Waktu telah baru menunjukkan pukul 7 pagi. Helena keluar dari rumah untuk mengambil koran pagi yang di simpan di kotak pos depan rumah.
Ada beberapa tumpukkan koran dan juga sebuah surat beramplop coklat yang terselip diantaranya.
"Surat untuk Hermione?!", gumamnya bingung tapi kemudian berbalik masuk kembali.
Helena melempar koran lainnya ke meja dapur dan kembali meneruskan langkahnya ke lantai dua.
" Mione!", panggilnya sambil memutar knop pintu kamar putrinya.
Terlihat sang putri sedang mengerjakan sesuatu di meja belajar, namun masih menggunakan piyama.
"Ya, bu!", balasnya tanpa menoleh.
" di rumah lagi hari ini?", tanya Helena menghampiri.
"Iya, bu! Aku masih terlalu malas ke kampus sekarang", terang Hermione memandang ibunya.
" apa tidak akan mengganggu akademikmu nanti?".
"Aku rasa tidak, karena aku mengambil kelas onlinenya. Jadi ibu tenang saja, ya", rayu Hermione sambil tersenyum.
Helena hanya memandang Hermione teduh. Ia tahu kalau putrinya sedang beralasan agar menghindari Draco.
" apa ini masih ada hubungannya dengan Draco?", tebak Helena.
Hermione hanya bisa diam membisu. Ia tahu kalau ia tak pandai berbohong pada ibunya.
"Sudahlah, bu! Kau kan tahu kalau hubunganku dan dia sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Dan semua orang tidak tahu akan hal itu. Yang mereka tahu adalah kami masih bertunangan. Kalau aku masuk kuliah, aku yakin pasti banyak orang yang akan mengejarku untuk menanyakan hal itu", jawab Hermione dengan suara sedikit bergetar.
" Hermione, ibu paham akan perasaanmu. Tapi menurutku kau terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang kejadian ini. Kau terlalu sering mengedepankan ego mu daripada perasaanmu. Asal kau tahu, ibu sampai saat ini masih yakin kalau Draco melakukannya dengan tidak sengaja", kata Helena panjang lebar.
Gadis cantik itupun hanya bisa tertunduk lemah memandangi tumpukan buku di depannya.
"Ya mungkin saja", batinnya.
" ya sudah, ibu mau bersiap untuk berangkat kerja. Makanannya sudah ibu siapkan di dalam kulkas. Kau bisa menghangatkannya nanti", ucap Helena sambil beranjak.
"Terima kasih, bu!", balas Hermione.
Tapi baru dua langkah, Helena pun berbalik.
" ohya, aku sampai lupa! Ini ada surat untukmu, sayang. Tapi ibu tak tahu siapa pengirimnya", ujarnya lagi sembari menyodorkan sebuah amplop.
"Benarkah?! Aneh sekali!", gumam Hermione menerima benda itu.
" entahlah! Ya sudah, ibu pergi ya!", pamit Helena keluar kamar.
Pikiran Hermione lebih tertuju pada benda coklat itu sehingga tak merespon perkataan ibunya. Dengan wajah penuh rasa penasaran, ia membolak-balikkan amplop itu beberapa kali.
"Ini isinya apa, ya?!", monolognya.
Tapi ia mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk membersihkan diri.
***
" Severus?!", panggil Sang Ratu.
Snape yang baru saja akan masuk ke ruangannya menoleh ke sumber suara.
"Oh, Cissy! Ada apa?", jawabnya.
Narcissa tampak kesulitan untuk mengutarakan keinginannya saat itu. Ia hanya bisa berdiri dengan gelisah di pinggir koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagai Sebuah Dongeng
RomanceDiadaptasi dari kehidupan The Royal Family.... jalan cerita tak selalu sama tapi memiliki makna yang serupa