Emil menghentikan mobilnya tepat diparkiran apartemennya. Dia tak langsung turun, dia mencoba untuk menenangkan hati dan juga pikirannya, karena dia tak ingin terlihat gelisah didepan kedua orang tuanya. Dia tak ingin melihat kedua orang tuanya ikut merasakan apa yang dia rasakan. Cukup dirinya saja.
Setelah dirasa cukup baik, Emil mulai membuka pintu mobilnya. Berjalan dengan gontai dari area parkir. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering, tanpa melihat siapa yang menghubunginya Emil menggeser tombol hijau dan mendekatkannya ditelinga.
"Hallo, ada apa?!" tanya Emil dengan sangat tak bersemangat.
"Mil, ini gue Alfa" kata seseorang dusebrang sana yang bernama Alfa.
Emil tetap pada posisinya, sama sekali tak ada reaksi apapun.
"Kenapa tumben telfon?" tanya Emil menghentikan langkahnya menunggu jawaban Alfa.
"Elo udah tau berita tentang Bella?" saat itu juga Emil menegakkan tubuhnya, seperti ada energi dari langit yang tiba-tiba masuk kedalam tubuhnya dan mendadak jadi semangat.
"Bella kenapa?" tanya Emil dengan perasaan penasaran campur heran.
"Bella bakal nikah lusa Mil" kata Alfa dengan helaan nafas setelahnya.
Emil menyernyit, "coba bilang sekali lagi?!" ucap Emil minta penjelasan.
"Bella mau nikah, lusa" jelas Alfa.
"Elo gak lagi bercandakan?! Elo gak usah bohongin gue deh. Bella pacar gue, dan gue yang akan nikah sama dia gak boleh yang lain"
"Jodoh kan ditangan Allah Mil, elo cuma bisa merencanakan tapi Allah yang kasih penentuan. Gue juga sempet gak nyangka denger kabar ini. Gue kaget Mil, gue pikir elo udah tau berita ini. Ternyata elo sama kaya gue, gak tau apa-apa"
"Elo serius nih?" tanya Emil lirih. Dia masih tak percaya.
Apa harus berakhir seperti ini?!.
"Serius Mil. Buat apa sih gue bohongin lo. Apa ada untungnya buat gue? Enggakkan!" ucapan Alfa yang itu membuat Emil percaya kalau Alfa gak lagi membohonginya. Lagi pula buat apa juga Alfa berbohong kepadanya.
"Oke Mil. Itu aja, gue harap elo siap ya sama kabar ini"
Telfon tertutup dan Emil sadar kalau dia belum mengetahui Bella akan menikah dengan siapa. Dengan segera Emil mengetikkan pesan kepada Alfa.
"Bella nikah sama siapa?"
Balasan itu segera muncul.
"Elo dateng aja lusa, elo bakal tau siapa yang nikah sama Bella. Karena gue sendiri aja gak tau siapa cowok yang udah buat Bella mau jadi istrinya"
Emil terdiam membaca pasan dari Alfa. Diam memikirkan siapa lelaki yang berhasil mencuri hati Bella darinya. Ternyata telfon dari Bella malam ini adalah pesan terakhir darinya. Karena setelah ini, dia akan kepelukan orang lain. Suaminya.
✏✏✏
"Elo anjir banget sih Mil, gue ditinggal sendirian di Cafe, untung gue bawa duit kalo enggak, malu gue sama Iren---
Ocehan Alvin terjeda saat masuk kekamar Emil dan melihatnya tengah memegang piso kecil yang ditempelkan diatas urat nadi tangan kirinya.
Alvin dengan sigap melempar piso itu dari tangan Emil.
"Elo udah gak waras Mil? Bosen idup? Gue tau Bella gak kabarin lu. Gue tau Bella udah gak pernah kasih kabar lagi ke elu. Tapi elu gak usah putus asa gini dong. Hidup lu masih panjang bege... Elu baru aja diwisuda. Lupa lu?!!!"
Emil menatap Alvin tanpa ekspresi, "udah lu ngomongnya??" tanya Emil dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.
Alvin menarik nafasnya, dan menghelanya dengan satu tarikan nafas. Dan duduk disebelah Emil.
