa mendengar deru napas ayah nya yang semakin memburu ketakutan, Alena kecil hanya diam dan terus menangis sesegukan, di situ pula Alena kecil harus melihat dengan Jelas jika sebuah mobil menghadang ayah nya, Alena merasa ketakutan ketika sebuah tangan dengan paksa merebut nya di dalam gendongan ayah nya, Alena kecil hanya mampu berteriak dan menangis.

" Ayah, Ayah.. lepaskan aku, Ayah tolong aku.. Ayah..Ayah..!!!" teriak Alena yang meronta-ronta ingin dilepaskan oleh seseorang yang mencekram nya.

Alena hanya bisa berteriak meminta tolong, sehingga ia mendengar sebuah pukulan dan merasakan cengkraman itu longgar, dan di saat itu pula ia membuka mata nya dan menemukan ayah nya di depan nya saat ini.

" Ayah.." rengek Alena sambil memeluk ayah nya dengan kuat.

" Tenanglah nak, kita akan pergi sekarang."

Dengan cepat ayah nya kembali menggendong Alena, dan berlari secepat mungkin. Hujan terus mengguyur dan tidak ada tanda-tanda untuk berhenti. Sampai pada akhir nya Ayah Alena berhenti dan membuat Alena mendongak dan menatap mata Ayah nya.

" Ayah.. kenapa kau berhenti?" Tanya Alena sesekali ia mengusap mata nya karna terkena air hujan.

Dengan lembut ayah nya tersenyum dan membelai pipi anak nya yang terasa lembut. " Inilah saat nya kita berpisah nak." Gumam nya.

" Ayah akan pergi, kau harus baik-baik disini ya." sambung nya dan menurunkan Alena di depan gerbang dan dengan sengaja Ayah Alena memencet bel rumah itu beberapa kali supaya penghuni rumah itu keluar dan mau menerima Alena.

" Tapi kenapa kau mau pergi ayah, aku ingin ikut."

" Dengar nak, kau harus tetap berada disini, jika kau besar nanti kau boleh mencari ayah dan juga ikut bersama ayah ya." bujuk Ayah Alena.

Alena menggeleng dengan keras dan menolak dengan tegas. " Tidak ayah, aku ingin ikut sekarang, kemanapun ayah pergi aku akan ikut, aku tidak punya siapa-siapa lagi kecuali ayah.!!"

" Ayah harus pergi sekarang juga." sahut ayah Alena dan langsung beranjak pergi namun dengan segera Alena mencekal lengan Ayah nya.

" Ayah jangan tinggalkan aku..!!" seru Alena kembali.

Tanpa menjawab ayah nya melepaskan cekalan Alena dengan paksa sehingga Alena terjatuh dengan boneka barbie yang ia bawah.

" Ayah jangan tinggalkan aku, Ayah aku ingin ikut.. AYAHHHH..." Teriak Alena histeris namun yang ia dapatkan hanya kehilangan Ayah nya dalam hitungan menit, karna Ayah nya tiba-tiba menghilang begitu saja. Dengan hujan yang begitu deras dan juga harapan untuk kembali bertemu Ayah nya akan terasa sulit.

Flashback End.

Tak terasa air mata Alena meluncur begitu saja, ketika kenangan pahit itu menghampiri nya. sudah bertahun-tahun, Alena mencari ayah nya namun tidak kunjung ia temukan.

" Al kenapa melamun, satpam sudah siap untuk membawa Bos, kemana ia akan mengantarkan nya.?" tanya Nina

Segera Alena menghapus air mata nya, dengan tersenyum tipis ia menjawab. " Suruh satpam itu mengantarkan ke alamat ini." kata Alena sambil menjulurkan kartu yang berisikan Alamat Apartement X.

Alena juga tidak tahu, kemana ia harus membawa Jeff. karna Alena tidak tahu alamat Apartement Jeff, sehingga dengan terpaksa Alena memberi Alamat Apartement X.

" Oh, baikalah akan ku su..

" Nin, aku akan pergi kesuatu tempat, tolong urus kantor ini sebentar saja. ada sesuatu yang harus ku lakukan." Sela Alena.

Nina terdiam dan menatap Alena dengan lekat, lalu ia menghela nafas nya sembari berkata. " Pergilah Al, kamu bisa mempercayakan ku disini."

***

Semoga suka..

Jangan lupa Vote and komen ny ya..

Terimaksih..

    I love Mr. XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang