Pagi ini, Emil izin tidak kuliah. Alasannya karena sakit, padahal pagi ini ia akan mengantar Bella kebandara.
Sejujurnya, Emil ingin sekali Bella tinggal lama disini. Tapi rasanya tak mungkin, mengingat Bella akan ada praktek diperkuliahannya besok. Jadi Emil bisa apa?!.
"Jaga diri baik-baik ya, yang..." ucap Emil yang belum juga melepaskan dekapannya sedari tadi. Mungkin sudah lima belas menit Emil nyaman didekapan Bella.
"Iya Mil, kamu udah bilang itu berkali-kali ke aku. Bosen tauk dengernya!" akhirnya Bella melepaskan pelukannya dengan paksa.
"Hehe... Tapi kamu gak bosenkan sama aku?" tanya Emil dengan tampang polosnya.
"Enggaklah... Kamu kan cowok yang paling spesial dihati aku"
"Udah bisa gombal ya, kamuu" goda Emil seraya mencubit pangkal hidung mungil Bella.
"Kan kamu yang ajarin, hehe..."
Emil tersenyum, meraih tangan Bella dan mengecupnya. Menggenggamnya erat, seperti tak ingin lepas.
"Jangan pernah pergi dari aku. Tunggu aku untuk melamar kamu. Tolong jaga hati kamu buat aku yaa?? Aku janji akan terus jaga hati ini buat kamu, dan jangan lupa hubungi aku kalo udah sampe jepang. Jangan lewat semenit pun yaa, hehe..." ucap Emil sangat berharap kepada Bella.
"Iya Mil, aku juga janji akan selalu tunggu kamu sampai kapan pun. Aku percaya sama kamu, aku gak akan lupa" Bella tersenyum memeluk Emil dengan singkat, sebelum akhirnya ia pergi menjauh, karena pesawatnya sebentar lagi aku berangkat.
Emil menghembuskan nafasnya kasar. Sepi kembali.
Mengapa waktu cepat sekali berlalu? Tak bisakan sehari saja, waktu berjalan lambat? Agar perpisahan tak terjadi dengan cepat.
Seharusnya Emil sudah biasa tanpa Bella, tapi kali ini mengapa seperti berat sekali untuk berpisah dengan wanita itu. Wanita yang ia sayang sejak kecil sampai detik ini.
Hatinya seperti gelisah melihat Bella berjalan menjauh darinya. Ingin sekali ia menahannya dan memintanya agar tetap disini. Dan sekali lagi Emil bisa apa?!.
Selain berdoa agar perjalan Bella dilancarkan sampai tujuan.
✏✏✏
Emil kembali ke apaertemennya, menutup pintu dan berbaring diatas kasur. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Ada perasaan aneh yang tersirat dihatinya saat melihat bayangan Bella hadir dilamunanya.
Emil menghubungi nomor Bella, namun tak juga dapat jawaban. Emil membanting ponselnya diatas kasur dan mencoba untuk memejamkan matanya sebentar. Walau sulit.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat Emil kembali membuka matanya. Berjalan agak malas kearah pintu dan membukanya.
"Iren?" ucap Emil agak heran.
Iren tersenyum dan masuk begitu saja tanpa disuruh. Emil hanya diam dan kembali menutup pintunya.
"Ada apa Ren?" tanya Emil duduk dimeja belajarnya.
Sedangkan Iren duduk dikarpet bulu depan TV.
"Tadi kamu gak ada di kampus, jadi aku khawatir takut kamu kenapa-napa" ucapnya.
"Aku baik-baik aja kok" sahut Emil tak bersemangat.
"Kamu kenapa?" tanya Iren yang merasa khawatir dengan ekspresi Emil yang terlihat kusut.
"Gak papa, cuma pusing sedikit. Oh iya, gimana Fotgraf word, udah nambah belom yang ikut?" Iren berubah ekspresi, dia terlihat bahagia dari raut wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...