Part 19 bagian 2

431 47 9
                                    

Ting Tong

"Ya, tunggu sebentar!", teriak Hermione.

Cklek

" hai, Mione!", sapa Ron sembari tersenyum lebar.

"Hai! Kau cepat sekali sampai. Apa kau tadi ada di sekitar sini?", balas Hermione sambil menepi agar Ron bisa masuk.

Mereka pun langsung menuju ke ruang tengah. Sementara Ron tengah mendudukkan diri ke sofa, Hermione berkutat di pantry.

" ehm, bisa di bilang seperti itu. Ohya, bagaimana keadaanmu, Mione?", tanya Ron.

"Aku sudah lebih baik~kau mau kopi?".

" tentu, terima kasih!", ucap Ron.

Hermione kemudian menuangkan cairan hitam pekat itu pada 2 gelas sedang. Lalu ia berikan kepada Ron.

"Apa bibi Helena belum pulang?", ujar Ron sambil celingak-celinguk.

" mungkin 1 jam lagi ia akan pulang. Pasti ibu sangat terkejut melihatmu disini", goda Hermione.

Ron terkekeh sebentar sebelum menyesap pelan kopinya.

"Pasti, Mione! Kami tak bertemu sudah lama sekali. Terakhir~waktu kita wisuda, kan?!", Ron mengiyakan.

" itu benar!", angguk gadis cantik itu.

Sesaat mereka sama-sama terdiam. Tampak Hermione hanya fokus memandangi gelas kopinya yang mulai menghangat.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Mione?", tanya Ron memecah keheningan.

Hermione terlihat gelisah. Ia seakan dipaksa mengingat kembali kejadian yang menyakitkan tadi malam.

" kalau kau tak mau bercerita padaku, tak apa. Aku tak akan memaksamu", ujar Ron lagi.

Pria itu merasa tak enak hati. Ia yakin Hermione pasti sedang mengalami masalah yang sulit sekarang. Tapi Ron sadar, ia bukan siapa-siapa lagi bagi Hermione.

"Maafkan aku, Ron! Aku tahu kau bermaksud ingin membantuku, tapi aku tak bisa memberi tahumu masalah ini", sesal Hermione.

Ron mengangguk paham. Ia kemudian meraih tangan Hermione dan menggenggamnya.

" baiklah, aku mengerti! Tapi bila kau membutuhkan bantuanku atau hanya sekedar ingin bercerita, aku siap untukmu".

"Terima kasih, Ron!", balas Hermione lega.

" itu gunanya teman, kan?!".

Mereka pun akhirnya tertawa bersama. Hermione memutuskan ingin melupakan masalahnya untuk sebentar saja.

Gadis itu berharap dengan kehadiran Ron dalam kehidupannya lagi bisa membuatnya tak memikirkan Draco untuk sementara waktu.

"Ohya, aku tadi membeli sesuatu untukmu!", kata Ron sambil menyerahkan sebuah kantong kertas kecil.

" apa ini?", tanya Hermione bingung.

"Buka saja", suruh Ron.

Dengan hati-hati gadis itu membuka kantong itu dengan perlahan. Ia sedikit terkejut bila isi kantong itu adalah sepotong sandwich gandum isi bacon kesukaannya.

" ini~".

"Cemilan favoritmu, kan?! Makanlah! Aku tahu kau belum makan dari tadi malam", ujar Ron dengan wajah bangga.

" ternyata kau masih mengingatnya. Terima kasih, Ron!", balas Hermione.

"Sama-sama".

***

Draco terlihat memasuki pintu utama istana. Ia berpenampilan kacau dan sangat berantakan. Dengan langkah-langkah terburu-buru ia naik ke lantai dua.

Tapi di tengah koridor, Sang Ratu memanggilnya. Sejenak ia mengusap wajahnya kasar sebelum berbalik.

" Draco! Dari mana saja kau? Kenapa baru pulang?", cecar Narcissa.

"Bu, aku mohon jangan tanya apapun padaku saat ini. Aku lelah dan ingin segera tidur", tolak Draco.

Ia berbalik lagi dan beranjak meninggalkan ibunya dengan wajah bingung.

" ada apa dengannya? Kenapa ia terlihat kacau sekali?", gumam Narcissa.

Tak lama berselang, dari kejauhan Frank menghampiri Sang Ratu dengan wajah cemas.

"Selamat pagi, Yang Mulia!", salam Frank ketika berdiri di samping Ratu.

" Frank! Bisa kau jelaskan, kenapa Putra Mahkota seperti itu?", tanyanya penuh selidik.

"Maafkan saya, Yang Mulia! Saya tidak tahu menahu soal itu, hanya saja tadi saya disuruh menjemput beliau di Hotel San Marie", jelas Frank.

" Hotel San Marie?! Bukankah pestanya di Hotel Shangri-La?", bingung Ratu.

Frank menjawab dengan gelengan pelan. Narcissa merasa ada yang tidak beres. Tidak mungkin putranya mengadakan pesta di hotel yang tidak sesuai dengan undangannya.

"Ya sudah, kau boleh pergi!", titah Ratu.

" baik, Yang Mulia!", patuh Frank.

Sementara di kamar pribadi sang Putra Mahkota, sang empu kamar tidak istirahat seperti pamitnya pada sang ibu.

Draco tertunduk lesu di tepi ranjang dengan tangan sesekali meremas rambutnya gusar.

"Tidak mungkin!", gumamnya berulang-ulang.

" aku tidak mungkin melakukan hal serendah itu dengan Astoria, tapi~".

"Arghhh! Brengsek!", umpatnya.

Ia meluapkan amarah dan kegusaran dengan melempar barang-barang yang ada di dekatnya.

Pranggg

Pyarrr

Klontangg

" pasti Hermione salah paham dan membenci sekarang", keluhnya dengan muram.

Tunggu episode selanjutnya yaaaa!!!!

Lagi bumpet nihhhhh...

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang