Part 21

498 51 1
                                    

"Sial! Kenapa tak ada balasan satu pun?! Kemana dia?!", gerutu wanita bersurai merah yang duduk sendirian di salah satu bangku kantin.

Ia terlihat memandang ponselnya dengan kesal. Terdengar makian kecil terus keluar dari bibir merah tipisnya.

Di tempat yang sama, dua orang pria tampan baru saja masuk. Mereka celingak-celinguk ke arah kanan dan kiri untuk mencari tempat duduk.

" sepertinya kita lapar di waktu yang bersamaan, Blaise", ucap Theo sambil menatap lesu ke penjuru ruangan.

"Kau benar!", balas Blaise setuju.

Ia pun mengamati dengan teliti setiap sudut kalau saja ada bangku yang kosong. Sampai akhirnya ia berseru tertahan.

" hei, tunggu! Itu Ginny sahabat Hermione, kan?", tunjuknya dan Theo pun ikut memandang ke arah yang di maksud.

"Kita gabung dengannya saja!", ajak Blaise beranjak mendahului Theo.

" hei, Ginny! Sendirian?!", sapa Blaise ketika sampai.

Wanita yang dipanggil Ginny itu pun kemudian mendongak. Ia sedikit mengerutkan kening, pertanda ia sedang mengingat sesuatu.

"Ah, kau Blaise kan?! Dan~ kau Theo?!", tebak Ginny bersamaan Theo berdiri menyusul di samping Blaise.

" ya, itu kami!", Theo menyahut.

"Boleh bergabung?", sambung Theo.

Ginny mengangguk.

" tentu!", balas Ginny lalu kembali berkutat dengan ponselnya.

Kedua pria itu kemudian duduk dan mulai memanggil pelayan. Setelah selesai dengan masing-masing pesanan mereka, mereka pun kembali beralih memandang Ginny.

"Hei! Kau sepertinya sedang kesal? Ada apa?", tanya Blaise heran.

"Hermione sudah hampir seminggu tak masuk kuliah. Aku sudah menghubunginya dan mengirim pesan, tapi tak ada satu pun yang ia balas", keluh Ginny.

" benarkah?! Kenapa bisa sama?!", gumam Theo.

"Apa maksudmu dengan "sama"?", bingung Ginny.

" begini, Draco juga tak masuk kuliah sudah hampir seminggu. Awalnya kami tak heran, karena kau tahukan bahwa Draco itu siapa?!", jelas Blaise.

Ginny mengangguk lagi.

"Dan ini pasti ada yang tak beres dengan mereka", sahut Theo sok misterius.

"Bisa jadi! Hermione tak biasanya meninggalkan kuliah kalau tak ada masalah yang serius", jelas Ginny menginyakan.

" kita selidiki saja!", sahut Blaise girang.

"Menurutmu begitu? Lalu bagaimana?", balas Ginny mulai tertarik.

"Bagaimana kalau kita menanyakan langsung pada mereka?! Kau ke Hermione, sedangkan kami ke Draco?!", usul Blaise memandang Theo dan Ginny bergantian.

" baiklah, aku setuju!", Ginny menyanggupi.

Mereka pun meluncur ke rumah target masing-masing setelah mengisi full tenaga mereka.

Di pihak Ginny, ia sudah sampai di rumah sahabatnya itu. Dengan perasaan kesal ia pun melangkah ke beranda dan menekan bel dengan cara yang brutal.

Ting Tong Ting Tong Ting Tong

Terdengar langkah terburu-buru dari arah dalam rumah. Dengan kasar, sang empunya rumah membuka pintu. Ia pun siap membentak siapa saja yang mengganggunya sekarang.

"BISA TIDAK PEL~Ginny?!", ucapnya pelan.

Ginny pun hanya memasang wajah ketus melihat sahabatnya yang seakan terkejut akan kedatangannya.

" ehm~masuklah!", kata Hermione kaku seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Ginny pun masuk dan kemudian duduk di sofa ruang tamu tanpa berkata sepatah pun. Dan Hermione menyusulnya duduk tepat di depannya.

"Mau mi~".

" aku tak akan berbasa-basi, Miss Granger! Sekarang jelaskan padaku kenapa kau tak membalas semua pesanku?", tanya Ginny dingin.

"Ginny, maafkan aku! Aku tak bermaksud melakukan itu", ucap Hermione dengan wajah melas.

" aku tak membutuhkan maaf-mu tapi aku butuh penjelasan, Mione!", kukuhnya.

Hermione tertunduk sesaat. Air matanya kembali mengalir membasahi wajah tirusnya.

"Hermione?! Kau kenapa?", pekik Ginny kaget melihat sahabatnya itu.

Ia pun dengan sigap duduk di sebelah Hermione dan mengusap punggung sahabatnya itu lembut.

" ceritakan padaku, Mione! Bukankah aku sahabatmu?!", ujar Ginny.

"Kami berakhir, Gin! Tak ada ikatan diantara kami lagi!", isak Hermione.

Mata Ginny membulat mendengar penuturan sahabatnya itu. Ia yakin, ia pasti salah dengar.

" apa maksudmu, Mione? Dan apa alasannya?", cecarnya.

Hermione pun kembali menjelaskan kejadiannya dengan sesekali terisak. Ginny pun tak bisa menutupi keterkejutannya. Dengan lembut, ia terus mengelus punggung sahabatnya memberi kekuatan.

"Kau tahu siapa wanita itu, Mione?", tanya Ginny sesaat Hermione mengakhiri ceritanya.

Hermione menggeleng lemah.

" entahlah! Aku tak bisa melihatnya dengan jelas".

"Baiklah! Sekarang lebih baik kau menenangkan dirimu dulu, ya!", saran Ginny.

" terima kasih, Ginny! Kau salah satu sahabatku yang terbaik", balas Hermione.

"Salah satu?! Maksudmu, kau punya sahabat lagi selain aku?!", ucap Ginny penasaran sekaligus tak terima.

" hehehehe~iya! Namanya Ron", cengir Hermione.

"Siapa dia? Apa dia tampan?".

" kenapa kau mendetail sekali, Gin?! Apa kau lupa malam itu kau sudah dapat teman kencan?!", sungut Hermione.

"Aku kan hanya bertanya saja. Dan kalau iya apa ada masalah?!", bela Ginny

" kalau begitu, siapa dia?", tanya Hermione balik.

"Namanya Harry Potter. Ia striker sekaligus kapten dalam tim Manchester United", terang Ginny dengan nada bangga.

" oh, begitu! Setahuku pemain bola biasanya playboy. Apa kamu mau, hem?", kata Hermione.

"Ah, itu biasa! Lihat saja, aku yakin aku bisa membuat ia bertekuk lutut kepadaku", sombong Ginny.

Hermione pun tertawa melihat tingkah konyol sahabatnya itu. Sejenak ia bersyukur bisa melupakan masalahnya walau hanya sesaat saja.

Be enjoyed yaaaa!!!!

Bagai Sebuah DongengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang