Diruangan serba putih ini Emil berada, menunggu seorang dokter umum yang sedang memeriksa keadaan Ojan yang tadi sempat pinsan waktu diintrogasi oleh Emil.
Ketika Ojan pinsan, Sandy mengambil kesempatan untuk kabur dari sana.
"Dok keadaan Ojan gimana?," tanya Alvin yang juga berada disana.
"Enggak papa, mungkin nak Ojan cuma kelelahan aja tadi. Tapi gak usah khawatir kondisinya masih stabil kok," jelas dokter itu seraya berpamit untuk meninggalkan ruangan.
"Kalo sampai Ojan kenapa-kenapa kamu saya scors!," kata pak Bimo kepada Emil dengan wajah tegang.
"Iya pa, tenang aja saya pastiin Ojan baik-baik aja kok pak. Bapak gak denger tadi dokternya bilang apa," sahut Emil santai.
"Udah sana kalian kekelas sudah setengah jam pelajaran ini, nanti kalian tertinggal pelajaran!"
"Tapi pak, Ojan gimana?,"
"Ojan biar anak PMR yang temani. Cepet masuk jangan jadi alesan ini buat kalian bolos,"
"Enggak kok pak, jangan sok udzon pak dosa, dosa itu berat bapak gak akan kuat,"
Pak Bimo melototkan matanya tajam, sampai Emil dan Alvin takut, kalau nanti matanya bisa keluar. Jangan sampai deh.
"Sok Dilan kalian! Cepet masuk!!," bentak pak Bimo sampai tubuh Emil terasa loncat.
Untung saja nyawanya gak ikut loncat, kalo ikut kan bahaya.
Dan benar saja bu Hambali selaku guru Biologi sudah menuliskan soal-soal dipapan tulis.
Bu Hambali yang sadar kalau Emil dan Alvin sudah berada didepan pintu segera menyuruh mereka masuk kekelas.
Emil sempat melirik Bella yang sedang menyalin soal dibuku catatannya, saat Emil berada tepat didepan papan tulis, Bella mendongak dan tak sengaja kedua bola matanya bertemu dengan sepasang mata coklat milik Emil.
Emil merasakan getaran sebentar, namun setelahnya Bella menunduk kembali dan terlihat salah tingkah.
Maaf... Lirih Emil dalam hati.
✏✏✏
Diparkiran sekolah Emil menghampiri Bella yang akan duduk diboncengan motor Alfa.
Alfa menatap nyalang kearah Emil begitu tau Emil menghampiri dirinya dan Bella.
Bella masih enggan untuk menatap Emil disana, rasa sesak dan kekecewaan masih terasa, walau sudah mencoba untuk menghilangkan semua rasa itu. Namun hasilnya nihil. Percuma. Hanya sia-sia.
"Mau apa lo kesini?," tanya Alfa seraya turun dari atas motornya dan segera merangkul Bella yang berada disebelahnya.
"Izinin gue ya, untuk ngomong empat mata sama Bella. Sebentar aja, boleh ya?," ucap Emil halus penuh permohonan.
Alfa melirik Bella sekilas dan menjauh. Karena Emil merasa dapat lampu hijau dari Alfa, tanpa banyak bicara Emil mengajak Bella untuk bicara didekat vespa Emil yang berada tak jauh dari sana.
Kecanggungan melanda, keheningan mendominasi keduanya.
"Khem!," dekhaman Emil memecahkan keheningan.
Bella terlihat lebih canggung dari Emil, dia tak berani menatap Emil. Arah pandangnya selalu teralihkan kesekitar area parkir, sama sekali tak menatap manik mata Emil.
"Bel, emm... Sekali lagi gue minta maaf ya, atas semua perbuatan gue ke elo yang buat lo jadi salah paham kaya gini. Gue ngerti kok gimana perasaan lo sekarang, karena dari awal gue juga udah duga, pasti elo akan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...