Tigapuluh

1K 87 0
                                    

Satu minggu sudah, Law melakukan serangkaian test atas restaurant tersebut. Dan kini, Ia sudah resmi menjadi koki di resto itu.

Penampilan Law juga terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Dengan rambut sedikit gondrong yang Ia sisir rapi ke belakang, membuat tampilan Law nampak sangat begitu tampan. Wajar saja rasanya, jika Selin menaruh hati padanya. Tidak teekecuali dengan Jinan.

Sore ini, Law sedang berkemas. Ia sudah menanggalkan celemek, yang kini sudah diberi namanya di bagian dada celemek tersebut.

"Aku harus pergi, dan mungkin akan kembali tiga hari kemudian," ujar Jinan, sembari mengikuti gerak gerik Law, di dalam ruangan yang terdapat banyak loker tersebut. Tempat para karyawan berganti pakaian.

"Kemana? Ya sudah, Kau pergi saja. Kebetulan besok Kita Off," ujar Law, Ia menutup loker dan beranjak pergi.

Jinan merengut, selalu saja sikap pria itu datar,

"Hanya itu?!" hardik Jinan, sambil terus berusaha menjajari langkah Law.

Law menghentikan langkah, kemudian menatap Jinan seraya menyeringai.

"Lalu harus bagaimana? Memohon-mohon agar kau jangan pergi? Atau Aku harus menggenggam tanganmu, dan berkata agar kau lekas kembali? Begitu?" cerocos Law.

Jinan mengerang,  bukan itu maksudnya. Setidaknya, bagaimana gitu!
Hantu cantik itu mendesah panjang.

"Ada suatu masalah. Kau jaga lah dirimu sendiri, Law. Aku harap malam ini jangan kemana-mana. Aku akan mengkhawatirkan dirimu jika kau keluar malam ini. Jadi kumohon dengarkan Aku, selama Tiga hari ke depan, jangan kemana-mana," jelas Jinan dengan wajah serius.

Law terkekeh, Ia menggamit jaketnya kemudian melangkah menuju pintu keluar. Namun Jinan menghadangnya, ia menatap lekat wajah Law.

"Kau harus berjanji untuk menuruti permintaanku, Law. Sekali ini saja..." pinta Jinan. Kali ini, wajahnya diliputi kekhawatiran.

Law mendesah, kemudian mengangguk.

"Ya ya ya ya ..." jawabnya pelan.

"Baiklah, Aku akan mencobanya ..." ulang Law.

Jinan menggeleng, dan menahan tangan Law yang hendak menarik tuas pintu.

Darah Law berdesir, ketika tangannya disentuh oleh tangan Jinan.
Ia segera menarik dengan cepat tangannya.

"Aku tidak tahu, Aku bisa menepati janji atau tidak. Tapi Aku berjanji, Aku akan baik-baik saja, Jinan... Kau mempunyai kehidupan lain selain mengawasi Aku, entah apapun alasan yang akan kau katakan padaku. Jadi... Pergilah." jelas Law.

Ia menjelaskan secara rinci kepada Jinan. Karena Law tahu persis, hantu tersebut tidak akan membiarkannya lolos tanpa penjelasan yang menurutnya masuk akal.

Jinan tersenyum, lalu menundukkan kepala, kemudian mengangguk.
Gadis hantu itu menghilangkan dirinya, tanpa sepengetahuan Law, Jinan kini sedang menangis.

Seharusnya Ia tahu, Law memang menginginkan Ia pergi sejak lama, bukan?

Tapi, tidak semestinya juga Jinan harus secengeng itu. Sekali lagi ucapan Ratu terngiang ditelinganya.

'Tugasmu untuk menjaga putra mahkota, bukan untuk mencintainya...'

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang