Part 30

602 43 11
                                    

Draco baru saja keluar dari ruang operasi. Beruntung ia menjalani operasi dengan bius lokal. Sekarang ia berada di kamar rawat observasi bersama Theo dan Blaise.

"Kau baik-baik saja, mate?", tanya Theo melihat Draco sesekali mendesis.

" aku tak apa! Hanya lukaku nyeri setelah biusnya mulai menghilang".

"Aku tak tahu harus menyebutmu pahlawan atau si bodoh", gerutu Blaise di sebelah kanan ranjang Draco.

"Maaf bung, kau bilang apa tadi?!", desis Draco tak suka ketika Blaise mulai membullynya.

" apa kau tak dengar, huh?! Kau berkelahi bak aktor laga dengan Astoria dan pada akhirnya kau mendapatkan luka serius seperti itu. Dengar, mate! Kau sungguh membuat kami takut waktu itu", cecar Blaise berapi-api.

"Aku begitu karena aku harus melumpuhkannya. Lagipula waktu itu senjataku terlempar entah kemana gara-gara si brengsek tua suruhan ular itu", elak Draco tak kalah.

" aku setuju dengan Blaise. Kalau seandainya si Riddle tak datang menolongmu, mungkin kau~ah, sudahlah!", ujar Theo tak sanggup meneruskan ucapannya.

"Ya, kau benar aku berhutang banyak pada Riddle", desah Draco lelah sambil menatap langit-langit.

Mereka bertiga terdiam sejenak seakan mengingat kejadian menegangkan beberapa jam yang lalu.

Rasa lelah, takut dan khawatir lenyap berganti lega dan syukur karena orang-orang terdekat mereka tak mengalami sesuatu yang serius.

Tapi, sebuah suara ketukan pelan pada pintu menyadarkan mereka semua.

Tok Tok Tok

" masuk!", seru Blaise pelan.

"Ehm, maaf! Ada seseorang yang ingin bertemu dengan Putra Mahkota!", ujar seorang suster setelah ia membuka pintu.

" siapa?", tanya Theo penasaran.

Tanpa menjawab, suster itu kemudian sedikit menyingkir dari pintu dan kemudian mempersilahkan orang tersebut untuk masuk.

"Draco?!", panggil Hermione.

" Love?! Kaukah itu?! Masuklah!", balas Draco bernada senang.

Hermione tersenyum singkat pada sang suster sebelum masuk lebih dalam. Sementara Theo dan Blaise saling memandang memberi kode.

"Hai, Blaise! Theo!", sapa Hermione ramah.

" hai, Hermione! Senang bisa melihatmu lagi", jawab mereka berdua serempak.

"Apa kau baik-baik saja, Love?", sela Draco sambil memandang penuh selidik ke seluruh tubuh kekasihnya.

" ehm, aku~", gadis itu
menggantung ucapannya karena ia mencuri-curi pandang ke arah Blaise dan Theo.

"Ah, aku lupa menghubungi Luna! Hei, Theo! Bisa kau temani aku sebentar?", seru Blaise tiba-tiba seakan mengerti maksud Hermione.

" hah?! Oh, baiklah!", balas Theo masih tak sadar situasi.

Setelah kedua pria itu keluar. Hermione kemudian beralih memandang Draco. Ia kemudian dengan tiba-tiba memeluk erat kekasih itu dan mulai terisak.

"Hei! Ada apa, Love? Apa kau terluka?".

Draco yang masih dalam keadaan terbaring menjadi sedikit terkejut. Ia pun akhirnya berusaha menegakkan tubuhnya perlahan tanpa melepas pelukan sang kekasih.

" maafkan aku, Draco! Aku lagi-lagi membuatmu dalam bahaya. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri kalau seandainya kau terjadi apa-apa", tangis Hermione tersedu-sedu.

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang