Jika ini adalah mimpi, tolong bangun kan aku tuhan, agar aku tak terjerumus lebih dalam. Didalam perasaan ini.
_________________________________
____________________Buuuggh....
Bella memeluk Emil, menumpahkan semua perasaannya disana, membasahi kemeja Emil dengan air matanya. Menenangkan semua beban yang dideritanya.
Bella tak tahu lagi harus lari kemana, harus bercerita kesiapa, dan bersandar dimana. Bella merasakan kini dirinya benar-benar sendiri jika Emil tak ada disini.
Terbesit dihatinya, rindu kepada Alfa. Alfa yang tak ada kabar membuatnya semakin terluka, Alfa yang tiba-tiba marah tanpa sebab yang pasti, Alfa yang tiba-tiba meninggalkannya sendiri dan pergi bersama cewek lain. Nyesek!.
Tangis Bella semakin lepas, kencang dan menggema. Sampai pengunjung restauran yang berlalu lalang diantara mereka, melihat mereka penuh tanda tanya, ada juga yang hanya melirik sekilas, dan ada juga yang merasa risih.
Bella melepaskan dekapannya dan menghapus air matanya, isakannya kini mulai mereda.
"Gue anter lo pulang ya?," tanya Emil tak tega melihat Bella yang seperti benar-benar lelah.
Walau dia juga lelah.
Tanpa bicara Bella mengangguk. Emil mengulurkan tangannya untuk Bella genggam. Ada desiran yang mengalir secara tiba-tiba, detak jantung yang tak berdetak normal dan kegugupan yang tiba-tiba datang. Semua terjadi dengan tiba-tiba.
Bella terdiam sejenak, dan setelah itu menerima uluran Emil dan menautkan jemarinya bersama jemari Emil. Dengan senyum malu yang ditutupinya. Entah kenapa Bella sedikit merasa lebih tenang sekarang. Mungkin karena bebannya sudah berkurang.
✏✏✏
"Makasih ya!," kata Bella dengan wajah berseri. Mungkin pipinya merah saat ini.
Emil tersenyum manis, lebih manis dari gula. (Wkwk).
"Iya, sama-sama,"
"Jangan sedih lagi ya, gue akan selalu ada buat lo bel,"
Lagi-lagi Emil membuat debaran jantung Bella berpacu dengan ekstra.
"Makasih ya, masih mau terima gue jadi teman lo," kata Bella membalas senyum Emil.
"Jangan kan temen, untuk singgah dihati lo juga pasti gue terima. Dengan senang hati," sahut Emil sedikit menggoda.
Bella memalingkan wajahnya kearah lain, dengan senyum malunya.
"Ya udah elo masuk ya, istirahat. Jangan terlalu banyak pikiran, gue gak mau elo sakit lagi bel. Gue gak mau kehilangan lo. I-... Love, You...,"
Bella mengangguk seraya membuka pagar rumahnya, dan tersenyum kepada Emil tanda pamitan. Emil mengangguk dan balas senyum Bella.
Malam ini Bella merasa sangat bahagia, entah kenapa?. Bella menyesal selama ini selalu berpikir buruk kepada Emil, namun sebenarnya Emil memang benar-benar tulus mencintainya. Hanya saja dirinya yang masih trauma dan meragukan kesungguhan Emil.
Karena Bella masih belum bisa melupakan kejadian yang sangat memalukan di masa SMP-nya. Itu adalah alasannya menjauh dari Emil dan tak menyukainya. Karena Emil terlalu gampang mempermainkan perasaan. Membuat seorang bahagia dan setelah itu dijatuhkan. Bella tak menyukai sikap Emil yang sudah kelewatan itu.
Memang sih, hanya bercanda dan seharusnya Bella juga gak amarah karena Bella juga gak suka sama Emil. Tetapi kenapa, Bella malah benci dan semakin membenci Emil. Aneh memang. Itulah Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...