Alasan? (2)

1.1K 61 5
                                    

"Gue punya pacar, namanya Yoel,"

"Yoel Aditya Tan,"

Kening Mita semakin berkerut karena mendengar nama yang Vinka ucapkan. Nama itu asing. Ia tak mengenalnya sama sekali.

"S-siapa dia Vin?"  tanya Mita.

"Pacar gue," cetus yakin Vinka tanpa keraguan sedikitpun.

"Maksud lo apaan sih Vin?"

"Yoel pacar pertama gue." jawab Vinka.

"Yoel itu kakak kelas gue waktu SMA. Dia masuk kategori cowok most wanted sekolah. Setiap pagi pasti ada yang ngasih dia kado, puisi, coklat, atau sekedar ucapan semangat belajar dari penggemar-penggemar dia. Tapi dia gak pernah peduli itu semua."

"Te-terus?" tanya Mita ragu. Ia tak yakin kalau Vinka sanggup menceritakan masa lalunya, tapi rasa penasaranya jauh lebih besar daripada itu.

"Yoel ternyata ketua OSIS. Waktu itu masih jamanya MOS, Yoel selalu lindungin gue kalau gue ngelakuin kesalahan, gue gak baper justru gue tuh kesel banget dan ngerasa gak enak sama anak-anak yang lain. Gue harus makan omongan temen-temen sekelas gue sendiri yang pedes-pedes gara-gara Yoel yang selalu aja lindungin gue dari hukuman padahal udah jelas-jelas gue salah."

Mita masih diam. Ia memperhatikan Vinka dengan saksama seolah tak mau kelewatan satu kata pun yang keluar dari mulut Vinka.

"Gue negur dia baik-baik waktu itu, tapi dia gak dengerin gue sama sekali. Dia masih terus aja kayak gitu. Karna gue udah gak tahan sama hujatan temen-temen gue dan gak sedikit juga dari kakak kelas gue yang ngefans sama dia, gue marah sama dia. Gue bilang kalau gue gasuka cara dia. Dia cuman diem waktu gue marah-marah. Dia dengerin gue sambil diem doang, gatau juga apa yang dia pikirin. Setelah itu dia pergi gitu aja."

"Waktu itu MOS-nya lima hari, bener-bener lama banget. MOS tinggal dua hari dan kejadian dua hari itu bener-bener bikin gue gak nyangka kalau Yoel bener-bener berubah. Dia gak lagi ngelindungi gue tapi malah selalu nyari kesalahan gue buat bisa hukum gue, gue makin kesel sama dia. Tapi anehnya, gue malah terus-terusan kepikiran dia. Di rumah gue kepikiran dia, gue malah inget-inget terus cara lucu dia cari alasan supaya gue gajadi dihukum atas kesalahan gue. Awalnya gue benci cara dia itu tapi gue malah kangen sendiri sama alasan-alasan ngawur yang dia bikin. Dia malah bikin gue sengsara waktu itu. Hukuman yang dia kasih ke gue gak pernah main-main, bahkan gue pernah sampe pingsan gara-gara disuruh lari keliling lapangan sekolah yang luas banget lima kali."

"Hari itu hari terakhir MOS, dan artinya, itu terakhir kalinya Yoel bisa ngehukum gue,"

Flashback on,

Vinka buru-buru merapikan barang-barangnya yang berserakan di meja belajar lalu memasukan beberapa buku ke dalam tasnya. Ia malam tadi baru saja ngelembur karna harus membuat id card dari kertas manila yang baru karna kemarin id card yang menggantung di lehernya itu harus berakhir dengan tragis ketika Yoel merobeknya hanya karna Vinka tidak berhasil mendapatkan 20 tandatangan dari anak-anak anggota OSIS. Seharusnya Vinka bisa mendapatkanya, namun karna ia sempat masuk UKS karna perutnya sangat sakit akibat PMS, ia hanya mendapatkan 11 tandatangan anggota OSIS.

Vinka buru-buru turun ke lantai bawah lalu meminum susu yang sudah disiapkan dan langsung keluar rumah.
Ia masuk ke dalam mobil putih yang pintu jok belakangnya sudah dibukakan oleh supirnya.

Sialnya. Vinka yang seharusnya sudah sampai ke sekolah hanya dalam waktu sepuluh menit itu harus molor menjadi 20 menit karna-- yah, macet. Ia benar-benar gugup. Entah apa hukuman yang akan ia dapatkan hari ini.

Dan ia pun sampai di sekolah. Walaupun baru telat lima menit, ia pasti akan mendapatkan hukuman yang sangat mengerikan pagi ini.

Vinka turun dari mobilnya lalu langsung menuju ke kelasnya yang berada di gedung paling selatan sekolahnya. Suasana sudah cukup sepi karna sudah jam masuk. Vinka berjalan cepat mendekat ke kelasnya.

The Truth About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang