Part 11

642 76 8
                                    

Seorang wanita berperawakan tinggi bak model Victoria Secret, terlihat keluar dari taksi dan memasuki sebuah gedung apartemen elit di London.

Dress silver berpotongan mini membungkus indah pada tubuhnya, memperlihatkan bentuk S line yang sempurna. Ia masuk ke dalam lift yang kosong dan menekan tombol angka 15.

Beberapa saat kemudian, tibalah ia di depan sebuah pintu berwarna coklat kayu. Ia sedikit merapikan penampilannya sebentar sebelum memencet bel.

Ting Tong Ting Tong

Suara derap langkah dari dalam mulai terdengar.

Cklek

"Hai, baby!", serunya.

" hai! Kapan kau kembali?", tanya sang pembuka pintu itu.

"Apa kau tidak membiarkan aku masuk dulu?!", rengeknya sambil mem-pout kan bibirnya.

Cupp

" baiklah! Ayo masuk!".

Sang wanita berjalan ke arah lemari pendingin dan mengambil minuman bersoda dari dalam.

"Coba kau katakan padaku, kapan kau kembali? Kenapa kau tak memberi tahuku, As?!", protes tuan rumah, yang ternyata pria.

Astoria hanya tersenyum menanggapinya. Setelah kaleng minumannya kosong, ia pun mulai menghampiri pria itu dan memeluknya mesra.

" maafkan aku, Tom! Aku hanya ingin memberi kejutan padamu", ucapnya manja.

"Wow! Aku sungguh terkejut", ucap Tom datar.

Astoria melepaskan pelukannya, ia kemudian berkacak pinggang dan memasang muka kesal.

" apa ini yang kau lakukan pada kekasihmu? Kita sudah tidak bertemu selama setahun, sayang!", gerutunya.

"Baiklah, baiklah! Aku hanya sedikit terkejut karena kau tiba-tiba kembali ke London. Apa kau tidak takut pada mereka?", tanya Tom.

Tom lalu menarik tangan kekasihnya itu untuk duduk di sofa.

" takut? Untuk apa aku takut?!. Dengar, aku pergi ke Spanyol hanya untuk dianggap mengalah saja. Lagipula dengan begitu, kita bisa menikmati waktu berdua tanpa ancaman kan, sayang?!", ucap Astoria sambil mengecup leher Tom.

"Iya, aku tahu! Tapi lawanmu bukanlah orang sembarang, As. Dia bisa saja berbuat sesuatu padamu nanti", kata Tom khawatir.

" tenang saja! Aku kembali bukan tak mempunyai alasan. Aku kembali karena aku ingin membuat dirinya mengaku kalah padaku", ungkap wanita itu dengan nada senang.

"Memang apa yang ingin kau lakukan?", tanya Tom penasaran.

Astori tersenyum sesaat. Ia bangkit menuju ke arah balkon. Tom pun hanya bisa mengikutinya dengan perasaan penasaran yang tinggi.

" aku akan membuat Draco kembali dalam pelukanku. Dan itu akan membuat ibunya merasa sakit hati dan kecewa", ujarnya dengan penuh kebencian.

"Kenapa kau begitu terobsesi, As? Lagipula kau kan tidak mencintai Draco", ucap Tom.

" itu benar, sayang! Aku hanya ingin membalaskan sakit hati ibuku saja. Karena wanita itulah yang membuat ayahku pergi meninggalkan ibu disaat mengandungku dan memilih menikah dengannya", kata Astoria dingin.

"Jadi kau saudari lain ibunya, Draco?!", pekik Tom tak percaya.

Wanita itu tak merespon. Ia sibuk dengan pemandangan lalu lintas yang berada di bawahnya sambil tersenyum simpul.

***

Temui aku di taman kampus setelah kau selesai kuliah!
Ada yang ingin kukatakan padamu....
Sampai nanti

Draco begitu gembira saat mendapat pesan dari Hermione pagi itu. Rona kebahagiaan begitu tersirat jelas pada wajahnya.

Ia menjadi sangat semangat untuk segera sampai ke kampus. Sehingga sahabatnya, Blaise, heran dibuatnya.

"Hey, mate! Tumben kau datang sepagi ini. Ada apa, huh?", tanyanya.

" memang harus ada alasan ya bila aku datang ke kampus pagi?!", sungut Draco.

Ia tampak kesal karena masih pagi tapi sudah disindir oleh sahabatnya itu.

"Memang tidak harus, cuma seumur-umur aku menjadi sahabatmu, baru kali ini kau datang pagi dengan wajah cerah seperti itu. Apa ini ada hubungannya dengan Hermione?!", tebaknya.

" baiklah, Blaise! Aku menyerah. Ya, kau benar! Aku ada janji dengannya nanti siang, dan ini sangat berarti untukku", ucap Draco mengaku.

Blaise tersenyum penuh kemenangan karena tebakannya benar.

"Jangan tersenyum seperti itu kalau kau tak mau kuhajar!", bentak Draco menutupi malu.

" woy, tenang mate! Memang ada apa, hem? Apa pertemuan kalian bisa menentukan hidup mati mu?", tanya Blaise lagi.

"Lebih dari itu, Blaise! Gara-gara Luna, Hermione salah paham padaku".

"Luna?! Siapa dia?", ujar Blaise bingung.

" dia sepupuku yang tinggal di Yunani. Ia beberapa hari yang lalu bertemu dengan Hermione, dan dengan polosnya menceritakan tentang Astoria padanya", ungkap Draco.

"Hah?!! Lalu bagaimana respon Hermione?".

" ia tak membalas semua pesan yang aku kirim dan tidak mengangkat teleponku selama 2 hari", gumam pria pirang itu muram.

"Hanya itu?!", tanya Blaise.

" maksudmu?", bingung Draco.

"Hahahaha! Mate, ku kira ada hal menakutkan yang terjadi. Ternyata hanya itu saja", Blaise tertawa geli.

Bughh

" auchh", ringis Blaise.

" dasar kau! Sahabat macam apa kau?! Teman sedang galau, kau malah tertawa gembira", sembur Draco.

"Baiklah, maafkan aku!", kata Blaise menahan kikikkan.

Draco pun berkutat dengan buku dan penanya, sebelum pertanyaan sahabatnya menginterupsi.

" ehm, Drake! Bolehkah aku berkenalan dengan sepupumu?", tanya Blaise hati-hati.

"Untuk apa?", tanya Draco.

" ya mungkin saja kami bisa "berteman" ?!", ucap pria berkulit gelap itu sambil menggerakkan kedua jari di depan dadanya.

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang