Delapanbelas

1.1K 95 0
                                    

Jinan membalikkan tubuhnya, hingga terpampanglah dada mulus gadis itu, membuat Law salah tingkah. Beberapa saat kemudian pria tersebut mendekati Jinan, dan mengangkat tali gaun perempuan tersebut.

Dengan mata liar dan napas berat, Law memakaikan kembali gaun Jinan. Lalu menjauh dari perempuan itu.

"Apa yang Kau lakukan?" gumamnya, tanpa menatap Jinan sedikitpun.

Jinan tersenyum, Ia mendekat.

"Lihat pahamu, bukankah Kau memiliki tanda yang serupa denganku, Law?" tanya Jinan.

Law mendengus kesal, sejak kapan perempuan itu mengintip selangkangannya!

'Hantu mesum, brengsek!'

Rutuk Law, yang sebenarnya begitu malu mendengar Jinan mengetahui soal tanda putih dipahanya yang tertutup bulu tebal itu.

Bahkan Felicia yang sudah ratusan kali ia tiduri sekalipun, tidak pernah mengetahui keberadaan tanda putih tersebut.

"Tidak perlu malu, dan jangan berpikir macam-macam, Law! Aku bahkan bisa melihat apapun yang ada dalam tubuhmu, jika aku mau..." ujar Jinan seraya terkekeh.

Law diam, Ia tidak akan tersenyum dan tidak menganggap itu lucu!
Memang tidak lucu!
Seorang pria yang diawasi hantu perempuan setiap detiknya. Bahkan, mulai berani mengungkapkan apa yang ada dalam tubuhnya!

Itu sangat nemalukan bukan?

"Kau bilang, kau berada dalam kesialan semenjak Aku ada didekatmu, heh?! Rupanya, Kau memang tidak pernah menyadari, Law. Kasihan..." ejek Jinan, Ia melangkah ke arah jendela, dan membukanya serta membiarkan udara malam menyeruak ke dalam kamar susun tersebut.

"Apa maksudmu, heh!" bentak Law.

"Bukankah seumur hidupmu selalu berada dalam kesialan, Law? Apakah Kau tidak menyadari itu?" tanya Jinan sekali lagi.

Law diam, ia menekuri apa yang dikatakan oleh Jinan. Law mengingat kembali tentang masa kecil hingga kini, membuat Law dengan terpaksa harus meng iya kan ucapan Jinan.

"Dan untuk itulah aku ada disini, meluruskanmu dari takdir yang keliru..." gumam Jinan.

Law menatap punggung Jinan, semilir angin malam menerpa wajah Law. Sedikit banyaknya hal itu membuat Law sedikit merasa lebih segar, dari kepedihan yang ia alami tadi sore.

Baiklah, mulai detik ini Law akan mengubah segalanya. Ia akan melupakan Felicia sekuat tenaga. Bukankah percuma mengharap seseorang yang sudah tidak lagi mencintaimu?

*

Pagi ini ada yang tak biasa, Law tersenyum menatap ponsel yang sengaja Ia letakkan disamping bantal yang ia tiduri.

Ia dan Jinan semalam membuat perjanjian. Seandainya apa yang dikatakan Jinan tadi malam itu benar-benar terjadi, maka Law akan pasrah mengikuti apa yang dikatakan Jinan. Yang katanya, untuk kebaikan Law sendiri.

Dan sebaliknya, jika apa yang diprediksikan oleh Jinan tidak terjadi, maka Jinan harus enyah dan jangan pernah mengganggu kehidupan Law lagi, sesial apapun hidupnya.

Law tidak ingin Ia dianggap mengidap Skizofrenia oleh orang-orang, karena sering memaki-maki di dalam kamar, seorang diri...

Law tersenyum lebar, Ia berdiri dan menggeliat. Tenang rasanya, terbangun tanpa ada hantu yang mengawasinya seperti CCTV berjalan.

Law melangkah menuju kamar mandi, dan tak sabar menanti kedatangan Jinan, untuk segera mengenyahkan perempuan hantu tersebut.

Law menyalakan shower, kemudian mengguyur seluruh tubuhnya dari kepala hingga kaki. Hal itu membuatnya terasa segar, terlebih karena Law ingin segera bertemu dengan Jinan, dan tertawa sepuasnya.

Semalam keduanya memang membuat sebuah perjanjian, jika pagi ini, Law akan mendapat kesialan lagi. Dan terjadilah perjanjian itu. Jinan yang pergi, atau Law yang harus membiarkan Jinan tetap berada dalam hidupnya.

*

Law keluar dari kamar mandi sambil bersiul. Pria itu membuka jendela lebar-lebar, dan menghirup udara pagi.

Kisah dirinya dengan Felicia telah ia luruhkan bersama guyuran air ketika ia mandi, dan Law bersiap menghadapi harinya tanpa perlu was-was menghadapi para bodyguard keluarga Felicia.
Feli telah memilih mundur, dan Law mencoba mengikhlaskannya.

*

"Ehm..." Law berbalik cepat, ini adalah kali pertama ia menunggu-nunggu kehadiran Jinan.

Senyum Law mengembang, kini keduanya saling berhadapan.

"Bagaimana pagi mu, Law?" tanya Jinan sambil menyilang dada. Law terkekeh.

"Seperti yang kau lihat! Aku baik-baik saja, dan apakah kau sudah bersiap untuk meninggalkan rumahku?" ledek Law sambil mengerling.

Jinan terkekeh mendengar ucapan Law.

"Apa yang lucu?!" hardik Law. Ia paling tidak suka melihat cara Jinan tertawa mengejeknya.

"Ini masih pagi bukan? Sebentar..." Jinan berbalik dan menatap jam yang tergantung didinding.

"Baru pukul Tujuh..." lanjutnya sembari terkekeh.

Law sungguh muak dengan kelakuan Jinan. Pria itu menghentakkan kaki kemudian berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Sementara itu Jinan mengikutinya dari belakang. Law menoleh cepat.

"Mau apa?! Minggir!" hardiknya.

Tapi Jinan tak beranjak, senyumnya mengembang.

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang