Limapuluhenam

914 78 3
                                    

Peniti hampir terjatuh, kini Law berada dalam kecemasan yang semakin menakutkan. Pikirannya bercabang.

Pada satu lagi Jubah merah, pada Murni yang sedang dijamah Jubah putih, yang sepertinya adalah Joe!
Serta pada Jinan, dan juga Selin yang meronta diperlakukan tidak senonoh oleh Jubah hitam.

*

"Lakukan Putera Mahkota ..." gumam Jinan. Ia kini sedang dalam tawanan Jubah merah.

Law berdiri, Ia benar-benar menggunakan jurus terakhirnya.
Yakni Insting dan hoki!

Ia melemparkan Peniti dalam genggamannya,  sampai atau tidak, itu benar-benar sebuah keberuntungan.

Semua makhluk yang berada disana terdiam, terpaku menunggu jatuhnya peniti tanpa ada yang berkutik.
Memang tak mudah melihat kemana jatuhnya barang sekecil itu, yang hanya tersinari oleh cahaya lilin semata.

PLUKKKK

Peniti jatuh tepat pada wadah berisi Air, yang digunakan oleh mereka untuk melakukan ritual tadi.

Namun tak ada satupun dari mereka yang mengetahuinya, hingga muncul sebuah pertanda.
Sinar berwarna ungu dan hitampun memercik dari wadah berisi Air, melesat ke langit, dan pecah serupa letusan Kembang Api.
Sesaat, pemandangan teramat sangat Cantik, hingga tiba-tiba...

Jubah Putih mengerang, disusul jubah-jubah yang lainnya.

"Tidaaak!"

Law dengan cepat membuka topeng Jubah merah yang Ia cemasi tadi.
Dan seketika tubuhnya terasa lemas.

"Felicia..." gumamnya. Ia merasakan tubuhnya limbung dan mundur beberapa langkah ke belakang.

Feli, gadis yang Ia cintai sudah berubah sosok menjadi Liora. Dengan Telinga meruncing, dan iris mata berwarna Ungu.

*

Belum hilang ketidak percayaan dan keterkejutan Law, ketika Jinan membuka Satu topeng jubah putih.

"Mama!" pekik Law.

Pria itu benar-benar tidak percaya akan penglihatannya.

Ketiga orang perempuan yang amat disayangi oleh Law, entah mengapa Mereka bisa berada disana, dengan gigi bertaring, dengan kelopak mata cekung dan bola mata merah.

Kecuali Mama ...
Perempuan itu kini tengah menangis. Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan Mama, dan untuk apa keberadaannya disana.

"Liora, adalah Felicia..." gumam Jinan.

Entah bagaimana ceritanya, ketika Peniti yang dijatuhkan Law pada wadah berisi air tersebut, membuat Mereka semua seakan kehilangan kekuatan.

Suasana hening menyelimuti pedalaman gunung.
Suara erangan demi erangan dari mulut empat orang manusia yang kini sudah bukan lagi manusia itu terdengar sahut menyahut.

Terdengar suara lonceng berbunyi amat kencang dari kejauhan, serta merta, Joe dan Ketiga perempuan kesayangan Law meronta. Mereka berlari, berlari sangat cepat menuju asal suara.

Meninggalkan Law, yang tetap menganggap ini semua halusinasi semata.
Ia tak percaya, mengapa Felicia bisa terlibat dalam hal ini.
Apa hubungan Felicia dengan Mentari dan Joe, serta Mama?

"Felicia mu, adalah perempuan selingkuhan Joe, Suami dari Kakak kandungmu, Law ..." jawab Jinan, seperti biasa.
Menjawab apa yang ada dalam pikiran Law.

Seketika, bumi seakan runtuh.
Law jatuh bersimpuh, menangis sejadi-jadinya tanpa mempedulikan tatapan tiga perempuan di hadapannya.

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang