Our Time

893 55 0
                                    

"Selamat ya Gustav,"

Vinka mengulurkan tangan kanannya pada Gustav tanda ucapan selamatnya karna Gustav berhasil mendapatkan peringkat pertama dalam Ujian Nasional di sekolahnya.

Gustav yang membawa ijazahnya itu tersenyum manis. Ia tidak membalas uluran tangan Vinka, namun ia langsung meraih punggung Vinka dan menarik Vinka dalam pelukannya.

Vinka yang hanya sebatas pundak Gustav tersenyum.

"Woi woi apa-apaan nih peluk-pelukan," tutur Alvaro yang tiba-tiba datang.

Gustav melepas pelukannya.

"Kenapa? Lo mau juga gue peluk?" tawar Gustav.

"OGAH!" jawab Alvaro jijik.

Vinka dan Gustav terkekeh.

"Ga nyangka gue bisa ngalahin lo Al," kata Gustav.

"Berkat usaha lo lah Gus pastinya." kata Alvaro.

Gustav menepuk pundak Alvaro.

"Lanjut dimana?" tanya Gustav.

"Di sini aja sih gue," jawab Alvaro.
"Lo jadi ke Singapur?"

Gustav mengangguk.

"Diijinin sama dedek emesh?" goda Alvaro.

"Udah bukan dedek lagi sekarang, udah embak-embak sekarang." kata Gustav sambil melirik Vinka di sampingnya.

Vinka menatapnya tajam lalu mencubit perutnya.

"Akh... Sakit Vin,"

"Bodoamat!"

Alvaro terkekeh.

***


"Aaaaaaaaaaaaaaaaa.."

Vinka berteriak sekencang mungkin karna sensasi yang ia rasakan ketika menaiki sebuah wahana rollercoaster yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Gustav yang berada di samping Vinka terkekeh melihat Vinka yang berteriak bahagia di sampingnya. Ia merangkul pundak Vinka dan menariknya ke dekatnya.

Hari ini mereka menghabiskan waktu bersama di salah satu tempat wisata yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka hampir menaiki semua wahana yang ada di taman wisata tersebut mulai dari rollercoaster, sepeda gantung, hingga ayunan perahu.

Dan sekarang mereka duduk di salah satu pondok kecil sambil memakan es cream.

"Udah puas mainnya?" tanya Gustav pada Vinka.

Vinka bergeleng sambil tersenyum.

"Udah jam 4 ini Vin, mau naik apa lagi?" tanya Gustav heran.

"Mau naik kuda-kudaan," jawab Vinka.

"Kuda-kudaan? Mana ada?"

"Yaudah kalo gitu kamu aja yang jadi kudanya."

"Ogah, berat. Bisa patah tulang punggung aku."

Bibir Vinka seketika langsung manyun. "Gabisa banget jaga perasaan cewek."

Gustav terkekeh. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan malah berjongkok membelakangi Vinka.

"Ngapain kamu?" tanya Vinka.

"Ayok pulang, aku gendong." kata Gustav.

Vinka tersenyum lalu dengan semangat ia berdiri dari duduknya. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Gustav.

Awalnya ia takut kalau Gustav tidak kuat, tapi nyatanya Gustav dengan mudah mengangkat tubuhnya. Vinka tertawa.

"Berat ga?" tanya Vinka.

The Truth About You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang