Limabelas

1.1K 103 0
                                    

Felicia menghentakkan kakinya, Ia sedang kesal. Sudah tiga hari kekasihnya tidak juga muncul untuk menemuinya.

Sementara itu, Felicia masih terkurung dalam sebuah apartment mewah, tanpa bisa keluar. Karena jika ia keluar dari sana, Feli khawatir Law akan menemukannya.

'Lihat wajahku, keterlaluan Kau Joe, membiarkan Aku disini, sementara disana Kau bersenang-senang!

'Aku harus ke salon, aku tak bisa membiarkan wajahku tanpa perawatan. Ya, biarkan saja Law menemukanku, tubuhku lebih memerlukan perawatan ketimbang bagaimana perasaan Law andai bertemu denganku nanti,'

Gerutu Feli, sembari memulas wajah cantiknya dengan sapuan bedak, lipstik dan juga pulasan blushon dikedua belah pipinya.

Dua puluh menit kemudian Feli sudah siap dengan balutan gaun pink pastel tanpa lengan. Tak lupa ia merapikan rambutnya sekali lagi di depan cermin, kemudian gadis itu menyambar tas miliknya, dan menulis sebuah pesan pada selembar kertas yang Ia taruh di atas meja rias.

*

Sore itu langit cerah, Law masih terdiam menatap tingkah laku Jinan. Perempuan dengan bola mata hitam sekelam malam itu, kini sedang sibuk merapikan isi lemari milik Law.

Gadis itu bergidik, kemudian mengeluarkan tangan mungilnya dari dalam lemari.

"Jorok sekali!" seru Jinan, sambil jarinya memperlihatkan sebuah kondom yang sudah tanpa pembungkus.

Wajah Law merah padam, Ia ingat betul, itu adalah sisa kondom yang sebetulnya akan Ia gunakan malam itu, sebelum tiba-tiba saja, Felicia memberinya kabar tentang keberangkatannya ke Paris.

Wajah Law berangsur murung, Ia menatap lantai yang diinjaknya,

'Feli ... Aku merindukanmu ...' bathinnya.

"Temui saja Felicia mu, sana!" suara Jinan, kembali membuat Law tersadar, senyumnya menggaris dibibir.

"Sudahlah, Aku tidak mungkin menemuinya .." gumam Law.

Entah sejak kapan kedua manusia berbeda alam itu mulai saling berhenti menyela. Yang jelas Law tak ingin hal itu membuatnya pusing, untuk itulah ia membiarkan Jinan melakukan apapun hari ini, ditempat tinggalnya.

Jinan memamerkan senyum. Manis, sangat manis andai saja dia benar-benar manusia. Namun tidak bagi Law.
Sekali hantu, Jinan tetap hantu! Tidak mungkin gadis itu berubah menjadi manusia.

"Kau bisa menemuinya di Salon Casanova sore ini," gumam Jinan.

Ia melangkah mendekati jendela, kemudian berdiri disana, menatap hamparan Kota yang padat.

Law terkekeh mendengar ucapan Jinan.

"Kali ini tebakanmu salah besar, Jinan. Felicia sudah terbang ke Paris beberapa hari yang lalu," jawab Law getir.

"Jika kau tak percaya padaku, terserah. Tapi aku tak bohong, kekasih yang kau sayangi, cintai dan tangisi semalaman itu memang sedang menuju ke salon yang kusevutkan tadi!" ketus Jinan.

"Apa maksudmu?! Feli sudah terbang ke Paris sejak Satu minggu yang lalu! Jangan memperkeruh keadaan!" hardik Law menegaskan kembali jawabannya tadi.

Jinan terkekeh mengejek, terlihat dari kedua bahunya yang bergerak naik turun.

"Jinan, jangan bermain-main denganku," ancam Law sambil menghampirinya dan menatap wajah Jinan dalam-dalam.

"Kalau begitu, ayo berangkat!" tantang Jinan seraya mengedipkan sebelah mata.

Law diam, ia ragu. Benarkah Felicia telah menipunya?

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang