Sebuah Mobil sedan putih melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan yang sudah agak ramai. Daun-daun yang berguguran ditepi jalan, bertebangan kala angin menerpa bersamaan dengan laju mobil.
Sesekali Mario melirik cewek disebelahnya, yang tampak gelisah dengan menggenggam ponselnya dari tadi, memutar-mutar ponselnya, dan membuka homescreennya hanya untuk melihat notif diponsel pintar miliknya.
Mario berdekham, mencoba mencaikan suasana.
"Gelisah amat" celetuk Mario dengan kekehan kecilnya.
Namun cewek itu tetap bermain-main dengan ponselnya. Mengabaikan ucapan sang kakak.
"Kalo ada masalah bilang aja. Kalo kamu gugup, rilex-in aja. Kakak juga dulu waktu pertama masuk kulaih kaya kamu, gugup, gemeteran takut gak nyambung ngomongnya..." Mario melambatkan laju mobilnya, karena didepannya ada rambu lalu lintas yang berwarna merah.
"Bukan masalah itu kak.." sahut Bella pelan. Untungnya pendengaran Mario tidak bermasalah, jadi ia masih bisa dengan jelas mendengar penuturan Bella.
"Terus masalah apa?" tanya Mario seraya melirik Bella yang kini menunduk.
"Dari seminggu yang lalu, Emil gak kabarin aku... Aku takut dia kenapa-napa kak" ujar Bella terdengar tulus.
Mario terkekeh, "positif thingking dulu. Mungkin Emil lagi sibuk, dia kan mau masuk universitas Korea. Harus disiapin mateng-mateng. Kamu hanya percaya sama Emil, kakak yakin dia gak akan kecewain kamu kok," Bella diam mencerna kata-kata Mario.
"Tapi aku kangen kak.." aku Bella malu-malu.
Mario lagi-lagi terkekeh, seraya melajukan kembali mobilnya. Karena lampu sudah berubah menjadi hijau.
"Kalo kangen, coba telfon aja. Gak usah pake gengsi!" ucap Mario dengan nada menggoda diakhir kalimatnya.
"Apaan sih kak!" decak Bella seraya membuang wajahnya dari hadapan Mario.
Mario hanya terkikik geli, tapi ucapan Mario tadi ada benarnya juga. Kali kangen krnala gak telfon? Masalah gengsi?? Buang jauh-jauh deh kalo gak pengen seseorang yang disayang pindah ke yang lain.
✏✏✏
Dengan gerakan ragu Bella menekan nomor yang familiar namun terasa asing sekarang baginya. Bella mulai menempelkan ponselnya ditelinga.
Deru angin yang sejuk pada musim kemarau di Jepang saat ini menambah rasa gugupnya. Saat panggilan itu tak kunjung diterima, Bella mulai gelisah, menatap sepasang sepatu yang ia kenakan, mencoba tetap tenang dan berfikir positif. Namun hasilnya nihil, pikiran-pikiran buruk selalu menggentayangi otaknya.
Sampai akhirnya suara seseorang menyahut dari sebrang sana.
Seketika Bella mematung saat sebuah suara yang terdengar asing ditelinganya.
"Hallo??. Kalo gak penting gue tutup ya?" ucap seseorang yang bisa Bella tebak inu suara perempuan. Tapi siapa?.
Dan suara itu sepertinya Bella pernah mendengar.
"Emm... Ada Emil?" tanya Bella dengan susah payah.
Entah kemana oksigennya saat ini, Bella merasa dadanya sesak dan sulit bernafas dengan baik.
"Ouh... Emilnya lagi ke toilet, ada apa?? Biar nanti gue sampein"
Bella menyernyit dan akhirnya bertanya.
"Elo siapa?"
Cewek disebrang sana terkekeh, dan menjawab: "gue pacarnya Emil, baru satu minggu kok jadian. Em... Gue mohon jangan ganggu pacar gue ya, bye!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔My Stupid Bad Boy (END)
Teen Fiction(Sedang proses revisi) Benci adalah sebuah rasa cinta yang malu untuk diungkapkan. Bermula dari acara MOS ketika Bella Amalia Wikrama memergoki peserta MOS yang diajak nongkrong bareng dikantin oleh Emilliazyano Al Fariz pada saat jam Istirahat yang...