"Aku kesini tentu saja untuk menemuimu, Love", jelas Draco seraya beranjak mendekati Hermione.
Tapi gadis itu menjauhinya. Pandangan Hermione tak berubah sedikit pun. Dingin dan tajam.
" aku tidak mau bertemu denganmu dulu", balas Hermione.
Draco terperangah mendengar ucapan kekasihnya itu.
"Ap~apa?! Tapi~ aku tahu kau marah padaku, tapi kejadian malam itu tidak seperti yang kau pikirkan, Love", pintanya.
" memang apa yang aku pikirkan, huh?!".
Draco terdiam.
"Pergilah!", ujar Hermione pelan.
Gadis itu kemudian melewati Draco yang terpaku, menuju ke beranda rumahnya.
Seakan tersadar, Draco kembali mengejar Hermione yang hendak masuk ke dalam rumah.
" tunggu! Aku bisa menje~".
"Aku tak butuh penjelasan apapun darimu, Draco! Aku mohon, pergilah!", kata Hermione dengan suara bergetar.
" tapi~",
Hermione kembali memasuki rumahnya tanpa berniat mendengarkan ucapan Draco.
Ron yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam. Walaupun ia sangat dekat dengan Hermione, tapi ia tak punya hak untuk ikut campur dalam urusan pribadinya.
Pria bersurai pirang itu memandang lesu pintu abu-abu rumah Hermione yang tertutup. Dengan langkah gontai, ia mulai berbalik menuju ke mobilnya.
Cklek
Hermione kembali muncul. Ia kemudian memanggil Draco.
"Tunggu, Draco!".
Draco yang mendengar suara kekasihnya memanggil langsung berbalik. Ia merasa Hermione berubah pikiran dan mau memaafkannya.
" Love, teri~".
"Ini! Ambil kembali!", ucap Hermione singkat sambil menyerahkan sebuah benda kecil mengkilat.
Draco sangat kaget dengan apa yang Hermione lakukan. Hermione mengembalikan cincin pertunangan mereka padanya.
" Love!? Apa maksud semua ini? Apa kau benar-benar ingin pergi dariku?!", tanyanya.
"Maaf! Aku pikir hubungan kita takkan berhasil. Kita sampai disini saja!", balas Hermione.
Setelah mengatakan itu, Hermione kembali masuk ke dalam rumah meninggalkan Draco yang masih menatapnya tak percaya.
Ron yang sedari tadi melihat adegan menyedihkan itu seakan tak tahan. Ia kemudian menghampiri Draco.
"Lebih baik kau biarkan ia sendiri dulu!", ucapnya kemudian ikut masuk ke dalam rumah.
Draco tak menanggapi ucapan Ron. Dengan langkah berat dan hati yang sangat hancur, ia berbalik meninggalkan rumah Hermione. Setetes air mata meluncur bebas dari pelupuk matanya yang sayu.
Dari balik tirai kamar, Hermione masih bisa melihat mobil sport merah Draco meninggalkan rumahnya.
Dan detik itu juga tangisan pilunya pecah. Hatinya juga merasakan sakit yang amat dalam. Ia begitu sangat mencintai pangeran Inggris itu, tapi ketika ingatan tentang kejadian malam itu kembali melintas ia merasakan kecewa yang mendalam.
Ia berat memutuskan harus berpisah dengan Draco, tapi ego dan hatinya melarang itu semua.
Tok Tok
" Mione? Kau baik-baik saja, kan?", tanya Ron dari balik pintu.
Tapi tak ada balasan dari Hermione. Ron pun merasa khawatir, ia pun mencoba membuka pintunya.
Cklekk
"Mione!", seru Ron.
Hermione terduduk menangis pilu di sudut kamar. Keadaannya sangatlah memprihatinkan. Ron pun langsung menghampirinya dan memeluk erat.
" shhh! Aku mohon jangan menyiksa dirimu seperti ini, Mione!", kata Ron.
"Aku ~hiks~ sangat mencintainya, Ron. Tapi ia tega ~hiks~ melakukan itu padaku", keluh Hermione.
"Aku tahu~aku tahu! Tapi tolong, lupakan saja itu untuk sementara ini. Ada aku disini, ya?!", ujar Ron.
Hermione hanya membalas dengan anggukan kecil. Ia pun kembali larut dalam kesedihannya. Hermione merasa sangat beruntung memilik Ron yang berada di sampingnya saat ia terluka.
" terima kasih, Ron!", lirih Hermione nyaris berbisik.
***
Sementara Draco mengemudikan kuda besinya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia mengebut dan menyalip mobil-mobil di sekitarnya dengan kecepatan kilat.
"ARGHHHH!!!! SIAL!", umpat Draco.
Ia sesekali memukul kemudinya dengan sangat kesal saat kejadian beberapa menit yang lalu melintas di pikirannya.
Kemudian di persimpangan jalan depan, ia membanting setir berbelok ke kiri mengarah ke pinggiran kota.
Setelah beberapa saat, mobil sportnya berhenti di kawasan pantai. Ia pun turun dan berjalan dengan pandangan kosong ke arah tepi pantai.
Ia pun langsung jatuh terduduk di atas pasir putih yang halus. Air mata yang sejak tadi ia tahan, perlahan-lahan mulai keluar dengan sangat deras.
Rasa sesak yang menghimpit dada, seakan berlomba-lomba menyeruak keluar. Ia melampiaskan sakit yang ada di dadanya dengan teriakan menyanyat hati.
" KENAPA SEMUA INI TERJADI PADAKU? APA SALAHKU?", teriak Draco.
Draco menangis pilu sampai ia terbungkuk-bungkuk. Beruntung di pantai itu ia hanya seorang diri.
"Aku mencintainya, Tuhan! Kenapa kau memisahkan kami dengan cara seperti ini?!", ujar Draco sambil menengadah ke langit.
Desiran angin yang lembut dan deburan ombak yang pelan seakan ikut merasakan kesedihan hati seorang Putra Mahkota Kerajaan Inggris itu.
Sekian dulu untuk part ini!
Semoga bisa kalian nikmati semua....Selanjutnya seperti apa yaaaa???!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagai Sebuah Dongeng
RomanceDiadaptasi dari kehidupan The Royal Family.... jalan cerita tak selalu sama tapi memiliki makna yang serupa