Duapuluhsembilan

1K 92 0
                                    

"Ingat, Jinan, Kau tidak boleh mencintai laki-laki itu! Karena ini belum saatnya, dan tugasmu pun bukan untuk mencintainya," peringatan yang datang dari mulut Ratu, membuat Jinan menundukkan kepala.

"Hmmm dan Aku melihat, Kau sepertinya terlalu dekat dengan dia, Jinan..."

Ratu menyelidik dengan ujung kelopak matanya.

"Ingatlah sekali lagi akan tugasmu, kau hanya harus menjaga putera mahkota, bukan untuk mencintainya! Kau harus menyadari Satu hal, siapa dirimu..." lanjutnya kemudian.

Jinan mengangguk pelan.
Jauh di dalam hatinya, Ia tidak dapat memungkiri jika Jinan memang sudah jatuh cinta kepada pria itu, pria yang seharusnya Ia jaga, bukan untuk dicintai, setidaknya, belum waktunya...

Jauh dalam hatinya, Jinan menyesali keputusannya pada waktu itu. Mengapa dulu sekali Ia begitu bersemangat untuk menerima tawaran Ratu, ketika Ia mendapat mandat untuk menjaga Law.

Padahal...
Sebelumnya Ratu sudah memberinya peringatan, jika Law bukanlah pria biasa. Ia lelaki tampan yang mungkin akan membuatnya jatuh cinta suatu saat nanti.

Namun Jinan bersikeras, tekadnya untuk melihat dunia Manusia begitu kuat, sehingga tanpa berpikir panjang, Ia menerima titah Ratu untuk mengabdi kepada Law untuk sebuah tujuan penting.
Dan kini, Ia terjebak dalam keadaan rumit itu. Dimana harus menolak dan menerima keberadaan Law secara bersamaan.

*

Hari kedua, Law dan Jinan kembali mendatangi Resto.
Roberto dan Selin sudah berdiri di ambang pintu dapur.
Mereka menyambut kedatangan Law dengan wajah sumringah.

Sebuah sambutan luar biasa yang didapat oleh Law, dalam sejarah hidupnya.

Selama ini, Law tidak pernah mendapatkan perlakuan yang benar-benar tulus dari siapapun. Mereka yang berbaik-baik padanya tak lebih karena harta kekayaan yang dimilikinya, dan setelah kebangkrutan keluarganya, Mereka semua menghilang pergi entah kemana.

*

"Sudah siap dengan menu berikutnya?" tanya Roberto. Suaranya membuat Law terperanjat dari lamunan.

Pria itu mengangguk, kemudian mengambil Celemek yang terlipat diatas meja. Law, mengenakan celemeknya.

"Siap ataupun tidak, Aku harus melakukannya, bukan?" kelakar Law sambil mengikat tali celemek dipunggungnya.

Roberto dan Selin tertawa serempak, mendengar kelakar Law.

"Baiklah, menu kali ini masih cukup mudah, Law. Mash Potatto!" ujar Roberto.

Law mengembuskan napas, Mash Potatto memang disukai olehnya, tapi membuatnya, tentu tidak akan semudah menghabiskan semangkuk makanan tersebut.

Law melirik kepada Jinan, perempuan hantu tersebut menjentikkan jari dengan bibir menyungging senyum, menandakan jika masakan seperti itu sungguh sangat mudah!

Law mengembuskan napas lega.

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang