Part 19

440 45 7
                                    

Matahari pagi sudah bersinar terang di langit London. Beberapa orang tampak bersantai bersama orang terkasih. Ada yang hanya berjalan-jalan santai dan ada juga yang hanya duduk-duduk di taman.

Tapi hal itu tidak terlihat sama sekali di salah satu kamar hotel ternama di pusat kota. Terdapat sosok pria berambut pirang tengah tertidur pulas di ranjang berukuran king size.

Tubuhnya yang kekar hanya terbalut selimut putih sebatas pinggang. Sedangkan tubuh bagian atasnya tidak tertutup sehelai benang pun.

"Eunghhh!!", lenguh pria itu pelan.

Ia sedikit merenggangkan badannya dan perlahan-lahan mulai menegakkan tubuhnya.

" auchhh! Kepalaku!", keluhnya sambil memegang kepalanya.

Pelipisnya ia pijit pelan guna mengurangi rasa sakitnya. Setelah merasa membaik, ia mulai mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Dimana aku?! Dan~ASTAGA! MANA PAKAIANKU?!!!", ujarnya panik.

Dengan cepat ia menoleh kesana kemari mencari pakaiannya. Setelah mendapatkannya, ia buru-buru memakainya.

" dimana ponselku?", gumamnya lagi.

Ia pun menuju ke meja nakas samping ranjang untuk mengecek.

"Brengsek!! Kenapa harus mati sekarang?!!!", kesalnya.

Disaat ia bergelut dengan pikirannya, terdengar suara pintu terbuka. Kemudian muncullah seorang wanita cantik yang hanya memakai handuk pendek.

" Drakie? Kau sudah bangun, ya?", sapanya ketika melihat pria itu.

Draco menoleh ke sumber suara dan seketika pun ia berseru tertahan karena kaget.

"Astoria?!".

" iya, Drakie! Ini aku. Kenapa kau sekaget itu melihatku", balas Astoria sambil berpakaian tepat di depan Draco.

Pria itu merasa canggung dengan pemandangan tersebut. Ia pun berbalik memunggungi Astoria.

"Hei, sayang! Kenapa kau berbalik seperti itu? Apa kau malu?", goda Astoria.

Setelah berpakaian, wanita itu berjalan mendekati Draco dan memeluknya dari belakang.

" Drakie! Aku sungguh merindukanmu", ucap Astoria.

Draco amat terkejut dengan perbuatan wanita itu hingga ia menyentakkan tangan Astoria dengan keras.

"APA YANG KAU LAKUKAN, AS?! KITA SUDAH TAK PUNYA HUBUNGAN APA-APA LAGI", bentak Draco tepat di wajah Astoria.

" ya ampun, Draco! Kau kasar sekali padaku. Asal kau tahu Draco, bila kita memang tak memiliki hubungan lagi, kau tidak mungkin menghabiskan malam yang panas bersamaku", ujar Astoria.

"APA?!!! TIDAK MUNGKIN!", elak Draco tak percaya.

" iya, Draco! Saat malam ulang tahunmu kau dan aku merayakannya di ranjang. Dan kau sangat liar sekali saat itu", jawab Astoria sambil mengedipkan matanya.

"Aku tidak percaya! Kita sudah putus, dan aku sudah melupakanmu", balas Draco.

" benarkah?! Aku tidak yakin. Memangnya dia secantik apa sehingga kau bisa berpaling dariku, huh?!", sombong Astoria.

"Dia lebih cantik dari siapapun, termasuk dirimu!", ketus Draco lalu beranjak pergi meninggalkan Astoria.

"Draco! Draco! Tunggu!", teriak Astoria memanggil Draco.

Tapi Draco tetap pergi. Ia tidak sedikit pun menoleh pada Astoria.

" awas saja, Draco! Permainan baru saja dimulai, dan kupastikan kau dan ibumu akan menderita", gumam Astoria sambil terkekeh pelan.

Di Lobby Hotel

Draco berhenti sejenak tepat di depan meja resepsionis. Dengan wajah kacau ia mulai mendekati petugasnya dan berkata,

"Bisakah aku meminjam teleponmu?".

" astaga, Putra Mahkota! Anda benar Putra Mahkota, kan?", petugas itu balik bertanya dengan pandangan takjub.

Draco mengusap wajahnya kasar. Sebenarnya ia sangat malas meladeni petugas sok kenal itu.

"Aku tak punya waktu untuk berbasa-basi denganmu, pinjamkan aku teleponmu!", ucap Draco dingin.

" ba~baik, Yang Mulia! Ini silahkan!", katanya sambil menyerahkan telepon pada Draco.

"Terima kasih!".

Setelah telepon itu ada di hadapannya, Draco malah berhenti sesaat untuk berpikir.

" aku harus menghubungi Hermione. Aku yakin pasti ia berpikiran yang tidak-tidak tentang aku dan Astoria tadi malam", gumamnya.

Kemudian ia mulai mendial nomor Hermione.

Tuuutt tuuuttt

"Kenapa tidak diangkat?!", gerutu Draco.

Tuuutt tuuutt

Mohon maaf! Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Cobalah beberapa saat lagi.

" sial! Hermione tak menjawab teleponku. Bagaimana ini?!", keluh Draco dengan nada gusar.

Tapi ia terlihat kembali mendial nomor seseorang.

Tuut tuutt

"Halo! Frank?", seru Draco.

"...."

"Sudah-sudah, jangan berisik! Jemput aku sekarang di hotel~maaf ini dimana?", tanya Draco pada petugas resepsionis.

"San Marie, Hotel San Marie!", jawabnya.

" ~hotel San Marie, ya?! Dan kau tidak boleh terlambat", perintah Draco dan kemudian ia menutup teleponnya.

"Terima kasih teleponnya!", ucap Draco.

" sama-sama, Yang Mulia!".

***

Sementara Hermione tampak tersedu kembali. Ia tadi bangun dengan muka sangat bengkak akibat terkejut panggilan dari Draco.

Ia sama sekali tak ada niatan untuk menjawabnya. Ia masih merasa sangat sakit hati kalau teringat perbuatan Draco malam itu.

Setelah ia merasa lelah untuk menangis, Hermione mulai beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ia tak mau ibunya merasa khawatir bila melihat keadaannya yang kacau seperti ini.

Beberapa menit setelah itu, ia keluar dengan keadaan lebih segar walaupun wajahnya masih terlihat kusut.

Sesaat sebelum Hermione beranjak keluar kamar, ponselnya kembali berdering. Ia sejenak melihat siapa yang menelponnya.

Ron is calling....

"Halo, Ron! Ada apa?", tanya Hermione.

"..."

"Kesini? Sekarang? Baiklah, aku tunggu".

"...."

"Iya, hati-hati di jalan!", tutup Hermione.

Hermione kemudian melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk membuat minum untuk Ron.

Hai, Semua! Maaf telat......
Ceritanya makin seru gak sih?
Hehehehe....

Si astor makin nglunjak ceritanya nih....
Makin kasian ama hermione, tapi ada ron jd tenang aku...
Tapi apa hubungan ron sama hermione ya sekarang?
Apa jangan2 mau ngajak balikan si ron-nya?!!!

Tetap setia yaaaa!!!
Selamat menikmati!!!!!

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang