Brummm Brummm
Ciiittt
Sebuah mobil sedan hitam baru saja memasuki halaman Istana Buckingham. Kemudian keluarlah dua orang pria dan melangkah cepat menuju pintu masuk.
"Selamat datang, Mr Zabini dan Mr Nott!", sapa salah seorang pelayan istana.
" terima kasih! Apa kami bisa bertemu dengan Putra Mahkota?", tanya Blaise sopan.
"Ehm~mengenai hal itu, lebih baik anda langsung bertanya saja pada Frank. Saya akan memanggilkannya!", ucapnya seraya berbalik cepat.
"Sebenarnya ada apa ini, Blaise?", bingung Theo.
" entahlah! Aku rasa pasti ada sesuatu yang tak beres telah terjadi".
Setelah beberapa menit menunggu tanpa kepastian, akhirnya Frank muncul juga. Dengan raut wajah khawatir ia pun langsung mengarahkan Blaise dan Theo menuju kamar Draco.
"Putra Makhota selama seminggu ini mengurung diri di dalam kamar. Kami semua sangat khawatir, terlebih Yang Mulia Ratu sedang ada kunjungan kenegaraan ke Jerman", terangnya selama perjalanan.
" memangnya ada apa dengan Draco, Frank?!", desak Theo.
"Entahlah, Tuan Muda! Waktu itu ia pulang sudah dalam keadaan menyedihkan, ia tak menjawab sepatah kata pun pertanyaanku dan kemudian langsung masuk ke dalam kamar", lirihnya.
Tak lama kemudian, mereka bertiga telah sampai di depan kamar Draco. Dengan tangan gemetar, Frank mencoba mengetuk perlahan.
Tok Tok Tok
" Yang Mulia! Ada Mr Zabini dan Mr Nott datang mengunjungi anda!", seru Frank.
Tak ada sahutan sama sekali dari dalam. Blaise dan Theo mulai merasa khawatir dengan keadaan sahabatnya itu.
Tok Tok Tok
"Yang Mul~",
Cklek
Terdengar kunci pintu kamar telah dibuka. Dengan secepat kilat dua sahabat itu pun masuk ke dalam kamar.
Gelap dan pengap.
Itulah kesan pertama kali yang Blaise dan Theo rasakan ketika berada di dalam.
" Draco?! Kau ada dimana?", panggil Blaise.
Tak ada jawaban.
Theo pun mengambil inisiatif untuk membuka jendela. Dengan sedikit tersandung beberapa kali, akhirnya dia berhasil meraih gordennya dan kemudian langsung membukanya.
Cahaya menyilaukan langsung menyerbu menerangi seluruh penjuru ruangan. Sehingga Blaise dan Theo harus berusaha menyesuaikan pandangan mereka yang tiba-tiba berubah.
"ASTAGA!!! APA YANG SEDANG TERJADI?!!!", pekik Theo terkejut melihat ruangan itu.
Beberapa barang jatuh dan berserakan di lantai. Lampu tidur pecah berantakan karena terbentur meja. Bantal, guling dan selimut berhamburan dimana-mana.
Sedangkan sang empu kamar terlihat duduk diam di sebuah single sofa di sudut ruangan. Di tangan kanannya bertengger manis botol minuman beralkohol.
" Draco?! ASTAGA!!! KAU KENAPA, HAH?!", seru Blaise panik melihat keadaan Draco.
Ia pun cepat-cepat menghampiri sahabatnya itu, kemudian disusul oleh Theo.
Kulit pucatnya semakin pucat dan tubuhnya mengurus. Rambut pirangnya terlihat berantakan dan kumal. Dan yang menyedihkan, mata cekung berwarna hitam itu memandang kosong kepada Blaise.
"Katakan padaku, mate? Kau kenapa? Apa yang sedang terjadi?", cecar Blaise cepat.
Theo yang berdiri disamping Blaise hanya bisa membisu. Ia pun juga merasakan keterkejutan yang sama dengan Blaise.
" sudah berakhir!", bisik Draco lirih dengan tatapan kosongnya.
"Apa maksudmu? Apa yang sudah berakhir? Katakan padaku!".
" sudah berakhir!", ulang Draco serak.
"Iya, aku sudah dengar! Apa yang berakhir, Draco?!!", kesal Blaise.
Theo merasa kasihan melihat Blaise, ia segera memintanya berhenti.
" sudahlah, Blaise! Aku rasa Draco sedang depresi berat, lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit saja!", ujar Theo.
"Ya, mungkin kau benar Nott! Kita bawa dia ke rumah sakit saja", balas Blaise.
Tapi tiba-tiba tubuh Draco kejang-kejang. Ia pun terjatuh tersungkur ke depan dan kemudian pingsan.
" DRACO?!!!!".
Royal National Orthopedic Hospital
"Bagaimana keadaanya, dok?", tanya Blaise.
" Putra Mahkota untuk sementara harus dirawat intesif beberapa hari disini, karena menurut pemeriksaan beliau mengalami depresi akut dan overdosis alkohol. Tapi jangan khawatir karena ia sudah melewati masa kritisnya", jelas dr James.
"Hah, syukurlah! Terima kasih dokter!", ucap Blaise lega.
Setelah berbincang dengan dokter James, Blaise segera menemui Theo yang sedang menjaga Draco di kamar rawatnya.
" bagaimana?", tanya Theo spontan ketika melihat temannya masuk.
"Depresi dan overdosis! Tapi sudah aman!", balasnya.
Theo pun mengangguk paham.
" Theo?!", panggil Blaise tanpa mengalihkan pandangannya dari Draco yang sedang terbaring lemah.
"Apa?".
" apa menurutmu maksud dari kata "sudah berakhir" adalah tentang hubungan Draco dan Hermione?", lanjutnya.
Seketika Theo pun terdiam. Ia pun terlihat berpikir keras.
"Bisa jadi! Tapi apa yang terjadi?", cetus Theo.
" nanti kita tanyakan pada Ginny!", putus Blaise.
***
Klinggg
Pintu kafe pun terbuka. Tampak seorang pria berwajah aneh masuk dan kemudian mengedarkan pandangannya. Dengan pelan tapi pasti, ia kemudian menuju ke sebuah meja yang di duduki seorang wanita.
"Miss Greengrass, right?", tanyanya dengan suara berat.
" ya, silakan duduk!", jawab wanita itu.
"Kopi?", tawar Astoria.
" tidak!".
Astoria mengangguk.
"Mr Pettigrew?!".
Pria itu mengangguk.
" baiklah, langsung saja! Aku ingin kau menyelidiki tentang semua orang yang dekat dengan Draco Malfoy, kecuali keluarganya! Kau sanggup?", ujar Astoria.
"Itu saja?!", tanya pria itu.
" ya!".
"Baiklah! Kalau begitu aku permisi dulu", pamitnya dan pergi meninggalkan kafe.
Astoria pun tampak puas dengan apa yang ia rencanakan sekarang.
" aku takkan membiarkan kau berhubungan dengan siapa pun, Draco! Kau milikku!", desisnya sambil menyesap kopinya.
Haiiii.... Haiiii....
Maaf ya manteman!!!! Aku hiatusnya lama banget.... Sekali lagi maaf banget...Tapi aku janji akan lebih berusaha lagi update secepatnya dan memberikan jalan cerita yang terbaik untuk kalian.....
Semoga part kali ini bisa menebus kesalahanku pada kalian yaaa.....
Be enjoyed allll!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagai Sebuah Dongeng
Roman d'amourDiadaptasi dari kehidupan The Royal Family.... jalan cerita tak selalu sama tapi memiliki makna yang serupa