Hermione POV
"Hooaammmm!".
" jam berapa ini?", desahku sambil melihat jam weker di meja nakas.
Sudah pukul 8 pagi, tapi entah kenapa aku serasa tak ingin beranjak dari ranjangku.
Beberapa hari terakhir, aku sangat sibuk dengan tugas akhir kampus. Banyak riset yang harus kulakukan agar mendapat nilai sempurna. Itu akhirnya berdampak pada jam istirahat ku yang berkurang drastis.
Tapi aku memaksakan diri untuk bangun dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, aku pun langsung turun dan menuju ke dapur.
"Bu?!", panggil ku.
Ku lihat rumah tampak sepi. Tak ada tanda-tanda keberadaan ibu.
" apa ia ada jadwal piket ya?!", monolog ku.
Tampak ada sebuah note kecil yang ditempelkan di pintu kulkas.
Sayang! Ibu piket malam hari ini...
Tunggu ibu kalau kau mau sarapan ya!Ternyata ibu sedang piket malam. Aku jadi kasihan melihatnya.
Ibuku adalah wanita yang mandiri. Ia menjadi orang tua tunggal untukku selama ini. Sejak aku berumur 6 tahun, ayah telah pergi meninggalkan kami demi wanita lain. Aku masih ingat, betapa sedih dan kecewanya ibu pada saat itu.
Ia bekerja keras sebagai perawat senior di salah satu rumah sakit swasta di London. Walaupun begitu, gajinya tak bisa menutupi kebutuhan kami yang terus bertambah. Apalagi aku saat ini berkuliah di salah satu universitas terkemuka.
Aku pun berinisiatif untuk membantunya dengan bekerja paruh waktu. Tentu tanpa sepengetahuan ibu. Karena ia tak mau merepotkan diriku.
Aku pun ganti menyiapkan sarapan untuknya. Tak tega rasanya melihat ia lelah sepulang kerja harus menyiapkan sarapan juga.
Setelah selesai, aku segera bersiap untuk ke kampus. Aku pun mengirimi ibu pesan sebelum beranjak keluar.
Bu! Aku berangkat ke kampus sekarang. Aku sudah buatkan sarapan. Kau tinggal menghangatkan saja ya....
SEND
Hermione POV end
***
Sesampainya di kampus, ia langsung bergegas ke perpustakaan. Gadis bersurai madu itu mengambil pekerjaan paruh waktu sebagai penjaga perpustakaan.Setiap hari senin dan rabu, adalah hari giliran ia berjaga. Hasilnya memang tak seberapa, tapi lumayan untuk membantu sang ibu.
Pip Pip Pip
"Oh, ada pesan! Ginny?!", ujar Hermione heran.
Mione!? Tunggu aku di perpus ya?! Aku akan menemuimu setelah kelasku selesai...
Okayy??!!! Bye..."Iya ku tunggu kau disana", balasnya seraya membalas pesan itu.
Sepanjang koridor, sesekali ia bertegur sapa dengan beberapa orang. Hingga ketika hendak masuk ke perpustakaan, ia melihat sosok yang tak asing.
Tampak sang cassanova, begitulah ia menyebut, sedang asik mengobrol akrab dengan seorang gadis di sudut rak.
" hai, Hermione!", sapa pria itu ketika mereka tak sengaja bertemu pandang.
Tapi Hermione hanya melirik sekilas dan berlalu begitu saja. Ia berjalan ke arah rak buku dan membacanya.
Tak disangka pria itu menyusulnya. Ia mengambil tempat duduk tepat di sisi kanan gadis itu.
"Ada apa, Draco?", tanya Hermione tanpa mengalihkan pandangannya.
" kau tadi ku sapa, tapi kau malah pergi begitu saja. Kenapa?", Draco balik bertanya.
Gadis itu menghela napas sesaat dan menoleh pada Draco. Ia pikir pertanyaan pria itu tak ada manfaatnya sama sekali.
"Aku tahu, tapi kau kan sedang asik ngobrol dengan Pansy. Aku tak mau mengganggu kalian", jelas Hermione.
Tapi anehnya, Draco malah tersenyum bangga. Hermione sampai dibuat heran dan takut dalam waktu yang sama.
" kenapa kau senyum-senyum begitu?", Hermione curiga.
"Kau cemburu kan?", terkanya penuh percaya diri.
" apa?! Cemburu? Memangnya kita punya hubungan apa?! Jangan mimpi", sergah Hermione.
"Begitukah? apakah kita harus ada hubungan dulu, jadi aku bisa membuatmu cemburu?!", tanya Draco.
" Maaf.... aku tak berminat, Yang Mulia! Kau terlihat playboy dimataku", sindir Hermione kembali membaca bukunya.
"Aku bukan playboy, Hermione! Pansy hanya penggemar ku saja", jelasnya.
" itu bukan urusanku!", kata Hermione malas.
Sebelum Draco sempat berkata-kata lagi, seorang gadis bersurai merah menginterupsinya.
"Maaf, Mione! Aku terlambat", sesal Ginny tanpa menyadari kehadiran Draco.
" tak apa, Gin! Lagipula aku ditemani oleh Putra Mahkota kita".
"Putra Mahkota?!", celetuk Ginny seraya menoleh ke sosok di sebelah Hermione.
" Hai!", sapa Draco kikuk.
" oh, hai!", balas Ginny.
"Baiklah, aku pergi dulu! Aku ada urusan lain. Bye Hermione! Ehm, Ginny!", pamit Draco beranjak pergi.
Kedua gadis itu hanya melihat kepergian pria itu dengan dua pemikiran yang berbeda. Hermione hanya menggeleng-geleng heran, sedangkan Ginny tersenyum jail.
" apa ada sesuatu antara kalian, Miss Granger?", godanya.
"Buang jauh-jauh pikiranmu itu, Ginny! Ia bukan tipe ku!", kata Hermione kesal.
" well... Jodoh hanya Tuhan yang tahu, sayang!", olok Ginny.
Hermione hanya tertawa geli melihat usaha sahabatnya itu untuk menggodanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bagai Sebuah Dongeng
RomanceDiadaptasi dari kehidupan The Royal Family.... jalan cerita tak selalu sama tapi memiliki makna yang serupa