Malam yang dingin terasa sunyi saat ini, hembusan angin bagaikan ribuan jarum yang menusuk dikulit, pedih dan sakit.
Kehilangan memang sangat menyedihkan, apalagi dengan kehilangan seseorang yang kita sayang. Bakal berat untuk melepaskan. Itulah yang dirasakan Bella dan Rio, yang tak rela melepaskan seorang wanita yang sangat berharga dihidup mereka.
Pukul 06.43, Pagi.
Bella telah sampai dirumahnya yang sudah dipenuhi oleh warga komplek perumahannya. Selly_Mamanya Emil pun turut hadir dan berduka atas meninggalnya Ririn sang Ibunda Bella.
Tak lupa bendera kuning sudah berkibar-kibar didepan pagar rumah Bella. Bella masih enggan untuk keluar dari mobil hitam milik Ayahnya yang dikendarai oleh Alfa.
Rasanya lutut Bella terasa lemas tak berdaya, matanya sudah lelah, penglihatannya tertutup dengan mata bengkaknya. Air mata yang mulai kering, dan seragam sekolah yang belum ia ganti dari kemarin. Sedangkan dijok belakang, terlihat Akmal yang tertidur dipangkuan Emil.
"Kita turun yuk" ajak Alfa kepada Bella yang sama sekali tak menatap kearahnya, berbicara pun tidak disepanjang jalan.
"Bel, elo gak boleh kaya gini. Nyokap lo bakal sedih liat anak perempuannya lemah kaya gini, gue tau lo kuat kok bel, jangan rapuh kaya gini. Masih ada gue sama Emil yang akan selalu standbye buat lo" ucap Alfa dengan lembut, serta sentuhan lembutnya dipundak Bella.
Bella mulai bergerak, kepalanya menatap kaca depan mobil Alfa, terlihat disana jenazah ibunya yang baru saja keluar dari mobil ambulan, digotong oleh ayahnya, petugas rumah sakit dan ayah Emil yang turut membantu.
Seketika butiran bening itu kembali jatuh, membasahi pipi Bella yang terasa dingin. Itu mengingatkan Bella kalau mulai hari ini ia telah kehilangan sosok wanita yang selalu menjadi motifasinya, menjadi semangat saat dia rapuh, menjadi sandaran yang aman disaat dirinya telah lelah menjalani hidupnya yang selalu dipenuhi masalah. Dan sekarang... Kemana lagi dia akan bersandar? Siapa yang akan menyemangatinya jika ia rapuh?.
Bella kembali terisak bahkan lebih dalam dari sebelumnya, sampai dadanya terasa sesak dan sakit.
Bayangin saja, siapa yang anak yang bahagia melobat Ibunya sudah lemah tak berdaya. Tidur untuk selamanya. Dan meninggalkan anaknya yang masih butuh kasoh sayang seorang Ibu.
Lebih sedihnya lagi, bulan depan Bella anak lulus dari SMA dan sekarang ibunya sudah tiada, padahal Bella sangat mengharap kedua orang tuanya datang disaat hari kelulusan Bella nanti.
"Bell??" panggil Alfa yang sangat khawatir dengan kondisi Bella saat ini.
"Gue mohon, tinggalin gue sendiri disini, plis" sahut Bella seraya menahan isakannya.
Emil sudah turun sejak Akmal bangun dan keluar begitu saja karena melihat jenazah ibunya yang dibawa kedalam rumah. Dengan rasa khawatir Emil mengikuti Akmal dan tanpa sepatah katapun meninggalkan Bella dan Alfa didalam mobil. Percuma disana juga, paati dirinya akan menjadi sosok yang gaib, tak dianggap oleh mereka. Miris.
Padahal hatinya masih tak rela, namun disaat seperti ini ia akan mencoba melepas kecemburuannya dengan Alfa.
Alfa mengangguk lemas, seraya membuka seatbelt nya dan membuka pintu mobil untuknya.
"Gue duluan ya bel" tanpa mendengar jawaban dari Bella, Alfa melenggang pergi.
✏✏✏
Malam telah tiba, setelah mengantarkan jenzah ibunya keperistirahatan terakhir, Bella pulang kerumahnya bersama Wiwi dan Aisyah yang tadi sempat izin sekolah demi sahabatnya yang sedang berduka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...