Empatpuluh

994 72 2
                                    

"Bagaimana Kau ini, Kau bilang jika Kau sanggup menghadapi semuanya sendirian, Jinan!"

Ratu, berjalan hilir mudik, sesekali tangannya mengibas gaun yang hampir terinjak oleh kaki jenjangnya. Jinan nampak menunduk dan Ia benar-benar merasa bersalah.

Memang salahnya, pikir Jinan musuh Mereka hanya Satu, namun ternyata Iblis terkutuk itu sudah menyebarkan hampir Tujuh Puluh persen darahnya kepada begitu banyak orang.

Dan naas sekali bagi Jinan, Ia tidak mungkin menghadapi Mereka seorang diri. Terlebih, ada begitu banyak orang yang harus diselamatkan olehnya, bukan hanya Law.

"Law... Ba bagaimana jika Aku meminta bantuannya, Ratu? Bukankah... Putera Mahkota memang sudah digariskan sebagai Pahlawan bagi Kita semua?" usul Jinan.

Wajah Ratu merah padam. Ia benar-benar menganggap Jinan sudah keterlaluan.

"Jinan, apa yang ada dalam otakmu... Oohhhh Aku mengerti kini, Kau sengaja ingin melibatkan Putera Mahkota sedini mungkin, agar Kau dapat berdua dengannya secepat itu, heh?!" seru Ratu.

Wajah Jinan memerah. Sesungguhnya, itu terlalu berlebihan. Jinan memang ingin selalu berdua dengan Law, namun tidak untuk urusan kali ini. Jinan sama sekali tidak berpikir seperti itu.

"Hmmmm begini... Jinan, Kau temui perempuan dengan ciri sebagai berikut, perhatikan bola kristal itu!" ujar Ratu. Seraya membacakan Mantra, kemudian teranglah bola kristal yang berada dalam sebuah kotak kaca.

Cahaya Biru muda, Merah muda dan Ungu berkilauan secara bergantian pada bola kristal yang ditunjuk oleh Ratu, menimpa wajah kedua  perempuan itu.

Kedua mata Jinan seketika membeliak, ketika perempuan itu melihat gambaran sesosok perempuan di dalam bola kristal.

"Ratu, ma maksud Anda, dia..." ujar Jinan terbata.
Ratu menganggukkan kepalanya.

"Ya ampun..." desah Jinan sembari menepuk keningnya sendiri. Ratu terkekeh melihat tingkah laku Jinan.

Ratu tahu gadis itu tidak senang dengan petunjuk yang dipertunjukkan oleh si bola kristal, namun tak ada pilihan lain, selain mengikuti perintah Rati, atas petunjuk benda keramat yang dimiliki oleh sang Ratu.

*

'Demi apapun ini sungguh menyebalkan! Aku tidak pernah menyangka akan berhubungan dengan perempuan itu. Ratu sungguh...

Bukkkkk

Aauwww

Jinan meringis, Ia menurunkan tubuhnya dari udara. Gadis itu mengusap pelipisnya yang memerah, akibat benturan pada tepi gedung menjulang itu.
Sesungguhnya, Jinan memang hantu paling payah untuk urusan melayang diudara.

Sejak kecil, sejak Ia belajar terbang melayang sepatutnya seorang hantu, Jinan memang selalu mendapat masalah. Entah itu tersangkut pada batang pohon, bertabrakan dengan Burung elang, atau terhempas pada gumpalan awan.

Untuk itulah, perempuan itu memang lebih gemar berjalan dipermukaan saja, atau, jurus andalannya ketika sedang dalam keadaan tidak aman adalah, menghilang!

Putera mahkota pernah mengatakan kepadanya dengan nada suara yanh sangat menyrbalkan ketika itu, jika menghilang hanyalah satu-satunya cara yang digunakan oleh hantu pengecut, seperti Jinan. Yang seringkali bersembunyi untuk kabur dari musuh.

An Angel Of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang