Sembilan

1.2K 109 0
                                    

Dua hari berlalu dari datangnya surat misterius itu. Law sama sekali tidak dapat memecahkan misteri soal siapa perempuan yang mengiriminya surat tersebut.

Meski Murni, bahkan menjelaskan ciri-ciri perempuan yang datang malam itu hingga tujuh kali. Tapi dari ciri-ciri yang disebutkan oleh Murni, sama sekali bukan seperti sosok Mentari, atau pun perempuan yang sekiranya Ia kenali.

Law memijat keningnya, Ia masih menatap isi surat singkat tersebut, dengan keadaan kertas yang mulai kumal, akibat seringnya ia bolak balik membacanya.

Pintu kamar Law terbuka secara tiba-tiba, dan Felicia, ia sudah berdiri di ambang pintu.

"Sayang ..." ujar Law terkejut. Ia memasukkan surat tersebut dengan terburu-buru ke dalam saku celananya.

Feli menghambur ke dalam pelukan Law. Perempuan itu menangis di dada Law.

"Hey, ada apa?!" seru Law sambil mengusap-usap kepala Feli.

"Aku... Papa akan mengirimku kembali ke Paris, Law ..." jawab Feli dengan suara terisak.

Law melepaskan pelukannya, Ia menatap wajah Felicia dalam-dalam.
Keluarga Felicia benar-benar tahu apa yang harus dilakukan. Mereka tahu, jika Law tidak mungkin bisa menyusul Feli ke Paris dalam keadaannya yang sekarang.

"Hey, kenapa dengan wajahmu?!" selidik Feli sambil meneliti wajah Law yang menyisakan memar. Law menggeleng pelan.

"Bukan apa-apa. Oh ya, lalu bagaimana dengan Kita, Feli?" tanya Law.

Felicia menunduk, ia menggelengkan kepala.

"Aku tidak tahu, Law... Aku benar-benar tidak tahu..." jawabnya dengan wajah muram.

Tangisnya pecah lagi.
Law, merengkuh tubuh perempuan itu dengan bergetar.

Hingga beberapa lama keduanya hanyut dalam diam. Sibuk dengan berjuta-juta pikiran masing-masing.

"Aku harus pergi, jam tiga sore aku sudah harus terbang, jaga dirimu bai-baik Law, Aku mencintaimu..." ujar Feli setelah beberapa lama, sambil melepaskan diri dari pelukan Law.

Felicia mengecup bibir Law  cukup lama, masih ada bening bulir airmatanya yang berjatuhan membasahi pipinya, juga hidung Law.

Felicia menjauhkan wajahnya dari Law, menatap dalam-dalam pria yang sangat ia sayang, kemudian mundur perlahan.

Felicia membalikkan badan, lalu buru-buru pergi meninggalkan Law yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini.
Law bahkan tak sanggup mengucap apapun untuk yang terakhir kalinya. Hanya air mata Law yang jatuh disudut bibirnya mewakili berjuta perasaannya. Ia masih tak bergeming di tempatnya duduk, ia bahkan masih merasakan bagaimana sakitnya ketika dua orang suruhan keluarga Feli menghabisinya.

Dan kini, kepergian Feli yang begitu mendadak, membuat Law seperti kehilangan seluruh indera perasa nya. Sebut saja Law begitu melankolis, namun kesetiaan Law selama ini terhadap Felicia, memang patut diacungi jempol.

Tak sedikit perempuan yang menginginkan Law, bahkan disaat ia jaya, dan saat ini sekalipun.
Banyak perempuan malam yang mencoba mendekati Law, termasuk mama nya Murni, yang pernah menyimpan perasaan terhadap Law. Namun Law tidak pernah tergoda untuk menduakan Feli, atau sekedar mencicipi tubuh perempuan lain, meski baginya itu sesuatu yang tidaklah sulit.

Setiap malam Law bekerja di dunia malam, puluhan bahkan ratusan perempuan dengan berbagai rupa, tentu saja mengenal Law. Tapi tak ada yang menggantikan Felicia. Hingga hari ini, gadis itu pergi dan entah bagaimana dengan perasaannya setelah ini...

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang