Part 25

451 46 4
                                    

"Ayo, buka mulutmu!aaa~".

" Aa~ ehm, enak!", ujar Draco bak bocah.

"Jangan berlebihan, Draco! Ini cuma semangkok bubur", ledek Hermione sambil menyendokkan lagi.

" aku tahu! Tapi karena kau yang menyuapiku, bubur ini rasanya enak sekali", kata Draco dengan rona senang.

Hermione hanya memutar matanya malas menanggapi ucapan Draco.

Gadis itu sudah 2 hari ini menginap di rumah sakit untuk menemani Draco. Walaupun sebenarnya itu juga karena paksaan.

Flashback on

"Kau menginap saja disini, Love!", rengek Draco.

" tapi Draco, aku harus pulang. Ibu pasti akan mencariku", balas Hermione.

Draco tampak berpikir sejenak.

"Kemarikan ponselmu!".

" untuk apa?".

"Berikan saja!", kekeh Draco.

Dengan malas Hermione mengambil ponsel di tas selempangnya dan memberikannya pada Draco.

Dengan cekatan, pria bersurai platina itu mengutak-atik dan kemudian menempelkannya pada telinga.

Tuuuut tuuuttt

" halo, Helena! Ini aku Draco!", kata Draco.

"...."

"Aku ingin minta ijin padamu kalau untuk beberapa hari ini Hermione akan menemaniku di rumah sakit. Bisa, kan?!", ujarnya lagi.

" APA?!", pekik Hermione tak percaya.

Tapi Draco mengangkat tangannya pada Hermione, tanda gadis itu harus diam.

"Ah, tidak! Hanya sedang drop saja. Aku tidak apa-apa".

"..."

"Baiklah, terima kasih!", tutup Draco.

Flashback off

Setelah beberapa saat, Draco akhirnya menyelesaikan sarapannya. Ia dan Hermione kemudian memutuskan untuk berjalan-jalan di taman rumah sakit.

Bangku pojok taman, tepat dibawah rindangnya pohon adalah pilihan mereka.

" ah, segarnya!", desah Draco sambil merenggangkan tubuhnya.

"Iya, udaranya juga hangat", timpal Hermione.

" ya, benar! Sehangat hatiku saat ini", balas Draco sambil memejamkan mata.

Hermione kembali teringat kejadian beberapa minggu yang lalu. Keegoisan dan kesalahpahaman menjadikan mereka terpisah dan tersakiti.

Gadis itu kemudian memeluk erat lengan kiri Draco dan menyandarkan kepalanya pada bahu pria itu.

"Eh~", ucap Draco terkejut.

" maafkan aku, Draco! Aku memang wanita yang egois. Aku dengan seenaknya menuduhmu tanpa mendengarkan semua penjelasanmu, dan menyakitimu hingga kau seperti ini", gumam Hermione lirih.

Setetes air mata terjatuh mengenai bahu Draco ketika Hermione memejamkan mata.

"Sudahlah, Love! Yang lalu biarlah berlalu. Aku sudah melupakan itu. Lagipula, kau seperti itu juga karena kesalahanku", ucap Draco menenangkan.

Ia pun membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Ia menghujani Hermione dengan ciuman mesra nan hangat. Mulai dari kening, hidung, pipi, dan terakhir bibir merahnya.

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang