Belajar mencintai, setelah itu dikecewakan. Ini bukan salahnya cinta, ini hanya karna pilihan kita bukan kepada seseorang yang tepat.
_________________________
____________________Hari ini adalah hari pertama Ujian Tryout di SMA Pemuda Bangsa. Emil yang memang sudah mempersiapkan segala halnya dari persiapan alat-alat untuk ujian, dan seragam sekolah yang akan dikenakan hari ini_putih abu-abu dengan Jas Maroon kebanggan SMA Pemuda Bangsa, sampai Dasi abu-abunya yang jarang ia pakai pun sudah siap semuanya sejak malam hari kemarin.
Selain itu Emil juga sudah siap bertempur dengan rumus-rumus MTK yang sudah ia pelajari dari jauh-jauh hari.
Emil sudah pasrah jika hasilnya tak memuaskan, atau bahkan lebih buruk dari perkiraannya. Ia serah kan semuanya kepada yang kuasa.
Saat ini Emil berada di depan cermin lemari pakaian di kamarnya, seraya mengoleskan pomade dirambut hitamnya. Sesekali ia mencuri pandang keluar jendela, melihat Bella yang biasanya berada di depan gerbang rumahnya. Menunggu Alfa. Namun hari ini aneh! Tak ada Bella didepan gerbang dan juga tanda-tanda Alfa akan menjemputnya. Apa yang terjadi?. Emil memutar bola matanya, tak ingin tauk urusan mereka.
Sejujurnya Emil belum berhasil untuk menghilangkan Bella dari hidupnya, namun, jika itu yang terbaik Emil akan mencobanya. Walau butuh waktu dan pengorbanan yang ekstra.
Melupakan memang membutuhkan waktu yang panjang, apalagi yang dilupakan adalah seseorang yang sudah terlanjur menjadi peran utama dalam hidup kita, itu pasti akan sulit. Tapi Emil punya prinsip: tak mungkin tak bisa jika terus berusaha.
Prinsip itu juga digunakannya untuk mengejar ketertinggalannya dalam pelajaran. Satu hal yang baru bagi Emil, belajar itu mengasikkan, jika kita bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang baik. Jika niat awalnya hanya untuk pujian, pasti kita takkan dapat ilmunya, tapi hanya pujiannya yang didapatkan dari hasil menyontek dikelas_bukan dengan usahanya sendiri.
Setelah selesai dengan urusannya, Emil memakai Jasnya dan meraih tasnya yang berada diatas kasurnya, merapikan dasinya dan bercermin sekali lagi, setelah itu barulah ia keluar kamar seraya berkomat-kamit_Mengucapkan hafalan rumus yang tadi malam ia pelajari.
Entah setan dari mana, semenjak Emil direndahkan oleh pak Bimo dan dibandingkan dengan Alfa, Emil jadi mempunyai semangat untuk belajar, semangat untuk menjadi yang lebih baik, dan melupakan Bella. Perubahan yang baik bagi Emil, semoga selamanya akan begitu.
"Woi!!," teriak seseorang yang sangat Emil kenal suaranya.
Dia adalah Alvin, yang berada dibalik tubuh Emil.
Emil membalikkan tubuhnya dan menyengir kearah orang itu.
Alvin menghampiri Emil dan bersalaman dengan sohibnya itu, Emil membalas salamannya dengan senang hati. Entah mengapa, suasana dipagi hari ini membuat Emil menjadi seceria sekarang.
"Ruangan lo dimana??," tanya Emil yang memang mereka beda kelas atau ruangan.
"Dilantai bawah bareng Bella, elo mau keruangan gue??," sahut Alvin sedikit menggoda.
Emil menggeleng seraya tersenyum, "gue mau fokus dulu sama pelajaran, nanti kalo gue udah sukses tanpa banyak omong gue akan lamar Bella kalo misalkan jodoh!," ucap Emil dengan percaya diri.
"Semoga sukses deh! Gue akan dukung apapun itu. yang penting itu terbaik buat lo!," kata Alvin menyemangati.
"Makasih bro!,"
Percakapan mereka terintrupsi karna Bel masuk, jadilah mereka berpencar masuk keruangan mereka masing-masing. Sebenarnya ada satu pertanyaan yang ingin ditanyakan Emil kepada Alvin. Kenapa Bella gak dijemput Alfa pagi tadi?. Tapi ya sudahlah, Ujian lebih penting hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...