Hari-hari berlalu dengan cepat, dua minggu yang lalu Gustav barusaja selesai menghadapi Ujian Nasional. Hari-harinya yang biasanya teramat padat karena persiapan Ujian kini mulai renggang dan banyak memiliki waktu luang.
Sekarang giliran Vinka, tidak lama lagi ia akan menghadapi Ujian Kenaikan Kelas untuk menuju ke kelas dua belas. Beberapa hari ini ia lebih sering keluar bersama Gustav untuk belajar. Seringkali juga ia meminta bantuan Gustav untuk pelajaran yang kurang ia pahami, sejarah misalnya, ia sangat lemah dalam pelajaran sejarah.
Untuk masalahnya dengan Alvian rasanya sudah lebih membaik daripada sebelumnya. Setidaknya cowok itu tidak lagi menyebut Vinka dengan sebutan cewek murahan. Walaupun sampai saat ini Alvian tak pernah membalas sapaan Vinka setidaknya akhir-akhir ini Alvian tidak lagi memberinya tatapan sinis, hanya ekspresi datar. Sikap Alvian pada Gali pun sama, mereka masih belum seakrab dulu. Hanya sesekali Alvian membalas sapaan Gali dengan mengangkat tangan kanannya dan wajah datar.
"Jadi.... mau lanjut dimana?" tanya Vinka pada Gustav. Saat ini mereka berada di sebuah coffeshop sederhana.
Gustav malah tersenyum.
"Nilai aja belum keluar," jawab Gustav.
"Aku yakin kamu udah ada rencana buat lanjut dimana, nggak mungkin kan kamu belum ngerencanain itu?"
Gustav diam.
"Kok diem?" tany Vinka.
"Aku belum kepikiran buat lanjut dimana," jawab Gustav lesu.
"Kok gitu? Kenapa?"
"Kakek minta aku ikut dia ke Singapur buat kuliah kedokteran di sana,"
Vinka diam.
"Tapi aku belum bilang iya ke kakek, aku pengen tetep di Indonesia." kata Gustav. Melihat raut wajah Vinka yang berubah, ia jadi merasa tidak enak.
"Kamu bilang mau lanjut disini Gustav, kamu bilang nggak bakal jauh dari aku."
"Aku pengennya kayak gitu Vin, tapi aku sayang banget sama kakek aku, aku nggak pernah nolak permintaan dia."
Vinka diam. Ia sudah sangat menyayangi Gustav, ia tidak mau cowok itu jauh darinya. Gustav adalah sosok paling dewasa yang pernah Vinka kenal. Vinka sangat mengaguminya, dan mungkin kini iamenyayanginya.
"Jangan sedih, nanti cantiknya ilang." ujar Gustav mencoba menghibur.
Vinka masih diam.
"Vin, aku belum pasti ke sana kok." kata Gustav.
"Walaupun nanti akhirnya aku ikut kakek, kita kan masih bisa komunikasi. Video call bisa, telepon, chat. Iya kan?" kata Gustav lagi.
"Tapi aku nggak mau kamu jauh dari aku Gustav,"
Gustav tersenyum.
"Apa kalau aku mau jadi pacar kamu lagi kamu bakal tetep disini sama aku?" tanya Vinka tiba-tiba.
Gustav mengerutkan keningnya tak paham dengan apa yang ada di pikiran Vinka. "Ngomong apa sih kamu?!"
"Aku mau kok jadi pacar kamu lagi asal kamu tetep di sini," ujar Vinka.
"Jangan ngomong gitu, aku nggak suka." kata Gustav serius.
"Kamu udah nggak sayang sama aku ya Gustav?"
"Bukan gitu Vin," sanggah Gustav.
"Kalo gitu kamu stay disini Gustav, please." minta Vinka.
Gustav diam. Ia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ia mengangguk pelan sambil menatap Vinka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth About You (END)
Teen FictionVinka merupakan salah satu siswi di SMA Pandhawa yang memiliki dua image berbeda. Pertama,image buruknya sebagai cewek yang selalu gonta-ganti pacar dan hampir semua cowok most wanted sekolah sudah menyandang status sebagai mantanya. Dan yang kedua...