Ketika hati mengatakan cinta, namun bibir berbicara lain. Ketika hati mengungkapkan cinta, namun cinta yang diharapkan bukan berpihak kepada kita.
~~~
Ketika bel pulang sekolah sudah berdering sejak dua jam yang lalu, kini Emil merapikan buku MTKnya. Diruangan pak Bimo, Emil dan Alfa berada. Alfa memasang wajah lelah dan menahan kantuk karna mengajari Emil yang sangat, sangat sulit untuk menerima pelajaran. Bahkan dipertemuan yang sudah ke tujuh kalinya ini, Emil masih susah menerima materi yang Alfa berikan.
Padahal materi itu adalah materi kelas 10 yang menurut Alfa, diluar kepala.
"Mil, gua mau elu belajar lagi dirumah ya. Biar elo bisa lanjut ke materi berikutnya, ini udah seminggu lho mil. Masa masih gak ngerti aja!," ucap Alfa menasehati.
Namun sepertinya, hanya dianggap angin lalu oleh Emil. Ibaratnya, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Gak ngefek!.
Emil hanya memasang wajah bodohnya.
"Kalo gue males gimana??," tanya Emil dengan wajah yang ingin sekali Alfa tonjok.
Jika ia tak punya kesabaran. Yang bisa Alfa lakukan hanya menghela nafas beratnya.
Sabar sabar...
"Gue sih gak maksa lo mil buat belajar, itu urusan lo. Tapi, gue dapat amanah dari pak Bimo, suruh gue buat ajarin elo sampe elo ngerti. Dan itu pun gue terpaksa mau, karna gue juga kasian sama lo, gue juga gak sejahat yang elo pikir. Gue juga pengen elo sukses mil, dengan cita-cita yang elo punya, dan kemampuan yang elo bisa,"
Emil mengangkat kepalanya melihat Alfa, melihat dengan tatapan yang berapi. Entah kenapa, mendengar ucapan Alfa barusan membuat Emil menjadi gerah sendiri. Merasa terhina.
"Gue gak butuh kasian lo! Elo gak ngajarin gue juga, gue pasti bisa sendiri. Gak usah sombong jadi orang, gue bisa buktiin kok sama lo. Kalo gue bisa dapet nilai 80 tanpa bantuan lo!,"
Alfa melipat tangannya didada, dan memasang wajah menantang.
"Buktiin kalo elo bisa!,"
"Gue pasti akan buktiin. Dan gue mau mulai besok elo gak usah ngajarin gue lagi!," sahut Emil sengit, seraya melangkah keluar ruangan dengan teburu-buru.
Alfa mengambil ponselnya daru dalam saku, dan menekan nomor yang bertuliskan "si pacar" dan menempelkan ponselnya ditelinga.
"Iya fa, ada apa?"
Tanya seseorang diseberang sana.
Alfa tersenyum mendengar suara mungil itu terdengar ditelinganya.
"Alfa! Ada apa sih! Kenapa diem lagi?!"
Alfa menahan tawanya. Ternyata menggoda Bella itu menyenangkan. Apa lagi kalau sudah teriak-teriak begini.
"Alfa... Aku tutup ya??,"
"Eh," sahut Alfa buru-buru. Tak ingin Bella menutup telfonnya secepat itu.
"Jangan dong, heheh...,"
"Garing tauk! Ada apa emangnya?," tanya Bella masih terdengar kesal.
"Sorry ya, aku cuma mau bilang, malam minggu ini aku gak bisa kerumah kamu. Aku kan ada lomba malam ini, kamu ikut ya??,"
Hening...
"Sayang! Kamu masih dengerin aku kan?,"
"Em... Iya fa, aku masih dengerin kamu kok,"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...