Limapuluhlima

949 72 1
                                    

Baku hantam masih terus terjadi, sudah sekitar tujuh puluh orang dikalahkan oleh Law.
Pria itu, kini jatuh tersungkur dengan lelah menguasai tubuhnya.

"Abang ..." gumaman itu membangkitkan semangat Law.
Suara Murni, yang kini sedang khusyu dimandikan oleh empat Orang berjubah merah.

"Murni..." gumam Law. Gigi-giginya bergemeretak menyaksikan pemandangan itu.

Law berdiri, dan kembali melakukan perlawanan kepada mereka. Hingga yang tersisa hanya dua jubah putih, dan empat jubah merah.

Law berdiri, melihat mereka yang mengitari Murni. Sementara itu, Selin sedang meronta ketika jubah putih tengah melucuti pakaiannya, dan membungkus tubuhnya dengan kain hitam.

Law menendang satu jubah merah. Ia mengerang, dan melakukan perlawanan.

*

"Law, ini waktumu!" teriakan Selin menyadarkan Law akan sesuatu yang harus dilakukannya.

Law berjalan menjauh, Ia merogoh sakunya dan menemukan Peniti kecil dengan tangan bergetar.

"Tidak mungkin!" teriakan Jubah Putih menghentikan pergerakan seluruh makhluk dan juga Law.

"Lakukan, Law!" teriak Selin sekali lagi.

Satu dari jubah merah menyerang Law. Dengan sigap, Law memasukkan Peniti ke dalam mulutnya sendiri, jangan sampai terjatuh, atau tertelan.

Tiga jubah merah lainnya turut menyerang Law, pria itu hampir terkalahkan. Ia jatuh tersungkur, dengan pelipis mengeluarkan darah segar.

*

"Hahaha... Dimana kekuatanmu Putera mahkota! Penjagamu sudah tidak ada lagi! Serahkan yang ada di dalam mulutmu! Dan kau, akan kubiarkan hidup sebagai manusia!"

Law terdiam. Rasanya, Ia mengenali suara pria yang begitu keras itu.
Joe... Itu seperti suara Billy Joe!

Law berdiri, Ia menyerang pria yang baru saja meneriaki dirinya.
Jubah Putih yang tak siap menerima serangan Law, jatuh tersungkur.

Ini adalah kesempatan yang bagus! Dengan sigap, Law membuka topeng yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

Law melangkah mundur, Joe! Itu benar Billy Joe!

"Bangsat!" teriak Law.

Joe berdiri, dan mendekati Law. Ada yang berbeda dengan wajah pria itu, Kelopak matanya terasa jauh lebih cekung, iris matanya berwarna ungu, dan dari mulutnya, menyembul taring.

"Vampire?!" pekik Law.

Selin menggelengkan kepala. Ia takut, Oh Tuhan! Ini tidak lucu! Selin takut  mereka akan menghisap darah perawan miliknya...

*

"Ini Aku! Aku, Billy Joe! Hahaha ..." tawa yang keluar dari mulut Joe seakan menampar wajah Law. Bahkan mampu menerbangkan Ratusan burung yang tengah lelap.

"Keparat! Dimana Mentari, bangsat!" Law tiba-tiba menjadi sangat cemas. Matanya liar mencari sosok Mentari.

"Law, bukan waktunya ..." gumam Selin, namun terdengar sangat jelas oleh Law.
Law seperti mendapat peringatan, Ia lalu membabi buta menyerang Joe.

*

"Itu tidak akan menyelesaikan masalah, Law!"

Teriakan itu, teriakan yang amat dikenal oleh Law, Selin, Murni serta Mereka semua yang terperangah.

Jinan, hantu cantik itu turun dari udara, setelah sebelumnya, seperti biasa Ia membentur sekumpulan dahan besar.

Law dan Selin menggeleng tak percaya, melihat Jinan benar-benar ada di hadapan mereka.

Beberapa Saat Yang Lalu ...

Ketika Law pergi dan meneteskan sebutir air mata pada tubuh Jinan, tanpa Law sadari jika itu adalah sebuah 'bonus' nyawa yang diperuntukkan bagi Jinan.
Jinan memang akan mendapatkan bonus nyawa tersebut karena beberapa alasan.

Pertama, mendapat kecupan tulus dari pria yang benar-benar mencintainya.
Kedua, Air mata pria yang dengan tulus menyayanginya.
Ketiga, kebijakan Ratu.
Dan pada kesempatan kali itu, Jinan mendapat bonus dari alasan yang kedua.

Ya, jauh di dalam lubuk hati Law, pria itu memang menyayangi Jinan, entah dalam bentuk apapun.

*

"Lakukan, Putera mahkota!" teriakan Jinan menghidupkan kembali pertarungan.

Law mengeluarkan Peniti dari dalam mulutnya, ketika tiba-tiba seorang jubah merah menyerangnya.

Jinan tak tinggal diam, Ia menendang tubuh orang tersebut hingga terjengkang. Sehingga membuat topeng yang menutupi wajahnya terbuka.

"Mentari!"

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang