Gustav dan Vinka duduk di jok belakang mobil milik Gustav, sementara di jok setir ada supir pribadi kakek Gustav dan di sebelah jok setir ada kakek Gustav.
"Kok diem aja daritadi?" tanya Gustav.
"Nggak apa-apa." jawab Vinka.
"Pasti gak rela nih aku tinggal," ucap Gustav mencoba menggoda Vinka.
"Tenang Vinka, Gustav pasti sering pulang ke Indonesia dia kan gabisa jauh lama-lama dari kamu." ujar kakek Gustav.
Vinka masih diam. Entahlah, rasanya ia seperti akan kehilangan seseorang yang sangat penting baginya.
Tak terasa mereka sudah sampai di bandara. Gustav, Vinka, dan kakek Gustav pun keluar dari mobil dan menuju ke dalam bandara sementara pak supir masih di belakang membawakan barang bawaan Gustav dan kakeknya.
Mereka bertiga duduk di kursi tunggu yang telah disiapkan pihak bandara. Tangan Gustav tak melepas pegangannya dari tangan Vinka sementara Vinka sedari tadi tak berbicara apa-apa. Ia diam dan wajahnya sangat gelisah.
"Jangan gitu dong mukanya," kata Gustav.
Vinka tetap diam.
Tangan kiri Gustav mengambil hp Vinka yang Vinka pegang lalu ia membuka aplikasi kamera. Gustav mengarahkan kamera depan hp Vinka ke arahnya dan Vinka.
"Senyum dong." kata Gustav.
Vinka diam sejenak, selama mengenal Gustav ia tak pernah melohat Gustav berhubungan dengan yang namanya kamera, ia hanya memiliki foto formal ketika akan ujian dan jika ada keperluan sekolah. Tapi hari ini ia berhadapan langsung dengan kamera dan tanpa ragu menunjukkan senyumannya di depan kamera.
"Liat kamera Vin," kata Gustav.
Vinka melihat ke arah kamera menuruti permintaan Gustav. Ia tersenyum dengan sangat manis. Wajahnya dan wajah Gustav terlihat cukup mirip.
Gustav melihat hasil fotonya dan Vinka. "Mirip," kata Gustav.
Vinka tersenyum. "Kata orang kalo mirip jodoh."
Gustav terkekeh lalu ia merangkul pundak Vinka.
"Gustav, mau foto bareng lagi." cetus Vinka yang disambut senyuman Gustav.
"Kok mukanya gitu?"
"Biarin. Biar tambah cantik."
Gustav lagi-lagi terkekeh dan menarik Vinka dalam rangkulannya.
Setelah setengah jam menunggu akhirnya kini tiba saat Gustav dan kakeknya harus berangkat.
"Gustav, ayo." ucap kakek Gustav yang berdiri di depan Gustav.
Gustav mengangguk lalu ia menoleh ke arah Vinka.
"Aku berangkat," pamit Gustav.
Vinka tak menjawab, namun tanpa ia sadari air matanya jatuh. Ia buru-buru mengusapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth About You (END)
Fiksi RemajaVinka merupakan salah satu siswi di SMA Pandhawa yang memiliki dua image berbeda. Pertama,image buruknya sebagai cewek yang selalu gonta-ganti pacar dan hampir semua cowok most wanted sekolah sudah menyandang status sebagai mantanya. Dan yang kedua...