Part 13

504 56 4
                                    

Sore hari di musim gugur, tahun 1995

Di sebuah taman kota yang bersuasana lenggang. Sepasang pria dan wanita sedang duduk di salah satu bangku.

Tersirat dari raut muka mereka, mereka tampak tak sedang menikmati suasana sore itu.

"Untuk apa memintaku menemuimu disini?", tanya sang pria membuka suara.

Desiran angin dingin menerpa dedaunan. Menimbulkan suara gemerisik seakan menyayat hati.

" Lucius!", panggil sang wanita pelan.

"Cepat katakan, Daphne! Aku tak punya banyak waktu sekarang", geram pria yang dipanggil Lucius tadi.

Suara isakan mulai terdengar dari bibir Daphne. Wanita itu kemudian menunduk.

" aku hamil!", gumamnya pelan.

Lucius menoleh cepat ke arah wanita yang duduk di sampingnya. Ia tampak sangat terkejut mendengar ucapan Daphne.

"Apa?! Hamil?! Tapi kenapa bisa, Daphne? Kita melakukannya hanya sekali", ujarnya kesal.

" mana aku tahu, Lucius! Memangnya ini sepenuhnya kesalahanku?!", seru Daphne terisak.

"Sial!", umpat Lucius.

Udara semakin dingin. Langit pun seakan mendukung suasana tersebut dengan mendung yang mulai berarak.

" lalu kita harus apa, Lucius? Aku takut", isak Daphne menyayat hati.

Pria jangkung itu memandang sesaat pada Daphne. Dengan langkah perlahan, ia mendekati Daphne dan berjongkok di depannya.

"Daphne, maafkan aku!", ucap Lucius seraya memegang kedua bahu wanita itu.

" apa maksudmu?", tanya Daphne sambil memandang terkejut.

"Aku telah dijodohkan orangtuaku dengan wanita lain. Dan aku tidak bisa menolaknya", ungkap Lucius.

"APA?! KAU MENINGGALKANKU SEKARANG?! SETELAH APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU?! BRENGSEK KAU, LUCIUS! AKU MEMBENCIMU!", teriak Daphne tak terkendali.

Wanita itu kemudian memukuli Lucius secara brutal. Sementara Lucius hanya bisa diam menerima semua perlakuannya.

" kau bajingan, Lucius! Kau bajingan!", ujar Daphne makin tersedu-sedu.

"Maafkan aku, Daphne!", gumam Lucius penuh dengan penyesalan.

" selamat tinggal!", lanjut Lucius seraya beranjak meninggalkan Daphne sendiri.

"LUCIUS! LUCIUS!", teriak Daphne memanggil.

Tangisan Daphne pun akhirnya pecah. Ia sampai jatuh terduduk sambil memegang perutnya.

" maafkan ibu, sayang! Kau harus tumbuh tanpa seorang ayah", gumamnya di sela-sela tangisan.

Hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya, membasahi seluruh benda yang ia timpa. Seakan-akan ikut menangisi nasib malang seorang gadis Greengrass itu.

9 bulan kemudian

"Selamat nyonya! Bayi anda perempuan. Ia cantik dan sempurna", kata seorang suster.

" terima kasih, suster!", balas Daphne.

Seorang bayi mungil menggeliat pelan di gendongan wanita itu. Ia tampak seperti mencari puting susu sang ibu.

"Kau lapar, sayang? Ini minumlah", ujar Daphne.

Bayi itu menghisap asi Daphne dengan sangat lahap. Ia tampak lucu sekali. Daphne memandang sendu pada bayinya.

" maafkan ibu, sayang! Kau tidak akan pernah melihat ayahmu", gumamnya sambil terisak pelan.

"Aku akan memberimu nama Astoria!", lanjut Daphne.

18 tahun kemudian

" dokter! Bagaimana keadaan ibuku?", tanya Astoria dengan wajah khawatir.

"Keadaan ibumu semakin menurun, Astoria! Aku rasa ini bukan hanya karena penyakitnya, tapi juga dari psikisnya", jelas dr Pomfrey.

Astoria semakin khawatir ketika mendengar itu. Tampak matanya mulai berkaca-kaca.

" lalu apa yang harus kulakukan, dok?! Aku mohon tolong ibuku, dokter. Aku tak mau terjadi apa-apa dengannya", pintanya dengan suara bergetar.

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu ibumu. Jadi tetaplah berdoa", ucap dr Pomfrey.

Wanita itu lalu pergi meninggalkan ruang rawat Daphne. Tiba-tiba,

" Astoria!", panggil Daphne lemah.

"Ibu?! Ibu! Aku ada disini! Apa yang kau rasakan, bu? Aku akan panggil dokter", tanya Astoria bertubi-tubi.

" tidak, Astoria! Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu", kata Daphne pelan.

Astoria pun hanya bisa terdiam menunggu.

"Di laci nakas ada sebuah buku, buku harianku", ujarnya.

" buku harian? Untuk apa, bu?", tanya Astoria.

Daphne menghirup napas dalam sebelum kembali berkata.

"Disana kau akan mengetahui tentang ayahmu. Dan alasan kenapa ia tak bersama kita selama ini", ungkap Draco.

" ayah?!", gumam Astoria.

"Ya, sayang! Maafkan ibu, sayang! Karena kesalahan ibu, kau jadi menanggung semua penderitaan ini. Ibu rasa waktu ibu sudah tak lama lagi. Jaga dirimu baik-baik, ya?!", kata Daphne dengan napas yang terengah-engah.

" ibu, aku mohon bertahanlah! Jangan tinggalkan aku, bu!", tangis Astoria.

"Ibu~menya~yangimuh", ujar Daphne sesaat sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

" IBUUUU!!!", teriak Astoria.

Setelah pemakaman

Astoria mengambil buku harian yang dimaksud mendiang sang ibu. Ketika ia baru saja membuka halaman pertama, tampak sebuah foto seorang pria muda yang sangat tampan. Di bawah foto itu tertulis nama "My Prince Lucius".

" ayah?!", gumam Astoria sambil mengusap foto itu.

Di halaman kedua, tampak tulisan rapi sang ibu memenuhi seluruh halaman.

Putriku, Astoria! Aku yakin ketika kau membaca buku ini, ibu mungkin sudah pergi meninggalkanmu. Maafkan aku, sayang! Selama hidupku, aku tidak pernah berbicara mengenai ayahmu.

Ibu masih sangat kecewa dengan sikap ayahmu. Dia meninggalkan ibu saat mengandungmu, dan lebih memilih menikah dengan wanita pilihan orangtuanya.

Ayahmu adalah seorang Putra Mahkota. Ia bernama Pangeran Lucius.

Awalnya, kami sangat mencintai satu sama lain. Tapi, keluarganya menentang hubungan kami.

Orangtuanya menginginkan ia menikah dengan wanita lain. Yaitu Narcissa.

Ia dengan teganya meninggalkan ibu. Tanpa memikirkan kelanjutan nasibmu dalam kandungan ibu.

Astoria tak kuasa membendung rasa sedih sekaligus marahnya ketika ia membaca tulisan ibunya. Dalam hatinya mulai tumbuh rasa marah dan dendam yang teramat sangat pada ayahnya.

"Tenanglah, ibu! Aku akan membalaskan semua rasa sakit hatimu itu", geram Astoria.

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang