Part 2

1.6K 144 5
                                        

Draco POV

Awal pagi yang menyebalkan. Aku sudah lelah dengan ibu yang selalu ikut campur dalam setiap urusanku.

Masih segar dalam ingatanku, ketika ia melarangku untuk berhubungan dengan "dia".

Flashback on

" apa maksudmu, Ibu Ratu? Kenapa aku harus menjauhinya?", aku bertanya heran.

"Karena dia bukanlah gadis yang baik untukmu, Putra Mahkota!".

" tapi anda harus memberi tahu alasan sebenarnya padaku. Kau tidak mengenal dia, jadi kau tak punya hak untuk melarang aku, Ibu!", kata ku bersikeras.

"Putra Mahkota, kalau kau tetap berhubungan dengannya. Aku tidak segan-segan untuk berbuat sesuatu. Camkan itu!".

Flashback off

"ARGGHHHH!!!!".

Prangggg

Aku menjerit,melampiaskan kekecewaan serta sakit hati pada setiap barang-barang yang ada di kamar ku.

" Putra Mahkota?! Kau kenapa? Tolong buka pintunya!", suara Frank dari balik pintu kamar.

"Pergilah, Frank! Suara mu membuat kepala ku sakit!", usir ku.

" kau sama saja dengan ibu!", desisku pelan.

Drrrttt Drrrtttt

Getar ponsel di nakas samping ranjang menyadarkanku. Tertera nama sahabat karibku, Blaise, menelpon.

"Ada apa?", jawabku ketus.

" wow... Tenang mate! Kau terdengar sedang tak baik hari ini?! Bertengkar lagi, huh?".

"Ehm, ya begitulah! Ada apa, Blaise?", jawabku seraya berjalan ke arah balkon.

" kalau begitu kau ke rumah saja, disini ada Theo dan lainnya. Kami mengadakan pesta", ajak Blaise.

"Pesta apa? Aku sedang tak minat", tolakku.

Terlihat dari sini, ibu dan Severus menaiki mobil entah kemana. Aku sedikit memicingkan mata untuk memperjelas.

Aku kenal Severus saat ia dinobatkan menjadi sekretaris kerajaan menggantikan ayahnya. Dia adalah satu-satunya sahabat ayah dan ibu sejak ayah seorang Putra Mahkota.

Ia tergolong orang yang baik. Tapi pembawaan dirinya yang pendiam dan serius, membuat ia sangat aneh bagiku.

" hey, mate? Kau masih mendengarku?", tanya Blaise.

"Hah~oh ya", jawabku asal.

" sudahlah, kami menunggu mu disini. Jangan sampai kau tak datang", ucap Blaise.

Pip

"Baiklah! Lebih baik aku ke rumah Zabini saja dari pada disini", ucapku sambil meraih kunci mobilku.

Draco POV end

***

"Bagaimana? Dia akan datang?", seru Seamus tak mengalihkan pandangan dari video gamenya.

"Kita tunggu saja", balas Blaise sambil menyesap kaleng bir nya.

" hey, guys! Aku bawakan pizza porsi besar untuk kita!", seru Theo ketika masuk.

"Wow! Bagus sekali, Nott!", tukas Dean Thomas.

Tak selang berapa lama, mobil ferarri merah terparkir indah di halaman rumah keluarga Zabini. Draco pun bergegas masuk setelah di persilahkan oleh pelayan.

" maaf, aku telat!", ucap Draco malas.

Ia langsung melempar dirinya ke ranjang king size milik sahabatnya itu.

Semua orang yang masih kaget akan kedatangannya, saling menatap heran satu sama lain.

"Kau kenapa lagi, Drake?", tanya Dean.

" aku tak apa-apa", desah Draco lemah.

"Apa kalian bertengkar lagi karena dia, huh?", tebak Seamus.

Semua sahabat Draco tahu, bahwa hubungan ibu dan anak itu memburuk setelah masuknya gadis itu ke kehidupan Draco.

Tidak ada seorang pun yang tahu alasannya. Tapi mereka yakin Sang Ratu pasti tahu sesuatu tentang gadis itu.

"Aku sudah lelah akan hal ini. Ibu tak pernah memberitahuku alasannya, walau seberapa sering dan kerasnya aku bertanya. Dan dia.. Dan dia juga tak pernah menghubungiku semenjak hari itu", ujar Draco kembali frustasi.

" aku dianggap apa oleh mereka, sehingga setiap hal yang menyangkut hal itu aku tidak tahu".

"Mate?! Suatu hari kau pasti akan tahu jawabannya", ujar Blaise bijaksana.

" tapi kapan, Blaise?! Kau selalu mengatakan seperti itu padaku. Aku bosan", tukasnya.

"Daripada kau membuang waktu untuk memikirkannya, lebih baik kita berpesta. Ini adalah hari ulang tahunku, Drake", ajak Theo mengalihkan suasana.

" benarkah?", tanya Draco bodoh.

"Untung kau seorang Pangeran, jadi aku mengampunimu. Masak ulang tahun sahabat sendiri kau lupa", ledek Dean tak tahu malu.

" begini saja, besok kau datang ke kampus saja. Mereka mengadakan bakti sosial tahunan", lanjut Dean pada Draco.

"Memang apa hubungannya dengan ulang tahun Theo, Dean?", tanya Draco tetap berekspresi bodohnya.

Pletak

" ouch! Kau minta di hajar ya!?", bentak Draco pada Dean.

"Kau yang harusnya dihajar. Kau terlalu sering depresi akan masalahmu, sehingga otakmu tak bekerja dengan baik. Tentu saja tidak ada hubungannya. Disana akan banyak gadis-gadis cantik yang berkumpul. Kau bisa cuci mata disana", omel Dean tak terima.

" aku setuju dengan si gelap itu. Kau harus mulai membuka diri lagi pada seorang gadis, Draco", sahut Theo.

"Siapa yang gelap, huh?", tanya Dean tersinggung.

" kau!", tunjuk Blaise.

Dean dan Blaise mulai bergulat di lantai. Seamus dan Theo tak melerai mereka malah menyemangati, sementara Draco berpikir.

"Ehm tak salah juga kalau aku mencobanya", batin Draco setuju.

" baiklah, aku besok juga akan berpartisipasi", putusnya sumringah.

"Sekarang, mari kita berpesta!", seru Theo.

" yeyyyy!".

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang