Tigapuluhlima

975 83 0
                                    

"Law!" Felicia berteriak, kemudian berlari mengejar Law yang hampir menghilang pergi.

Dengan susah payah Felicia pada akhirnya berhasil mendapatkan Law. Ia menarik paksa lengan Law hingga pria itu menghe tikan langkah kemudian menghela napas panjang.

"Ada apa lagi Felicia?" tanya Law.

"Aku... Aku ingin bicara sebentar," jawab Feli disela napasnya yang tersengal.

"Apa lagi?"

Felicia mengalihkan tatapannya pada sebuah bangku taman. Law paham, beberapa saat kemudian ia menghela napas lagi.

*

Mereka berdua duduk di sebuah taman, di samping pusat perbelanjaan.
Hening suasana diantara mereka.
Law tidak berminat untuk membuka pembicaraan. Ia hanya membakar rokok dan menghisapnya dalam-dalam.

"Law... Maafkan aku..." gumam Feli, memecah kediaman keduanya.

"Sudahlah, sudah kukatakan, Aku sudah merelakan dirimu, Feli. Aku tahu, Aku tidak lebih baik dari pria manapun," jawab Law seraya tersenyum getir.

Jawaban paling naif seumur hidupnya.

"Bukan itu. Apakah... Kau sudah mendapatkan perempuan lain?" tanya Feli.
Gadis itu menatap wajah Law dengan lekat.

Law tersenyum sinis, pertanyaan Feli adalah sesuatu yang sebenarnya sudah diketahui oleh Feli tentang jawabannya.
Feli tahu betul, bahwa Law amat mencintainya. Ia, hanya sedang ber api-api.

"Kenapa diam?" lanjut Feli.

Law mengalihkan tatapannya pada Felicia.

"Dengar, ada ataupun tidak perempuan lain di dalam hidupku, itu sama sekali bukan urusanmu, Felicia! Aku bahkan tidak peduli dengan semua urusanmu. Dengan Kau membohongiku tentang kepergianmu ke Paris tempo hari, itu sudah cukup meyakinkan diriku sendiri, tentang bagaimana sebenarnya dirimu kepadaku,"

Pria itu kemudian berdiri dan membuang sisa rokok ditangannya.

"Aku sudah memaafkanmu. Maaf, aku banyak kerjaan. Permisi..." jawab Law dengan tegas.

Pria itu membawa kantung berisi belanjaannya, meninggalkan Feli yang tak bergeming, Felicia yang masih tidak percaya dengan ucapan Law barusan.

*

Mentari melahap semua masakan Law dengan sangat bersemangat. Hingga berkali-kali perempuan itu bersendawa dihadapan Law.

Law bergidik, Ia paling alergi dengan suara sendawa seseorang di depan wajahnya, tidak terkecuali dengan yang dilakukan oleh Kakak kandungnya tersebut pada saat ini.

"Sudah berapa tahun Kau tidak makan, Mentari?!" hardik Law sembari terkekeh.

Ini, memang adalah makan malam pertama setelah belasan tahun jarang mereka lakukan berdua. Terutama semenjak Mentari dibawa pergi oleh bajingan itu. Dan ini juga sangat spesial, karena Law memasak sendiri menu makan malam kali ini.

"Sudah hampir delapan tahun," jawabnya datar.

Law tergelak, Ia menyangka jika Mentari tengah bergurau, Law tak menyadari, akan tatapan nyalang bercampur kepedihan yang dalam, serta kerinduan kepada entah, dalam raut wajah perempuan itu.

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang