Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Semuanya terasa hampa bagi Vinka. Ia duduk di depan cermin menatap dirinya. Rambutnya terikat separo kurang rapi dan dress hitam berlengan panjang membungkus tubuhnya.
Dengan lesu ia melangkah keluar dari kamarnya dan menghampiri Gustav yang sudah menunggunya sejak tadi.
Gustav mengenakan jeans hitam dan kemeja hitam yang bagian lengannya ia lekuk sesiku. Hari ini seharusnya adalah jadwal keberangkatannya kembali ke luar negri, namun karna keadaan yang tidak mendukung akhirnya ia membatalkan keberangkatannya dan menundanya hingga empat hari ke depan."Ayo Vin," kata Gustav pada Vinka. Ia melihat jelas Vinka tidak bisa menutupi kesedihannya.
Vinka hanya diam. Gustav berjalan menjajari Vinka, ia mengikuti langkah Vinka yang perlahan.
"Kamu yakin mau ikut ke pemakaman Filla?" tanya Gustav.
Vinka menggangguk pelan.
"Yang kuat." kata Gustav. Ia berusaha keras menutupi perasaan cemburunya melihat Vinka begitu terpukul atas kepergian Filla seolah-olah Filla adalah orang paling penting bagi Vinka.
Setelah berjalan beberapa langkah akhirnya Vinka dan Gustav sampai di depan rumah Filla. Vinka berhenti. Ia menatap ke dalam rumah Filla yang dipenuhi oleh semua keluarga besar Filla dan orang-orang yang mendengar kabar kepergian Filla.
"Masuk Vin," kata Bram yang mengetahui kedatangan Vinka.
Vinka bergeleng. "Gue gak sanggup liat Filla lagi Bram," kata Vinka.
"Yaudah lo duduk di sana, ada mama sama papa, nyokap lo juga di sana." kata Bram. Ia menunjuk tempat mama Vinka duduk.
Vinka hanya mengangguk.
"Hai Gustav," ujar Bram.
"Vinka keliatan kehilangan Filla banget." kata Gustav yang tak mengalihkan pandangannya dari Vinka yang masih berjalan masuk ke dalam rumah Filla.
"Gue tau lo cemburu Gus," kata Alvaro yang tiba-tiba berada di samping Gustav.
"Gue cemburu, tapi gue lebih gasuka liat Vinka sedih sampe kayak gini." kata Gustav.
Alvaro hanya menepuk pundak Gustav dua kali lalu ia mengajak Gustav untuk masuk ke dalam.
Vinka tak berhenti menatap jenazah Filla yang tertutupi oleh kain. Sebentar lagi jenazah Filla akan dimasukkan ke dalam peti dan setelah itu akan dimakamkan, Vinka tidak tau harus bagaimana sekarang, ia ingin melihat Filla untuk yang terakhir kalinya namun ia takut kalau ia tidak bisa menahan tangisnya.
"Om sama tante yang sabar ya," tutur Vinka pada Irene dan Mahendra.
Irene tersenyum kecil lalu membelai lembut rambut Vinka.
"Filla sangat sayang sama kamu Vinka,"
"Vinka juga sayang sama Filla tante. Vinka yakin semua yang ada di sini juga sayang sama Filla."
Irene tersenyum.
Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Jenazah Filla akan segera diberangkatkan menuju pemakaman. Setelah dimasukkan ke dalam peti, jenazah Filla dibawa menggunakan mobil ambulance menuju pemakaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth About You (END)
Teen FictionVinka merupakan salah satu siswi di SMA Pandhawa yang memiliki dua image berbeda. Pertama,image buruknya sebagai cewek yang selalu gonta-ganti pacar dan hampir semua cowok most wanted sekolah sudah menyandang status sebagai mantanya. Dan yang kedua...