"Sorry ya gue tinggalin lo tadi. Soalnya tadi Alfa telfon ke gue--
"Telfon apa dia? Ngajak COD an dimana? Ayok. Udah lama gue gak ketemu dia"
"Paan sih lu Vin. Kalo orang ngomong dengerin dulu napah jangan serobot aja!" Alvin hanya cengengesaan.
"Alfin telfon gue katanya Bella bakal nikah sama orang lain" ucap Emil dengan wajah lelahnya.
"Serius lo? Terus elo mau bunuh diri gitu. Denger Bella mau nikah?!"
"Siapa yang bunuh diri. Gue gak seputus asa itu kali. Kalo emang gak jodoh sama Bella, masih ada yang lain kan?"
Walau pun kenyataannya gak segampang mengucapkan. Kata Emil dalam hatinya.
"Kalo gak bunuh diri ngapain elo taro tuh piso ditangan lo, Hah?!"
Emil tersenyum dengan senyuman penuh kerahasiaan(?).
"Kenapa lo?" tanya Alvin dengan agak ngeri.
"Gue cuma mau ngetes aja, kalo urat nadi gue dipotong gue bakal mati apa enggak yaa...." ucap Emil menyengir setelahnya.
Alvin memasang wajah malas, melihat Emil yang sekarang malah terkekeh tanpa dosa.
"Berdiri aja lu ditengah jalan Tol. Paling semenit kemudian elu udah ada dikoran" kata Alvin ada kesal, malas dan sebel. Campur aduk dah pokoknya.
Tapi lawan bicaranya itu hanya cengengesan dan akhirnya ngakak, tanpa dosa.
Bener ya kata orang tentang apa penting arti persahabatan dan pacaran. Mungkin keduanya penting, tapi gak ada yang lebih penting dari persahabatan. Dengan sahabat kita bisa menjadi diri kita sendiri, tanpa harus berpura menjadi lebih baik, atau jadi yang terbaik. Tapi, hanya sahabat yang terbaiklah yang bisa menerima keslengean kita ataupun ketidak warasan kita. Dan sahabat juga yang selalu buat tersenyum dengan tingkah recehnya, dan selalu buat tertawa sampai lupa kalau ada orang disekitar yang memperhatikan kita dengan rasa sirik atau mungkin gak suka, tanpa sepengetahuan kita. Dan kita tetap aja biasa, malah jadi semakin lebay(?).
"Vin?" panggil Emil setelah puas tertawa.
Alvin menatap Emil dengan sinisnya, "apa lu?!" sahut Alvin dengan judesnya.
"Yaelah lu! Gitu aja baper" celetuk Emil.
"Terus ngapa manggil gue?"
"Menurut lu, gue harus dateng kepernikahannya Bella atau enggak?"
Alvin terlihat seperti berfikir, padahal yang dipikirannya hanya wajah Iren seorang. Wkwk
"Gue sih terserah lo aja Mil. Semua keputusan lo itu yang yang terbaik, tapi kalo emang lo gak kuat lihat Bella bersanding sama orang lain. Gue saranin gak usah deh, takutnya nanti elo nyusain gue disana" dengan geram Emil menoyor kepala Alvin.
"Ishhh... Tadi minta saran gue. Dikasih taunya malah kurang ajar!!" omel Alvin sambil memegang kepalanya yang tadi ditoyor Emil.
Ngomelnya persis pembantu yang ngomelin majikannya diem-diem, kaya disinetron.
"Gue serius nih Vin, gue bingung soalnya harus lakuin apa"
Alvin menghela nafasnya, "menurut gue....
Tbc.
Maap ya aku gantung wkwk.... Biar penasaran aja gitu hehehe...
Maaf untuk typo yg selalu bertebaran dimana-mana wkwk
Makasih ya buat kalian semua readersqu😘😘😘
Aku sayang kalian.
Kasih komen yaa biar cerita aku ini gak berasa dikacangin gitu. Kan gak rnak kalo sikacangin, apalagi kalo kacang lupa kulitnya wkwk...
Oke, selamat beraktifitas kembali
Fighting!!!
Salam, JNF❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
أدب المراهقين(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...