Part 22

474 39 13
                                    

"Bagaimana?", tanya Blaise dan Theo bersamaan ketika bertemu Ginny di kampus keesokan harinya.

" aku dulu yang cerita atau kalian?!", balas Ginny memberi pilihan.

"Kau saja!", sahut Theo memutuskan.

" baiklah! Jadi begini, kemarin sewaktu aku bertemu dengan Hermione, ia menceritakan kepada ku kalau hubungannya dengan Draco telah berakhir", ujar Ginny.

"Benarkah?! Jadi yang dimaksud Draco kemarin itu ternyata", pekik Theo tertahan sambil menoleh pada Blaise.

"Apa yang terjadi sehingga mereka berpisah?", tanya Blaise tak menghiraukan sahabatnya.

" menurut dia, malam itu ia melihat Draco sedang asyik berciuman dengan seorang wanita di lantai dansa. Dan selanjutnya yang dilakukan Hermione adalah pergi meninggalkan acara", lanjut Ginny.

Sesaat keheningan menghampiri. Hingga...

"Jangan-jangan~", gumam Theo tertahan.

" jangan-jangan apa?", sahut Blaise dan Ginny bersamaan.

"Blaise kau ingat tidak, beberapa waktu lalu kita pernah bertemu dengan Astoria di parkiran kafe?!", ucap Theo.

" ehmm~sepertinya iya", jawab Blaise ragu-ragu.

"Nah, aku yakin wanita yang dilihat Hermione waktu itu pasti Astoria", terang Theo mantap.

" oh iya ya, bisa jadi. Asal kalian tahu ya, waktu habis acara malam itu aku berniat untuk berpamitan pulang pada Draco. Tapi dia tidak ada dimana-mana, sehingga aku bertanya pada petugas klub disana. Dan menurut dia, Draco pergi dengan seorang wanita saat acara masih berlangsung", ungkap Blaise bersemangat.

"Nah, itu~ itu~", sahut Theo sambil menunjuk-nunjuk tanda setuju.

"Wait, guys! Siapa itu Astoria? Apa salah satu mahasiswi disini?", tanya Ginny penasaran.

" dia mantan pacar Draco dulu, mereka berpisah karena ibu Draco tak menyetujuinya", jelas Blaise panjang lebar.

Ginny pun hanya manggut-manggut sambil ber~oh ria.

"Masalah wanita yang bersama Draco itu Astoria atau bukan, biar kami yang tangani", putus Blaise diamini Theo.

" baiklah!".

"Tapi untuk yang satu ini, kami butuh bantuanmu", lanjut Blaise.

" bantuan? Memang ada apa?", tanya Ginny makin penasaran.

"Aku tidak tahu apakah Hermione mau tahu tentang masalah ini atau tidak, tapi perasaanku mengatakan bahwa ia harus mengetahuinya".

Ginny masih diam memperhatikan.

" Draco saat ini di rawat di RNOH", ungkap Blaise.

"Dirawat? Memang dia kenapa? Apa dia baik-baik saja?", Ginny mulai khawatir.

" dia mengalami depresi berat dan overdosis minuman beralkohol", sahut Theo ikut menjelaskan.

"Lalu, bagaimana keadaannya sekarang?".

"Dia sekarang lebih baik, tapi kondisinya masih sangat lemah. Jadi kami minta tolong kau sampaikan kabar ini kepada Hermione, terlepas nantinya ia akan peduli atau tidak", pinta Blaise.

" pasti akan kusampaikan. Aku yakin di lubuk hatinya yang terdalam Hermione masih mencintai Draco", jawab Ginny mantap.

"Terima kasih, Gin!", ucap Blaise dan Theo sambil tersenyum.

***

Astoria's POV

Taksi yang kutumpangi berhenti tepat di pintu lobby rumah sakit yang sangat terkenal dan mewah. Aku langsung mengarahkan langkah kakiku menuju lift untuk naik ke lantai 5. Lantai dimana fasilitas untuk kelas VVIP.

Setelah sampai di lantai 5, aku kemudian menyusuri koridor-koridor panjang untuk mencari sebuah kamar rawat inap seseorang.

Flashback on

Aku sedang memoleskan sebuah lotion wajah ketika ponselku bergetar singkat. Pertanda sebuah pesan telah masuk.

From: Peter P
Draco sedang dirawat di RNOH. No kamar 510. Menurut info, dia terkena depresi dan overdosis.
Sahabatnya Blaise Zabini dan Theodore Nott yang membawanya ke sana.

Flasback off

Disinilah aku sekarang, tepat di depan pintu kamar bertuliskan no 510. Dengan perlahan, aku pun masuk.

Tampak terbaring lemah dan tak berdaya seseorang yang rencananya ingin kujadikan boneka itu.

Selang infus tampak terjulur menembus ke dalam kulitnya yang semakin pucat.

" apa yang kau lakukan, bodoh?! Ini masih permulaan, kenapa kau sudah seperti mayat begitu, hah?!".

Aku pun beralih lebih mendekati ranjang pria itu. Aku pun menduduki kursi yang terletak tak jauh darinya.

"Kau jangan mati dulu, sayang! Kau tak boleh mati. Hanya aku yang boleh menentukan kapan kau harus mati", gumamku sambil menatapnya remeh.

Disaat aku hendak beranjak menuju ke sofa di ruangan itu, sebuah suara yang amat lirih terdengar di telingaku.

" Her~mio~neee!".

Aku pun seketika menoleh ke sumber suara yang ternyata itu adalah Draco.

"Ja~nganh per~gihh", lirihnya lagi.

Aku semakin mendekatkan telingaku padanya agar dapat mendengar jelas siapa yang ia maksud.

" Her~mio~nehh".

"Hermione?!", ulangku seraya menenggakkan tubuh kembali.

" siapa dia? Apa dia pacar barunya Draco?!".

Tiba-tiba aku mendapat ide untuk menyelidiki siapa Hermione itu sebenarnya. Dengan gerakan anggun, aku mengambil ponsel dan mengetik pesan kepada seseorang.

Selidiki wanita yang bernama Hermione. Sekarang!!!.

SEND





Hoyyyy hooyyyy hoyyyy!!!!
I'm comeback again....

Semoga di part ini kalian sukanya, meskipun cm seuprit....

Dan jujur aku ngak sabar buat nemuin si astor ama mione secepatnya....

Karena ada sesuatu yang ingin dilakuin astor ke mione, manteman....

Dont go anywhere
Stay tuned trus disini!!!!
Be enjoyed!!!

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang