Part 5 bagian 2

765 113 2
                                    

Flashback on

"Tak mungkin seorang ibu melarang buah hatinya melakukan sesuatu bila tidak ada alasan yang buruk dibalik semua itu. Jadi jangan cepat menuduh ibumu tanpa tahu yang sebenarnya", lanjut Hermione panjang lebar.

" tapi aku sudah mencoba berulang kali. Tapi hasilnya tetap ia tak mau bicara", keluh Draco.

"Dekati ia dan mulai dengan kata-kata yang baik. Tak ada masalah yang selesai bila kau marah", tukas Hermione.

Flashback off

Obrolan singkat tempo hari dengan gadis bermanik indah itu sangat mempengaruhi Draco. Ia tak berhenti untuk terus memikirkan kata-kata Hermione.

" apakah selama ini aku keliru?! Tapi itu salah ibu juga tak jujur padaku! Tapi~", gerutu Draco sambil menyusuri salah koridor di dalam istana.

Ia tampak tenggelam dalam lamunannya sampai,

Brughhh

"Aduh!", erang 2 orang secara bersamaan.

" kau bisa berjalan tidak, hah?!", bentak Draco sambil berusaha kembali berdiri.

"Ehm, maafkan saya, Putra Mahkota", ucapnya.

" kau~ sekretaris kerajaan?!", ucap Draco terkejut.

"Maafkan saya, Putra Mahkota!", ujar Snape seraya membungkuk.

Draco jadi tak enak hati membentak Snape membabi buta. Ia tampak kikuk sehingga berdiri membisu.

" apa kau ada masalah, Putra Mahkota?", tebak Snape.

"Ehm~ah... Itu~ ya mungkin", balasnya terbata.

" kau bisa mengatakannya pada ku, Putra Mahkota! Mungkin aku bisa membantumu", tawar Snape.

Mereka berdua akhirnya menuju ke taman istana. Snape dan Draco duduk bersama dengan cara berseberangan.

Snape tetap menunggu tanpa berkata sedikit pun sementara Draco masih membisu.

"Mr Snape?", panggil Draco tiba-tiba.

" bila sedang sendiri, panggil aku paman saja, Putra Mahkota!", pinta pria tua itu.

"Kau juga panggil nama ku saja!", ujar Draco juga.

Mereka diam lagi. Hanya terdengar hembusan angin mengenai daun-daun di pepohonan sekitar.

" paman?! Apa selama ini aku sudah keliru?", tanya Draco lagi.

"Apa maksudmu, Draco?", tanya Snape heran.

Draco menghela napas dengan berat. Dengan tatapan sendu, ia memandang sekitar.

" ada seorang gadis mengatakan bahwa sikapku selama ini keliru. Aku terlalu egois sampai-sampai aku selalu dingin pada ibu~", terang Draco.

Snape hanya tersenyum samar saat mendengar itu. Tapi ia tak mau menyelanya dulu.

"~aku merasa tak adil padanya. Apa yang harus aku lakukan, paman? Tolong bantu aku!", pinta Draco beralih memandang Snape.

" aku senang, ternyata ada seseorang yang bisa membuat hatimu lunak kembali. Apalagi dia adalah seorang gadis. Aku yakin dia sangat spesial untukmu", godanya.

"Jangan menggodaku, Paman! Aku sedang tak ingin bercanda!", protes Draco.

Snape hanya terkekeh ringan melihat anak dari mendiang sahabatnya itu sedang merajuk. Ia tampak bukan seorang Putra Mahkota saja, tapi lebih cocok seperti bayi besar.

" baiklah, Maafkan aku! Kau hanya perlu bicara secara pribadi dengan ibu mu. Dia memang salah karena merahasiakan semuanya dari mu, tapi aku tahu apa yang ia lakukan adalah demi kebaikanmu", ujar Snape.

Draco pun tersenyum memandang pria tua itu. Ia merasa melihat sosok ayahnya dalam tubuh Snape.

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang