Duapuluhsatu

1.1K 91 0
                                    

Law baru saja selesai menghubungi Delapan orang sahabatnya. Dan ke delapan orang dari mereka itu mengatakan, jika Mereka tidak dapat memberi Law pekerjaan.

Mereka tidak percaya Law bisa bekerja, mengingat masa lalu Law yang dijejali hura-hura.

Law membanting ponselnya ke atas tempat tidur, saat tiba-tiba hidungnya mencium aroma Kenanga.
Aroma Kenanga kini sudah sangat familiar dengan hidung pria tersebut, yang menandakan bahwa Jinan, tengah berada dekat dengannya.

"Sial lagi?" tanya Jinan sambil duduk disamping Law.

Law mendengus, pertanyaan Jinan barusan seakan menggelitik kemarahannya.
Menyebalkan memang, diejek seperti itu oleh perempuan semacam Jinan.

"Sudahlah, terima saja tawaranku. Karena dalam hitungan lima menit, Kupastikan Kau akan mendapat pesan yang serupa dari Ibumu..." lanjut Jinan seraya mengerling nakal.

Law buru-buru menyambar ponselnya, kemudian mematikannya dengan cepat.
Ia sedang resah, dan sungguh tidak siap membaca pesan yang dikirim oleh Mama, karena Law tidak menyangkal, jika ucapan Jinan nyatanya selalu benar.

"Pekerjaan apa maksudmu?" tanya Law, sedikit gengsi namun tak ada pilihan lain.

"Koki!" jawab Jinan.
Law menoleh cepat. Ia menatap Jinan dalam keadaan marah.

"Koki, katamu?!"

Bahkan Law alergi saat harus mencium aroma bawang putih mentah!

Jinan mengangguk.

"Kupikir itu lebih baik ketimbang jadi Kurir Narkoba, Law ..." jawab Jinan.

"Kurir Narkoba selalu cepat menghasilkan uang yang banyak, Jinan!" bantah Law.

"Dan akan lebih cepat pula membuat hidupmu Kau habiskan di dalam Bui, Law! Itupun masih mending jika hanya dikurung dalam penjara, jika Kau dihukum mati, sanggup?" tukas Jinan.

Law diam, membantah hantu itu sama saja dengan memperlihatkan seluruh kebodohannya. Tapi bukan berarti karena Law malas berdebat dengan Jinan, namun karena ternyata ucapan Jinan memang selalu lagi lagi benar dan benar.

"Aku tidak bisa memasak, puas?!" hardik Law, seraya berdiri dan keluar kamar setelah membanting pintu kencang sekali, dengan kakinya.

Jinan menepuk-nepuk dada sebelah kirinya sambil memejamkan mata.

'Sabar Jinan, sabar... Bukankah ini memang kemauanmu?'

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang