Empatpuluhsatu

972 72 1
                                    

"Psssttt... Psssttt..."

Selin, yang baru saja masuk ke dalam ruang karyawan menoleh cepat, mencari asal suara. Ia mengedarkan pandangan ke seisi ruang, namun kosong. Ia tidak melihat siapapun didalam sana, kecuali dirinya sendiri.

"Pssstttt..."

Selin menundukkan kepala, pada sebuah loker yang Ia curigai dimana suara tersebut berada.
Perlahan gadis itu membuka loker, dengan tangan gemetar.

"Huaaaaa..."

Selin menjerit, Ia mundur beberapa langkah.
Jinan keluar dari dalam loker, dengan wajahnya yang merengut.

"Si siapa Kamu..." gumam Selin masih dalam keadaan terkejut dan wajah yang pucat pasi.

"Karyawan sialan itu menutup loker saat Aku mencari baju koki milik Law. Hingga Aku terhempas dan terkunci di dalam sana!"
Gerutu Jinan, seraya membetulkan letak jepit rambut, yang Ia ambil di kepala pelanggan Resto, beberapa waktu yang lalu.

Selin menatap Jinan dari kaki hingga kepala, gadis itu tak bergeming. Ia bahkan tidak tahu siapa karyawan yang dimaksud oleh Jinan telah mendorong tubuhnya ke dalam loker.

"Ta tapi siapa kamu? Bagaimana bisa seseorang tidak bisa melihatmu saat menutup loker? Badanmu 'kan bukan sebesar semut, mana mungkin dia tidak melihat keberadaanmu?" berondong Selin dengan begitu banyak pertanyaan.

Jinan merengut sambil mrngibas-ngibaskan kedua tangan. Sebagai peringatan bahwa sebaiknya Selin menutup mulut.

"Aku butuh bantuanmu!" lanjut Jinan.

"Bantuan? Kau belum jawab perranyaanku, siapa kau sebenarnya? Manusia kan?" tanya Selin dengan wajah menyelidik.

Jinan terkekeh, kemudian mendekati Selin dan berjalan menembus tubuh perempuan itu. Sejenak tubuh Selin goyah, saat Jinan melewati tubuhnya itu.

Selin mundur, Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, terlebih dengan apa yang terjadi barusan. Wajahnya kian memucat setelah Jinan tiba-tiba berjalan lagi menembus tubuhnya dari arah belakang. Keduanya kini berdiri berhadapan.

"Ikut Aku!" perintah Jinan.

Selin menggeleng cepat, demi Tuhan Selin tidak akan mengikuti perintah hantu itu.

"Apa maksudmu! Kau memerintahku sementara pertanyaanku tidak ada yang kau jawab satupun! Aku tidak mau," Selin memalingkan wajah sembari menyilang kedua tangan.

Jinan mrnggeleng-gelengkan kepala. Sudah ia duga, meminta bantuan perempuan tersebut akan membuat tensi darahnya naik.

Jinan melenguh, Ia menatap Selin dalam-dalam.

"Ikut Aku, atau Aku akan masuk kedalam tubuhmu tanpa permisi? Dan kupastikan, Aku akan mempermalukan dirimu di depan banyak orang!" ancam Jinan.

Selin mundur, gadis itu menggeleng cepat sekali lagi.

Apa-apaan ini! Seorang Selin diancam oleh makhluk yang tidak Ia ketahui siapa, dan dari mana asal usulnya.

'Jinan, jangan terlalu keras padanya!'

Suara Ratu seperti alarm yang berteriak digendang telinga Jinan. Gadis itu meringis, kemudian mengubah ekspresi wajahnya terhadap Selin. Tentu saja, itu semua karena Ratu! Jinan tidak suka dengan Selin, tapi perintah Ratu tidak boleh ditentang.

Jinan menghela napas, kemudian mendekat. Selin sudah bersiap, seandai perempuan tersebut macam-macam, ia akan berteriak.

"Dengar, aku hantu. Namaku Jinan dan aku butuh bantuanmu," bisik Jinan.

Selin terbelalak mendengar jawaban Jinan.
"Hantu?" Selin menepuk-nepuk kedua pipinya.

"Sudahlah, ikut aku cepat!" hardik Jinan. Selin menggeleng lagi.

'Untuk apa hantu meminta bantuanku? Jangan-jangan dia akan menjadikanku sebagai tumbal pesugihan... Oh no!'

"Itu nggak selebay itu, Selin!" teriak Jinan. Wajah Selin memucat, Jinan bisa mendengar suara dalam hatinya.

Dalam keadaan yang masih terkejut, Selin hampir saja menjerit ketika dengan cepat tangan Jinan meraih pergelangan tangannya, dan membawanya berjalan cepat keluar dari dalam ruang ganti.

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang